Jangan sembarang menyepelekan sariawan. Meskipun sepertinya penyakit yang simpel dan bisa sembuh sewaktu-waktu, ada juga sariawan yang bisa mengarah menjadi tumor, bahkan kanker. “Harus waspada jika ada bercak putih di rongga mulut yang tidak sembuh meskipun sudah lewat dua minggu,” ungkap Prof. Dr. Peter Agus, drg., Sp.BM (K), Guru Besar Universitas Airlangga dalam bidang Ilmu Bedah Mulut.
Bercak putih semacam itu bisa jadi merupakan ciri awal kanker rongga mulut. Berbeda dengan sariawan yang terasa sakit, bercak putih ini tidak menimbulkan sakit sama sekali. Selain bercak putih, harus diwaspadai juga bila ada bercak merah di rongga mulut yang tidak bisa hilang setelah dua minggu. Bercak merah ini jauh lebih berbahaya karena penyebaran dan keganasannya lebih tinggi.
Berdasarkan data UNESCO, angka kematian akibat kanker rongga mulut adalah satu orang setiap hari di seluruh dunia. Data di Amerika Serikat bahkan menyebutkan kanker rongga mulut menyebabkan satu orang meninggal setiap jamnya. Kematian akibat kanker rongga mulut biasanya diakibatkan sel-sel kanker yang sudah sangat menyebar hingga ke paru-paru hingga menyebabkan sesak napas.
Menurut Prof. Peter, kanker rongga mulut bisa disebabkan berbagai macam, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal bisa disebabkan karena ada perubahan genetika. Sedangkan faktor eksternal bisa disebabkan karena tembakau, alkohol, bahan karsinogenik, radiasi, virus HPV 16 dan HPV 18, serta pola diet rendah buah-buahan dan sayur-sayuran.
Dari semua faktor-faktor tersebut, Prof. Peter menganggap pola hidup masyarakat masa kini yang serba instan sebagai faktor utama pencetus kanker rongga mulut. Masyarakat sekarang terbiasa mengkonsumsi makanan instan dan cepat saji. Padahal makanan-makanan tersebut banyak mengandung bahan karsinogenik. Zat-zat tersebut mengundang virus HPV 16 dan HPV 18 sebagai pencetus kanker.
Sebenarnya tubuh manusia memiliki pertahanan tersendiri untuk mencegah penyakit dan dan virus. Menurut Prof. Peter, manusia bahkan memiliki gen anti kanker dalam darah. Namun karena pola hidup yang tidak sehat menyebabkan gen tersebut rusak, dan menyebabkan tumor mengganas dan menjadi kanker.
Selain itu, pola hidup masyarakat sekarang juga berbeda dengan dengan masyarakat masa lalu. Misalnya perilaku menyimpang akibat arus globalisasi yang tak terbendung. Prof. Peter mengatakan, beberapa kasusu kanker rongga mulut memiliki kesamaan dengan kanker serviks. Hal ini umumnya karena perilaku seksual yang menyimpang, seperti hubungan seks melalui mulut (oral).
Untuk mendeteksi dini dan mencegah kanker rongga mulut, Prof. Peter mewanti-wanti masyarakat agar memperhatikan keadaan tubuh, terutama bagian rongga mulut. Hal pertama yang bisa dideteksi dari kanker rongga mulut adalah adanya becak putih atau merah yang tidak bisa hilang. Cara kedua adalah deteksi lewat pemeriksaan molekuler atau lewat ludah. Cara kedua ini hanya bisa dilakukan di laboratorium atau rumah sakit.
“Masalahnya, pasien sering kali terlambat ditangani. Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan tumor atau kanker stadium lanjut,” ujar Prof. Peter. Karena itu, masyarakat diharapkan untuk rutin mengunjungi dokter gigi meskipun tidak ada keluhan. Jadwal kunjungan ke dokter gigi pun lebih baik ditingkatkan. Jika dulu hanya cukup enam bulan sekali, akan lebih baik jika ditingkatkan menjadi tiga bulan sekali.