Rabu, 05 November 2014
tidak perlu menunggu
seandainya orang hanya boleh memberi nasihat setelah orang itu menjadi alim, niscaya tidak akan ada nasihat di muka bumi ini.
seandainya perempuan hanya boleh memakai kerudung setelah orang tersebut paham agama dengan baik, niscaya tidak akan ada perempuan yang segera berkerudung.
seandainya orang bersedekah dan berinfak setelah uangnya berlebih, niscaya tidak ada orang yang akan segera bersedekah.
seandainya orang membaca Al-quran setelah belajar bahasa arab, niscaya tidak akan ada orang yang bersegera membaca Al-quran.
seandainya laki-laki hanya boleh menikah setelah seluruh persiapan harta dan agamanya terpenuhi, niscaya akan banyak laki-laki membujang sampai tua.
masih banyak lagi hal yang sering kali kita tunda hanya karena kita merasa belum baik, belum paham agama, belum ini dan itu. lakukanlah selama hal itu baik tanpa perlu menunggu. sebab, kadangkala proses itu hanya perlu diawali dengan melakukan. selanjutnya, proses pemahaman itu akan berjalan seiring.
harus ada awal untuk segala sesuatu, bukan?
mereka kira hidupmu baik-baik saja
mereka kira, kamu tidak memiliki masalah. tampak ceria dan membanggakan. lahir dari keluarga yang hebat, juga sekolah yang tinggi.
mereka kira menjadi orang dengan gelar atau profesi sepertimu itu menyenangkan dan luar biasa. menjadi seorang dokter muda, menjadi seorang insinyur, menjadi seorang penulis. apa pun itu. mereka kira kamu baik-baik saja.
dan mereka sungguh tidak akan pernah tahu apa yang benar-benar terjadi terhadapmu. ketakutanmu pada sesuatu yang kamu rahasiakan, entah itu masa depan, entah itu masa lalu, atau masalah pekerjaanmu. mereka tidak benar-benar tahu.
kamu bisa saja tertawa dan terlihat baik-baik saja saat bersama dengan mereka. bercerita hingga berbusa-busa tentang ideologi dan impianmu. tentang hidupmu, cita-cita, hingga pencapaian-pencapaianmu.
tapi selepas itu, selepas berpisah dengan mereka dan kamu kembali dengan dirimu sendiri, membuka pintu rumahmu yang sepi, kamu teringat kembali pada kegelisahan dan ketakutanmu. pernahkah mereka melihatmu dalam keadaan sendiri baik secara fisik maupun psikis seperti itu?
tidak pernah kan?
dan mungkin, selama itu pula mereka kira hidupmu baik-baik saja.
hidup kita
hidup ini tidak semudah kata-kata dalam tulisan. siapa bilang seseorang yang menulis tentang hidup mampu melakukan apa yang dia tuliskan? kadang dan mungkin sering, apa yang dia tuliskan adalah hal-hal yang sebenarnya dia ingin lakukan. dan di keseharian, dia tidak bisa melakukannya. hanya memendamnya tanpa bisa menggerakkan langkah kakinya. tidak ada yang pernah tahu apa yang terjadi di balik proses mengalirnya kata-kata.
hidup ini tidak semudah cerita dalam buku-buku. kita tidak menjadi tokoh di sana, kita adalah orang yang berbeda. menulis ceritanya sendiri. memendam aibnya sendiri. memendam perasaannya sendiri. kita hanya bisa mengambil pelajaran di sana. namun sungguh, hidup ini tidak semudah tulisan ini sekalipun. bahwa kehidupan memiliki banyak kemungkinan. bahwa kita tidak bisa membaca halaman akhir hidup kita terlebih dahulu, sebelum membacanya dari awal.
Langganan:
Postingan (Atom)