Adegan ini terjadi di salah satu sudut toko buku di Kota Surakarta. Aku sedang asyik berdiri membaca buku saat tiba-tiba anak itu memeluk kakiku. Ya, bocah laki-laki yang berumur sekitar 4 atau 5 tahun menurutku. Dia memeluk kakiku, riang, sambil mengatakan "ummii". Saat menengok ke atas, barulah dia tersadar bahwa aku bukan umminya. Dia mundur, tersipu malu karena salah memeluk orang.
"adek namanya siapa?" tanyaku. Dia tersenyum lagi, malu-malu lagi, tapi tidak lari. Dan di kejauhan sana, terdengar suara yang memanggil "Haydaar..Haydaar", dan ditemukanlah Haydar sedang bersamaku. "Oh, ternyata ini umminya yang sebenarnya. Pantas saja dia salah mengira, aku dan umminya memakai baju dengan warna yang hampir sama", batinku.
Saat akan berpisah, dia menyalami tanganku, dan barulah dia berani memperkenalkan namanya. Hemm, Haydar. Seperti nama salah satu temanku. Tapi di kampus dia dipanggil dengan nama Edo. Dan di perjalanan pulang, ku tanyakan arti nama Haydar kepada yang punya nama. Dia bilang, Haydar artinya singa padang pasir, pemberani, dan Haydar adalah nama kecil dari Umar bin Khattab.
Dan semenjak kejadian itu, entahlah, aku ingin menamai anak laki-lakiku kelak dengan nama Haydar. Ya, anak laki-laki pertamaku. Tidak setelah Arkan, juga Naufal. Dan untuk temanku itu, aku ingin bisa memanggilnya Haydar, bukan Edo lagi. Karena Haydar artinya mulia sekali bukan? untuk apa pula di ganti Edo.