26 maret jam 10.22 kamu mengabarkanku bahwa besok kamu akan sidang | sementara aku berada 100 km darimu dan aku sudah berjanji dengan diriku sendiri akan ada di sana saat itu | waktuku tinggal 8 menit untuk memikirkan bagaimana cara menyelesaikan list-to-do ku sebelum kembali ke kota itu | mau tidak mau aku harus pulang sore ini sementara masih banyak list yang belum aku coret | baiklah, saatnya kita berdua sama-sama nekat | the-power-of-nekat benar-benar luar biasa | kamu ke sana kemari untuk mengurus sidangmu | sementara aku juga kesana kemari mengurus niatan awalku di kota ini | berdoa dulu, agar kita sama-sama dilancarkan urusannya |
jam 17.12 akhirnya selesai | aku yang berpeluh sudah siap menghempaskan badan di kursi bis, dan kamu sudah pulang ke rumah memohon doa restu orang tua | aku sempat tak habis pikir, kamu yang sidang kenapa pula harus aku yang palpitasi | selama 3 jam aku menelusuri jalanan lewat jendela mencari alasan kenapa otak bawah sadarku begitu memintaku untuk pulang | siapa tahu tercecer di jalan, kan? | tapi tetap saja aku tak menemukannya | ya sudah, karena apa-apa tak selalu butuh alasan | malamnya, kita sama-sama menyiapkan amunisi untuk perang esok hari | aku tak kan tidur sebelum kamu tidur |
dan hari-H itu pun datang | tuh kan, aku tak habis pikir lagi; aku sudah palpitasi dari pagi; aku sudah wangi dari pagi; tinggal menunggu instruksi saja darimu; yang seharusnya bukan aku yang palpitasi! oh God | lalu akhirnya kita bertemu | siapkan dulu amunisi yang terakhir sebelum pergi ke medan perang | Bismillah | sesampainya di sana, semua berjalan apa adanya | bagaimana mungkin kau bisa begitu tenang? | kau jawab "Allah melimpahkan gugupku memang pada orang yang dapat dipercaya, asti. ya kamu" | begitukah? | oke baiklah | dan di saat perang dingin benar-benar sudah mulai, aku menepi mencari tempat sepi | menemanimu dengan doa dengan caraku sendiri | sempat berniat mencari tempat pelarian yang lebih jauh, tapi aku urungkan | aku ingin di sini saja, masih ingin dalam radarmu saja |
jam 16.08 akhirnya semuanya benar-benar selesai | kamu memberi kabar, menanyakanku ada dimana, dan seketika membuat parasimpatisku mulai kembali bekerja; jantungku mulai stay cool lagi | lalu aku menunggumu shalat di tempat pertama kali aku menunggumu; ku pikir begitulah kecenderungan seseorang selalu kembali pada kenangan | "otak itu bekerja lebih baik saat perut kosong, asti" katamu yang meniru kata di buku sherlock holmes | dan aku percaya | dan setelah perang ini selesai mari kita isi perut dulu | gurat kelegaan itu ada di wajahmu, kawan | kamu bercerita, aku yang mendengarkan | aku berkomentar, giliran kamu yang mendengarkan | lalu kamu mengikutiku memastikanku selamat sampai ke rumah | lalu kamu pulang | dan menatap punggungmu selalu aku suka | ya, kamulah orang tenang yang berkemauan sangat keras | terima kasih untuk hari itu | aku tak menyesal telah jauh pulang ke semarang | dan aku akan menyusulmu | sidang |