Rabu, 07 Mei 2014
nasib? who knows?
dunia ini menarik memang
suka jungkir balik
seorang anak olimpiade biologi,
akhirnya mendarat dengan indah di fakultas teknik
dan kini aku yakin dia akan menjadi insinyur yang hebat.
dan di sisi lain,
seorang anak olimpiade fisika,
akhirnya menari dengan anggun di fakultas kedokteran
dan kelak aku yakin dia juga akan menjadi dokter yang kuat.
mari kita lihat kelanjutan ceritanya
kemana lagi garis nasib akan menuntun mereka.
aku hanya yakin saja
setidaknya, pasti ada satu orang yang benar-benar mendoakanku dalam doanya
entah siapa dia
entah dimana dia
entah di malam yang mana
aku hanya yakin saja
jadi di sini, aku harus tetap menjadi anak yang baik
agar tidak mengecewakannya.
sungai garis tangan
ibu membekaliku sebuah sungai
yang jernih dan berkecipak-kecipak airnya.
sungai itu ditanam di telapak tanganku.
mimpi ibu terbawa dalam arusnya.
bika aku tidur, sungaiku berkelana
menyusuri garis-garis nasibku.
gemericik di tengah hutan
gemericik di malam jauh.
bila rindu meluap, lalu aku banjir
jari-jari tanganku mengucurkan air.
cuma pinjaman
tubuh
yang kadang saya banggakan
dan sering saya lecehkan ini
memang cuma pinjaman
yang sewaktu-waktu harus saya kembalikan
tanpa merasa rugi dan kehilangan.
pada saatnya saya harus ikhlas menyerahkannya,
kepada seseorang yang mengaku sebagai keluarga
atau kerabatnya atau yang merasa telah melahirkannya
tanpa minta balas jasa atas segala jerih payah
dan pengorbanan.
tubuh,
pergilah dengan damai
kalau kau tak tenteram lagi
tinggal di aku. pergilah dengan santai
saat aku sedang sangat mencintaimu.
hide and seek
aku tidak sengaja melihatmu sore itu
di toko buku yang mungkin favorit kita
di penulis buku yang mungkin juga favorit kita
di cuaca sore cerah yang lagi-lagi mungkin juga favorit kita
kamu memakai penutup kepala bermotif bunga
dengan kaos yang terlihat nyaman berwarna merah muda
ditutup jaket berbahan jeans yang seakan pudar warnanya
kamu terbalut sangat manis sore itu
kontras denganku yang sedang bertemakan warna biru
tapi yang aku sesalkan
sifat pengecutku yang masih saja meraksasa
aku berdoa dalam hati semoga kamu tidak mendapati tempat persembunyianku
aku berusaha bersikap senormal mungkin
hingga akhir acara, ternyata Tuhan kasihan mendengar degup jantungku
Dia belum ingin benarbenar mempertemukan kita
kalau begitu, aku pulang duluan ya
bis solo ku sudah menungguku untuk datang.
selasa sore
di selasa sore itu kamu tidak datang
padahal dari rumah aku sudah selesai berperang
berdebat tentang senyum dan sapaan mana
yang terbaik ku berikan untukmu.
sayang kamu tidak datang.
Langganan:
Postingan (Atom)