terisak hebat dan takut.
terbayang beban berat yang belum pernah ku tanggung.
sembari nafas ummi mulai melemah,
detaknya mulai meredup,
dan tangannya semakin layu.
hanya ayah saja yang tetap tegar.
melafalkan syahadat bersamaan dengan ummi.
dengan setiap senyum di setiap ucapnya.
penuh maaf pada setiap tatapnya.
penuh ridha dalam setiap belainya.
ummi yang sangat baik, dan ayah yang sangat sabar.
aku hanya ketakutan,
tak lagi ingat apa itu cinta yang diajarkan oleh ummi.
apa itu kehilangan, kepedihan, dan kebahagiaan sesungguhnya.
pikiranku sendiri telah dihantui sejuta kesepian.
sehingga aku tak lagi melihat bangunan kokoh itu.
arsitektur akhlaq yang dibangun ummi atas diriku,
semenjak aku masih di dalam rahim ummi,
sampai di hari terakhir dimana ummi masih berucap lembut.
dan ayah hanya melantunkan syahadat bersama ummi.
dengan tenang, ummi pun juga mengikutinya.
sampai di detak-detak terakhirnya,
di nafas berat yang menutup usia,
dan syahadat terakhir yang terucap sepenuh hati.
ummi pun pergi, dan aku tak mampu menahan isak tangisku.
sementara ayah langsung mendoakan ummi sembari memeluk lembut.
....