"tidurlah. tidurlah, an." aku membayangkan kamu yg berkata-kata.
"bermimpi indahlah. ketenangan adalah saat kita memasrahkan semuanya pada keadaan,
takdir yg kadang-kadang terlalu tega membuat kita ketinggalan kereta,
untuk menunggu lebih lama demi kedatangan kereta berikutnya."
dan, aku mulai mengantuk setelah mendengar suaramu itu.
kepalaku jadi berat.
tapi, kemana kita sebenarnya akan pergi dengan kereta kedua itu, al?
"barangkali ke stasiun berikutnya: kedewasaan," jawabmu dalam lamunan.
"tempat kita akan menyadari betapa berharganya kebersamaan
dan betapa perpisahan mengajarkan kita banyak hal.
tempat kita mengerti bahwa sesuatu yg paling kita tunggu dan inginkan sebenarnya
adalah hal-hal kecil yg sedang kita dekap,
tetapi sering kita sepelekan di keseharian.
tempat kita tak memberikan ruang pada penyesalan-penyesalan,
tetapi mencari peluang-peluang untuk sejumlah kerja perbaikan."