kakek, jika suatu saat kita bertemu lagi, apakah kakek akan menertawakanku? menertawakan keputusan-keputusan hidupku, kebodohanku, kekalahanku. akankah?
tentang sifat phlegmatisku yang semakin hari justru semakin terbentuk bersama melankolisku, pasti akan terlihat lucu di mata kakek si koleris, bukan?
sebentar lagi kita berulang tahun, kek. ya, kita berdua. entah berapa umur kakek sekarang. setiap berkunjung ke tempat istirahat kakek, aku tak pernah memperhatikan ukiran di batu itu untuk tahu tahun kelahiran kakek. karena setiap kali aku ke sana, pandanganku selalu tidak fokus, tertarik ke memori bertahun-tahun silam. ya, yang aku tahu sudah 12 tahun kakek berpindah rumah, yang semoga di sana jauh lebih baik dari rumah kakek di jakarta.
sudah jelas aku tahu kakek tidak akan bisa membaca tulisanku ini. dan sudah jelas aku tidak berharap melihat kakek benar-benar menertawakanku, sekarang, di depanku. karena jika itu benar-benar terjadi, pasti akan mengerikan sekali, bukan?
semoga kelak kita bisa bertemu lagi, kek. semoga itu di surga, bukan di dunia, bukan juga di neraka. hingga kita nanti bisa berbincang-bincang lagi. tapi kakek harus jadi pendengar dulu, mau kan? karena aku yang akan mulai bercerita, tentang kisah hidupku yang kakek lewatkan, yang akan membuat kakek menertawakanku pada awalnya, dan semoga berakhir dengan tangis bahagia kita berdua.