aku percaya bahwa pada dasarnya semua orang itu baik, asti.
orang menjadi beringas ketika mereka merasa terancam. dan kondisi itulah yang di ciptakan oleh budaya kita selama ini. kondisi yang sama juga diciptakan oleh tata ekonomi kita. bahkan orang yang sekarang mempunyai pekerjaan selalu merasa terancam, karena sewaktu-waktu dapat kehilangan pekerjaan itu. dan dalam keadaan terancam, seseorang mulai mencari jalan selamat untuk kepentingannya sendiri. ia mulai memandang harta sebagai tuhan. ini merupakan bagian dalam budaya kita.
ini sebabnya aku berusaha tidak larut dalam budaya seperti ini.
aku mengangguk mengiyakan.
inilah yang aku maksudkan dengan membangun subkultur kita sendiri, asti.
aku tidak mengatakan bahwa kita boleh mengabaikan setiap aturan yang ada dalam masyarakat kita. aku tidak pergi ke mana-mana dalam keadaan bugil, misalnya. aku tidak melanggar lampu merah di persimpangan jalan. banyak hal-hal kecil yang dapat aku turuti. akan tetapi banyak hal penting yang harus kita pilih sendiri, misalnya pola pikir, pola nilai, dan sebagainya. kita tidak boleh membiarkan siapa pun-termasuk masyarakat-menentukannya bagi kita.
sama halnya dengan perempuan yang merasa tidak cukup cantik, atau orang yang merasa tidak cukup kaya. semua hal yang menurut budaya kita harus kita percayai, dalam hal ini, jangan percaya.
masalahnya, asti, kita tidak percaya bahwa kita pada dasarnya sama. kulit putih dan kulit hitam. kurus dan gemuk. islam dan katolik. laki-laki dan perempuan. andaikata kita memandang semua orang lain sebagai sesama, kita mungkin akan berhasrat sekali untuk bergabung dalam sebuah keluarga besar umat manusia di seluruh dunia, dan akan sayang kepada keluarga itu sebagaimana kita sayang kepada keluarga sendiri.
tapi percayalah, ketika kita menjelang ajal, kita akan membuktikan bahwa itu betul. kita semua mempunyai awal yang sama, kelahiran. dan kita mempunyai akhir yang sama, kematian. jadi, apanya yang berbeda?
banyak orang berkata bahwa pada awal hidup kita, ketika kita masih bayi, kita memerlukan orang lain untuk bertahan hidup, bukan? dan pada akhir hayat, ketika kau menjadi tua, kau juga memerlukan orang lain untuk bertahan hidup.
tapi disinilah rahasianya, asti: di antara dua titik ekstrem itu kita juga saling membutuhkan.