Bayangkan al, sebutir gandum tergeletak sendirian di lantai, di
gudang penyimpanan.
Sebutir gandum itu jatuh saat karung-karung di tumpuk.
Lantas terkena sepakan kuli-kuli angkut yang beranjak pulang
di sore hari, terlempar kesana kemaro, hingga akhirnya terjepit tersembunyi di
sela-sela tegel.
Seseorang yang bertugas menyapu lantai gudang menjelang
malam meletakkan ember kering persis di atasnya.
Sempurna sudah melindungi butir gandum itu dari apapun.
Atap gudang penyimpanan itu juga kokoh dan rapi, tidak
pernah tampias meski setetes air sepuluh tahun terakhir.
Malam itu hujan turun deras..
al, kering atau basah nasib sebutir gandum itu sudah
ditentukan.
Tidak peduli seberapa baik atap gudang menahan hujan.
Tidak peduli seberapa kokoh ember plastik melindunginya.
Tidak peduli seberapa dalam rekahan tegel menutupinya.
Kalau malam itu ditentukan basah, maka basahlah dia.
Kalau ditentukan kering, maka keringlah dia..
Begitulah kehidupan.
Robek-tidaknya sehelai daun di hutan paling tersembunyi pun
semua sudah ditentukan.
Menguap atau menetesnya sebulir embun yang menggelayut di
bunga anggrek di dahan paling tinggi, hutan paling jauh semua juga sudah
ditentukan..
Kalau urusan sekecil itu saja sudah ditentukan,
Bagaimana mungkin urursan manusia yang lebih besar luput
dari ketentuan..
Bagi manusia, hidup ini juga sebeb akibat, al.
Bedanya, bagi manusia sebab akibat itu membentuk peta dengan
ukuran raksasa.
Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang
lain.
Kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan
orang lainnya lagi.
Kemudian entah pada siklus yang keberapa, kembali lagi ke
garis kehidupanmu..
Saling memperngaruhi, saling berinteraksi..
Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan.
Tidak ada yang bisa merubahnya, al. Kecuali satu:
Yaitu kebaikan.