ada banyak hal yang berserakan disini, termasuk hati. lalu kamu datang begitu saja, membereskannya tanpa permisi. aku berontak, mengusir kamu pergi jauh-jauh dari aku. namun kamu tersenyum sambil memberiku setangkai mawar putih, simbol perdamaian katamu.
esok harinya kamu masih saja menata ulang setiap kepingnya, membuatnya kembali utuh meskipun tak pernah sama seperti baru. aku tetap saja berteriak pada kamu untuk tak perlu melakukan banyak hal kepadaku. kamu bilang, kamu hanya tak sanggup melihat mataku yg sayu.
suatu senja, kamu bertanya padaku apa yg aku lakukan kala aku sendiri dengan kepingan hati yg berserakan. ku bilang, aku mengadu pada Tuhan, memohon diberikan yg paling baik dan paling sabar menghadapi aku.
lalu aku tersadar.
hei, apakah kamu adalah jawaban Tuhan pada doaku kala itu?