Gadis itu berumur 19 tahun, dua tahun lebih muda dariku.
Hari ini adalah hari pertemuanku dengannya yang kali
pertama.
Kesan saat bertemu, bahwa dia cantik.
Perawakannya mirip denganku, seorang gadis kecil.
Dia sudah mengalami banyak hal buruk dalam hidupnya.
Dan sekarang, dia sedang mencoba untuk hidup di masa mudanya
yang hilang.
Dia mencoba untuk melakukan perjalanan, untuk menemukan
kembali keberaniannya.
Saat ini Allah mempertemukan aku dengannya pasti bukan
hanya kebetulan.
Entah agar aku bisa membantu, atau malah dia yang akan memberikan
makna padaku.
Seseorang yang ku kenal dekat berkata bahwa ada sifatku yang
bisa menjadi pelengkap untuknya.
Aku tak tahu maksudnya apa.
Aku dan dia, miripkah?
Di awal pertemuan, dia tak banyak bercerita.
Justru dia memintaku untuk menceritakan kisah hidupku.
Selama satu jam selanjutnya, kuceritakan saja
cuplikan-cuplikan dari kisahku yang ku pikir bisa membuatnya tertawa, atau yang
sama menyedihkannya, agar dia tak merasa sendirian.
Setelah ceritaku usai, dia terlihat merenung, memikirkan
sesuatu, dan mulai bercerita.
Kami berdua sama ternyata, sama-sama mudah menangis.
Jadi ku biarkan saja, biarkan dulu dia menangis.
Karena ketika aku bercerita hingga menangis di depan orang
lain, aku pun juga menginginkan begitu, biarkan dulu aku menangis.
Ketika tangisannya reda, aku mulai tak suka bagian ini,
karena aku jago mendengarkan, tapi tak jago dalam menghibur orang.
Ku katakan bahwa aku mengerti apa yang dirasakannya, padahal
aku sendiri tak tahu aku sebenarnya mengerti atau
tidak. Aku tak punya bayangan apa jadinya diriku jika mengalami hal yang
serupa.
Karena Allah tak akan memberi cobaan kepada seseorang di
luar kemampuannya, berarti dia adalah orang yang sangat kuat jika sampai diberi
cobaan seperti ini.
Tak terasa sore mulai menjelang, kami beranjak dari tempat
makan itu dan melanjutkan cerita dengan hal-hal yang lebih menyenangkan.
Aku ajak dia berkeliling kota, mengajak dia ke sana kemari,
menjelaskan ini dan itu, lalu mengatakan bahwa aku ingin mengenalkan dia dengan
seseorang yang ku pikir akan banyak membantunya, dan dia setuju.
Rumah seseorang itu tak jauh, dekat dengan kota, dan mudah
untuk menemukannya.
Mereka bertemu, saling menyapa, dan memulai pembicaraan.
Aku tak ingin ikut
campur, aku tunggu di luar saja sambil bermain dengan anak tetangga, karena aku
sudah tahu apa yang akan terjadi di dalam sana.
Sesaat, mulai ada rasa bahagia yang aku rasakan. Bahwa
bahagia itu sederhana. Sesederhana kau bisa membagikan rasa bahagia itu ke
orang lain.
Walaupun hal ini tentu tak bisa mudah, aku yakin dia akan
membaik.
Karena hari ini tak akan sama dengan hari kemarin, bukan?
Selalu ada prospek bahwa hari ini akan lebih indah dari hari
kemarin, dan hari esok akan lebih elok lagi.
Maka janganlah bersedih lagi, gadis 19 tahun, yang cantik.
Bahwa Tuhan tak pernah tidur, kau tak akan pernah sendirian
:)
Dan hei, begitu pula
dengan diriku.
Aku harus kuat, harus
jadi lebih kuat.
Karena saat ini, aku
mempunyai alasan.
0 thoughts:
Posting Komentar