mungkin kita bisa bicara sejenak tentang hujan.
juga tentang awan yang berarak di langit sebelum tetes air jatuh menjadi gerimis.
mungkin kita selalu percaya, bahwa awan adalah kumpulan titik air yang mengapung di atas permukaan bumi.
kita membicarakan hal itu dalam buku-buku cetak pelajaran.
itu yang selalu kita tahu.
tapi bagiku, ada sesuatu yang lebih dari itu.
mungkin aku hanyalah seorang yang memercayai filosofi konyol semacam kesetiaan.
tentang mereka yang selalu berjanji untuk berbagi, meski tak selalu bahagia.
bukankah itu yang selalu dilakukan hujan dan awan?
mereka adalah pasangan yang bercerita tentang kesetiaan.
yang selalu muncul di waktu yang bersamaan.
kadang kehadirannya dicibir, kadang pula dipuja.
tapi mereka tak pernah berhenti,
tak pernah mengubah pola dan menjadikan sesuatu yang berbeda.
jadi karena itu, mereka disebut setia?
bisa jadi.
atau bisa juga, ini adalah rancangan yang sudah dituliskan Tuhan sejak awal.
bahwa Tuhan memang menciptakan pola seperti itu bagi mereka berdua.
hujan dan awan sudah dipersatukan sejak dulu.
dan pertemuan mereka kemarin, hari ini, dan sampai ratusan tahun nanti, akan tetap terjadi seperti itu.
tapi masalahnya, bagaimana jika salah satu ingkar?
ah, jadi ingat salah satu lirik puisi kesukaanku,
karya bapak sapardi.
kurang lebih bunyinya begini:
aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada.
cinta itu sebenarnya sederhana ya?
manusia saja yang terkadang membuatnya terlalu banyak syarat.
0 thoughts:
Posting Komentar