Senin, 03 November 2014
diam-diam peduli
aku tidak harus menunjukkan kepedulianku terhadapmu pada semua orang, bukan?
seperti seorang ayah yang sejak dahulu lebih banyak diam, jarang menanyakan kabar tapi sibuk ke sana kemari mencarikan kehidupan.
atau seperti anak-anak yang malu-malu enggan meminta ketika ia menyukai sesuatu, kemudian sang bunda memberikan padanya sesuatu yang menyenangkan hatinya.
aku kepadamu bukanlah seorang pencinta kepada kekasih. bukan pula seorang ayah bunda kepada anaknya. aku adalah seorang anak perempuan yang sengaja benar oleh Tuhan dipertemukan denganmu di planet ini.
lalu pada hari-hari berikutnya tidak pernah alpa aku berdoa untuk keselamatanmu. manusia pada umumnya bilang itu cinta, aku tidak bilang begitu. bagiku ini seperti sebuah kesempatan dalam hidup untuk merasakan bagaimana tulusnya berdoa untuk orang lain. padahal orang lain tersebut bukanlah siapa-siapa, setidaknya untuk saat ini.
aku mendoakan keselamatanmu hingga lupa mendoakan keselamatanku sendiri. aku memastikan kamu aman ketika menyeberang jalan, atau sekadar memastikan kamu hari ini sehat walafiat.
ini persis seperti anak perempuan yang jatuh cinta pada boneka jerapah di toko mainan, memerhatikan dan menginginkan, sekadar ingin. dinding kaca menjadi batas antara memiliki dan tidak memiliki.
aku kepadamu adalah seseorang dengan orang lain yang bukan siapa-siapa. jika aku peduli kepadamu, itu semata karena aku tidak tahu tentang bagaimana cara mengatasi perasaan. setidaknya aku mampu menahannya dengan cukup mendoakan. aku menahannya untuk tidak lebih dari itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 thoughts:
Posting Komentar