saat aku bertanya pada seorang kawan tentang pilihan,
dan ia menjawab dengan sebuah surat. sebuah surat yang indah..
Alhamdulillah, kamu lagi diberi banyak kesempatan. Alhamdulillah, sedang disuguhkan pilihan-pilihan. ingat-ingat lah masa itu: berada di depan pintu-pintu terbuka. ingatlah rasa ini manakala suatu hari nanti kamu berada di depan pintu-pintu tertutup agar kamu ingat bahwa segala sesuatu mengenal musim. pasang surut. tapi ketika berhadapan dengan pintu tertutup, tetap bersyukurlah, karena kamu setidaknya tidak akan kebingungan harus memilih yang mana.
tentang jalan mana yang harus kamu pilih, pilihlah jalan yang membuat hatimu bergetar. pilihlah jalan yang membuatmu bersemangat dan berpengharapan, rendah hati, dan aktif. kalau membuatmu malas, enggan..aku pikir itu bukan jalan untuk kamu tempuh.
jangan pernah takut soal rizki. Tuhan akan mencukupi. tidak berlebihan, tidak kekurangan. percayalah, kecukupan akan selalu datang tepat pada waktunya.
apapun pilihanmu, jalan manapun yang akan kamu tempuh, ketahuilah bahwa sebenarnya semua itu sudah diatur oleh Sang Maha Bijaksana. Dia telah mengatur semua itu dengan detail. sedetail-detailnya. jadi seandainya, kelak kamu merasa bahwa kamu telah salah melangkah, itu sebenarnya bukan kesalahan. memang sudah semestinya jalannya seperti itu.
aku setuju bahwa ini bukan perang. kamu hanya melengkapi jalan yang mesti kamu tempuh. memenuhi perjalanan takdirmu. melengkapi mozaik masa depanmu. bernar kan komentarku kemarin? bahwa kamu sudah bisa melihat..bahwa gunung sebenarnya bukan gunung...
- dikutip dari buku belajar menjadi daun.
tentang jalan mana yang harus kamu pilih, pilihlah jalan yang membuat hatimu bergetar. pilihlah jalan yang membuatmu bersemangat dan berpengharapan, rendah hati, dan aktif. kalau membuatmu malas, enggan..aku pikir itu bukan jalan untuk kamu tempuh.
jangan pernah takut soal rizki. Tuhan akan mencukupi. tidak berlebihan, tidak kekurangan. percayalah, kecukupan akan selalu datang tepat pada waktunya.
apapun pilihanmu, jalan manapun yang akan kamu tempuh, ketahuilah bahwa sebenarnya semua itu sudah diatur oleh Sang Maha Bijaksana. Dia telah mengatur semua itu dengan detail. sedetail-detailnya. jadi seandainya, kelak kamu merasa bahwa kamu telah salah melangkah, itu sebenarnya bukan kesalahan. memang sudah semestinya jalannya seperti itu.
aku setuju bahwa ini bukan perang. kamu hanya melengkapi jalan yang mesti kamu tempuh. memenuhi perjalanan takdirmu. melengkapi mozaik masa depanmu. bernar kan komentarku kemarin? bahwa kamu sudah bisa melihat..bahwa gunung sebenarnya bukan gunung...
- dikutip dari buku belajar menjadi daun.
0 thoughts:
Posting Komentar