"mumpung sekeluarga bisa ngumpul"
Itu alasan mama dan papa dalam jalan-jalan kali ini.
Tadinya mau ke wonosobo sm purwokerto,
tapi dibatalkan karena sesuatu alasan.
Dan jadilah kali ini kami bertamasya ke Jepara dilanjut ke Kudus.
Pas udah nyampe di Jepara, jeng jeeeng.
Bingung mau kemana.
"Yawdah keliling-keliling kota Jepara aja." kata papa.
Sempat mengunjungi beberapa toko kerajinan ukiran kayu yg dirasa menarik.
Setelah merasa cukup puas melihat hasil ukiran kayu anak jepara, kita lanjutkan perjalanan.
Mbak Nadia Googling, dan katanya ada museum RA.Kartini di Jepara.
Oke kita ke situ. Ternyata museumnya dekat dengan alun-alun Jepara.
Agak miris, museumnya sepi, padahal alun-alunnya ramai.
Ah, dasar anak muda jaman sekarang. Sudah jarang yg mau main ke museum.
Adzan ashar, cari Masjid.
Mampirlah kami ke Masjid agungnya Jepara. Lumayan besar, menurutku malah mirip Masjid agung Demak.
Selesai shalat, ayo kita ke Kudus.
Maen ke rumah pak dhe, maen ke rumah mbahuti.
Tapi sebelum itu, main dulu ke Tugu Identitas Kudus.
Melihat pemandangan kota kudus di malam hari dari menara tinggi.
"sekalian ngumpulin tiket." kata mbak nadia kegirangan.
Pulang dari tugu identitas, lanjut ke target utama.
Silaturahim.
dengan Pak dhe, Bu dhe, Mas Anto, Mbak Pepen, Dek Hafidz,
dan terutama mbahuti.
Akhir-akhir ini kesehatan mbahuti makin menurun.
beliau sudah tidak bisa berjalan lagi dengan kekuatannya sendiri.
Kakinya gemetar, perlu dipapah.
Jadi beliau seringnya selalu berada di dalam kamar.
Ketika yg lain berkumpul di ruang keluarga, aku masuk saja ke kamar mbahuti.
Walaupun aku tahu pendengaran beliau sudah agak berkurang, aku nyerocos saja.
Menceritakan masalah perkuliahanku di Solo, teman-temanku, dan juga kegalauan hati seorang perempuan ketika sudah mulai tertarik dengan lawan jenis, haha.
Tapi mbahuti diam saja, hanya tersenyum.
dan mencubit hidungku, itu-yg-selalu-dilakukan-beliau-setiap-bertemu-denganku.
Ah, seandainya pendengaran mbahuti masih normal seperti dulu,
apa yg akan dikatakan mbahuti ketika mendengar cerita-ceritaku tadi?
anak kecil yg waktu itu beliau latih agar bisa berjalan,
dan anak kecil yg waktu itu selalu tidur di kamar beliau setiap dimarahin sm papa mama,
kini sudah tumbuh dewasa.
haha.
Akhir-akhir ini kesehatan mbahuti makin menurun.
beliau sudah tidak bisa berjalan lagi dengan kekuatannya sendiri.
Kakinya gemetar, perlu dipapah.
Jadi beliau seringnya selalu berada di dalam kamar.
Ketika yg lain berkumpul di ruang keluarga, aku masuk saja ke kamar mbahuti.
Walaupun aku tahu pendengaran beliau sudah agak berkurang, aku nyerocos saja.
Menceritakan masalah perkuliahanku di Solo, teman-temanku, dan juga kegalauan hati seorang perempuan ketika sudah mulai tertarik dengan lawan jenis, haha.
Tapi mbahuti diam saja, hanya tersenyum.
dan mencubit hidungku, itu-yg-selalu-dilakukan-beliau-setiap-bertemu-denganku.
Ah, seandainya pendengaran mbahuti masih normal seperti dulu,
apa yg akan dikatakan mbahuti ketika mendengar cerita-ceritaku tadi?
anak kecil yg waktu itu beliau latih agar bisa berjalan,
dan anak kecil yg waktu itu selalu tidur di kamar beliau setiap dimarahin sm papa mama,
kini sudah tumbuh dewasa.
haha.
0 thoughts:
Posting Komentar