Dulu, ada seorang arab tua, renta, sakit-sakitan.
Selama 80 tahun arab itu tinggal di oase gurun.
Kehidupan oase yang biasa-biasa saja, bahkan baginya sama
sekali tidak berguna, tidak berarti.
Berkali-kali dia bertanya kepada dirinya sendiri, buat apa
hidupnya begitu panjang kalau hanya untuk terjebak di oase itu.
Saat oase mulai mengering, saat orang-orang mulai pindah,
menyedihkan dia justru memaksakan diri bertahan.
Mengutuk tubuh tuanya yang tidak bisa lagi diajak pergi.
80 tahun percuma, dia menjalani masa kanak-kanak sama
seperti teman-temannya.
Menjadi remaja yang tak bosan bicara cinta sama seperti
remaja lainnya.
Bekerja menjadi pandai besi, menikah, punya anak, dan
seterusnya.
Sama seperti penduduk oase lainnya.
Istrinya meninggal saat tubuhnya beranjak tua.
Beberapa tahun kemudian anak-anaknya pergi ke kota-kota
lain, dan dia tertinggal.
Sendirian, hanya sibuk berteman dengan pertanyaan apa arti
seluruh kehidupan yang dimilikinya.
Suatu hari, serombongan karavan melintas di puing-puing oase
itu.
Mereka tiba persis saat arab tua itu mati di rumah kecilnya.
Lihatlah, hingga maut menjemput arab tua itu tidak tahu apa
sebab akibat hidupnya..
Karavan itu tak peduli, meneruskan perjalanan setelah
mengisi penuh-penuh tempat air.
Hanya satu yang peduli, orang itu berbaik hati menguburkan
arab tua tersebut.
Kau tahu, ternyata orang yang berbaik hati itu terselamatkan
atas pembantaian suku badui, kawanan bandit yang menguasai gurun..
Karavan yang pergi lebih dahulu itu ternayat binasa, tidak
bersisa.
Orang yang berbaik hati menguburkan arab tua itu baru
berjalan esok harinya, menemukan bangkai dan sisa-sisa pertempuran
teman-temannya saat meneruskan perjalanan.
Teman, tahukah kau, lima generasi berikutnya, dari orang
yang berbaik hati itu ternyata lahir seorang manusia pilihan.
Manusia pilihan yang orang-orang kelak menyebutnya
“al-amin”..
Bukankah kita tidak tahu apa yang akan terjadi kalau arab
tua itu tidak meninggal hari itu, bukan?
Orang baik itu juga ikut terbantai, bukan?
Apakah yang akan terjadi dengan generasi kelima keturunannya
kalau arab tua itu tidak tinggal menyesali diri di oase?
Bagaimana dengan nasib pembawa risalah itu.
Itulah sebab-akibat kehidupannya..
Yang sayangnya tidak dia ketahui hingga maut menjemputnya.
0 thoughts:
Posting Komentar