Pages

Kamis, 10 April 2014

siklus sebab-akibat



Bayangkan al, sebutir gandum tergeletak sendirian di lantai, di gudang penyimpanan.
Sebutir gandum itu jatuh saat karung-karung di tumpuk.
Lantas terkena sepakan kuli-kuli angkut yang beranjak pulang di sore hari, terlempar kesana kemaro, hingga akhirnya terjepit tersembunyi di sela-sela tegel.
Seseorang yang bertugas menyapu lantai gudang menjelang malam meletakkan ember kering persis di atasnya.
Sempurna sudah melindungi butir gandum itu dari apapun.
Atap gudang penyimpanan itu juga kokoh dan rapi, tidak pernah tampias meski setetes air sepuluh tahun terakhir.

Malam itu hujan turun deras..

al, kering atau basah nasib sebutir gandum itu sudah ditentukan.
Tidak peduli seberapa baik atap gudang menahan hujan.
Tidak peduli seberapa kokoh ember plastik melindunginya.
Tidak peduli seberapa dalam rekahan tegel menutupinya.
Kalau malam itu ditentukan basah, maka basahlah dia.
Kalau ditentukan kering, maka keringlah dia..

Begitulah kehidupan.
Robek-tidaknya sehelai daun di hutan paling tersembunyi pun semua sudah ditentukan.
Menguap atau menetesnya sebulir embun yang menggelayut di bunga anggrek di dahan paling tinggi, hutan paling jauh semua juga sudah ditentukan..

Kalau urusan sekecil itu saja sudah ditentukan,
Bagaimana mungkin urursan manusia yang lebih besar luput dari ketentuan..

Bagi manusia, hidup ini juga sebeb akibat, al.
Bedanya, bagi manusia sebab akibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa.
Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain.
Kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi.
Kemudian entah pada siklus yang keberapa, kembali lagi ke garis kehidupanmu..
Saling memperngaruhi, saling berinteraksi..

Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan.
Tidak ada yang bisa merubahnya, al. Kecuali satu:
Yaitu kebaikan.



0 thoughts: