Pages

Selasa, 12 Februari 2013

kisah sebuah pensil


Seorang bocah menyaksikan neneknya sedang menulis sepucuk surat. Seketika si bocah bertanya,”nenek menulis tentang apa? Apakah itu cerita tentang aku?”
Sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya: “nenek memang menulis tentang kamu, tapi yang lebih penting daripada cerita ini adalah pensil yang nenek gunakan. Nenek harap, ketika dewasa nanti, kamu akan seperti pensil ini.”
Si bocah memandangi pensil itu. Tak ada yang istimewa. “Tapi nek, ini tak beda dengan pensil-pensil lain yang pernah ku lihat.”
“itu tergantung bagaimana kamu memandang sesuatu,” sahut sang nenek. Pensil ini, lanjutnya, punya lima keistimewaan yang, jika kamu kelola secara baik, akan menjadikanmu seseorang yang senantiasa berdamai dengan dunia.
Pertama, kamu berbakat menghasilkan sesuatu yang hebat, tapi jangan pernah lupa bahwa ada tangan yang membimbing langkahmu. Kita sebut tangan itu adalah Tuhan. Tanpa Tuhan, kita tidak bisa apa-apa.
Kedua, sekarang dan nanti, nenek harus berhenti menulis dan menggunakan sebuah rautan. Itu akan membuat pensil ini sedikit menderita, tapi setelah itu ia akan lebih tajam. Kamu juga begitu, harus belajar menahan sakit dan derita, sebab semua itu akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik.
Ketiga, pensil ini selalu mengingatkan kita agar menggunakan penyetip untuk menghapus kesalahan. Artinya, mengoreksi segala yang telah kita lakukan bukanlah hal buruk, dan akan membantu menjaga kita tetap pada jalan kebenaran.
Keempat, apa yang sesungguhnya berarti dari sebatang pensil bukanlah kayu bagian luarnya, melainkan granit yang berada di bagian dalam. Maka selalu perhatikan apa yang terjadi di dalam dirimu. Jagalah hatimu agar senantiasa baik.
Terakhir, yang kelima, pensil selalu meninggalkan jejak. Dengan cara yang sama, kamu mesti tahu bahwa apapun yang kamu lakukan dalam hidup akan meninggalkan jejak, maka sadarilah setiap tindakanmu. Tinggalkan kesan yang baik pada orang-orang yang kamu tinggalkan.
“nah, apa sekarang kamu mengerti apa keistimewaan dari pensil ini?” tanya sang nenek kepada cucunya...

0 thoughts: