(tepian daun)
kepada embun: sebagai tepian daun,
tak ada yang bisa ku perbuat
selain menjaga dan memperhatikanmu.
jika kau ingin jatuh, jatuhlah perlahan.
kau tahu aku mencintaimu, karena itu aku mengikhlaskanmu.
(setitik embun)
kepada daun: sebagai titik embun,
tak ada yang bisa ku berikan
selain sejuk tubuh rapuhku.
aku akan segera mati, karena aku hanya sementara.
percuma.
aku hanya setitik embun dan menemanimu sebentar saja,
setelah itu aku akan menguap,
atau jatuh ke tanah dan mati.
aku mendengar kau berteriak begitu keras.
kau berkata, mengapa perpisahan kita begitu lekas.
aku tidak tahu, kataku.
namun beginilah seharusnya. kau harus menerima.
banyak hal indah memang hanya berlangsung untuk sementara.
kau bisa mencintai embun yang lain jika mau
tetapi kau menolak. kau bersikeras menginginkan aku.
kau tahu, jika saja aku punya keberanian untuk mengucapkan hal itu,
aku akan berkata padamu,
aku pun mau.
tetapi aku tak bisa.
aku hanya setitik embun dan aku lahir untuk sebuah sementara.
selamat tinggal dan terima kasih.
aku akan merindukan rengkuhan itu. rengkuhan saat kau begitu takut kehilangan aku.
(sebuah pagi)
aku sebuah pagi dan temanku adalah angin.
sebagai pagi, aku sudah terlalu tua untuk menyaksikan kisah cinta seperti ini.
sungguh, bisakah kalian hentikan melodrama tua ini?
kalian akan terus bermesraan seperti itu di depanku? sungguh?
oh, lebih baik aku segera mati.
aku terpaksa menyaksikan semuanya karena, ya, tentu saja karena aku sebuah pagi.
aku tidak bisa lari atau menghindar meski, oh, aku ingin, setengah mati ingin, lari dari pertunjukkan memuakkan ini.
sesungguhnya aku tidak benar-benar yakin apakah angin adalah temanku.
karena pada hari-hari tertentu ia akan menjelma menjadi musuh.
ia pengembara yang berpergian seenaknya. dan ia tak pernah menjadi tua.
tidak seperti aku, yang selalu khawatir akan bertambahnya usia.
angin, temanku (atau musuhku, entahlah) ia abadi dan ia tidak butuh hal lain selain dirinya sendiri.
ia hanya satu dan ia sangat bangga dengan itu.
tetapi meski menyebalkan, ia masih lebih baik daripada kalian dan kisah cinta kalian yang membosankan.
(angin)
sebagai angin, tak ada lagi yang membuatku gembira selain berkelana dari satu pagi ke pagi yang lain, singgah sebentar dan berangkat lagi.
oh ya, aku sudah cerita kepada kalian tentang daun dan embun yang bercinta pada pagi itu?
ah, kasihan sekali.
daun yang malang itu sampai sekarang masih terpuruk dan belum menerima kenyataan bahwa embun yang ia cintai sudah jatuh ke tanah dan mati.
padahal masih banyak embun lain yang berdatangan kepadanya setelah itu, tetapi tetap saja ia tidak mau.
aku heran, memangnya cinta hanya bisa untuk satu? tidak bisa dua, tiga, atau empat?
ah, pusing aku memikirkannya.
aku ini angin dan tugasku hanya membawa kabar, bukan menelaah kisah cinta yang bahkan bukan milikku.
aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya ditunggu oleh pagi yang tua itu.
dia pernah kehilangan kekasihnya, aku tahu.
belakangan aku mencari tahu lebih jauh tentang kekasih pagi yang pergi itu.
kekasihnya bernama senja.
dan setelah satu fakta terbuka, fakta lain mengungkap dirinya.
senja dibawa pergi oleh malam.
menurut pengakuan pagi kepadaku, senja melihat malam pada hari itu begitu indah dan menawan.
senja melihat malam di hari sebelum tahun baru yang penuh sinar menyilaukan dan tanpa butuh waktu ia jatuh cinta kepada malam itu.
hari berikutnya, ia tidak pernah lagi menemui pagi.
dan sejak itu, pagi yang tua selalu menanti.
aku bingung, memangnya cinta harus selalu menanti?
ah, aku ini kan hanya angin dan tugasku hanya membawa kabar.
oh ho ho ho!