Pages

Minggu, 28 November 2010

ajari aku menjadi orang sederhana,

Jumat, 19 November 2010

memang harus begitu

Seharusnya dalam setiap tangisku, aku menyesali semua dosa2ku,
Seharusnya dalam setiap sujudku, aku mendoakan kedua orang tua ku,
Seharusnya dalam setiap kontraksi ototku, aku gunakan untuk menolong orang lain,
Seharusnya dalam setiap ucapanku, aku berdakwah menyebut nama Allah,
Seharusnya dalam setiap penglihatanku, aku mengagumi betapa besar ciptaan Nya,
Dan seharusnya dalam setiap pikiranku, aku memaafkan semua kesalahan orang lain,
Tapi bisakah aku seperti itu?

Pengemis Spesial

"Mau ke mana kita?" seorang teman bertanya kepadaku.
Aku melirik arloji yang melingkar manis di tangan kiriku. Hanya ada waktu 1 jam lagi sebelum jam kuliah berikutnya. Waktu yang ada bisa menjadi sangat membosankan jika hanya digunakan untuk menunggu tapi jika harus pulang ke rumah, justru terlalu membuang-buang waktu.
Seorang teman yang lain berkata, "Duduk di sini aja yok. Belajar buat pretest besok."
Hm, ide yang bagus. Kami pun duduk di sudut gedung kampus yang dinaungi rimbunnya pepohonan. Belajar pun dimulai, saling menjelaskan, saling mengomentari.
Tengah asyiknya kami berdiskusi, sesosok manusia menarik perhatianku. Bapak tua yang tertatih berjalan menuju ke arah kami. Dia adalah pengemis yang 'beroperasi' di kampus ini. Tidak sekali dua kali ini saja aku melihatnya. Bahkan jika pagi hari aku berangkat lewat gerbang belakang kampus, tak jarang aku bertemu pengemis itu yang juga baru saja berjalan masuk ke dalam kampus. Hm, serasa dinas di kampus saja dia.
Pengemis itu berperawakan kecil, hitam. Wajahnya tua dan rambutnya putih dimakan usia. Dia selalu memakai baju kemeja yang sudah lusuh dan tak jelas warnanya dengan celana pendek selutut yang tak kalah lusuhnya. Di bahu kirinya tergantung kantong tas yang ikut lusuh pula. Setiap orang yang melihatnya mendekat, rasanya tak sampai hati untuk tidak memberinya sekeping atau selembar uang. Demikian pula kali ini.
Bapak pengemis tua itu makin mendekat ke arah kami. Dia berhenti sejenak di segerombolan orang yang sedang duduk tak jauh dari kami. Kulihat semua orang mengulurkan tangannya ke arah pengemis itu. Dengan kembali tertatih, dia berjalan menuju kami.
Aku dan teman-temanku segera meraih dompet yang ada di dalam tas. Tepat saat pengemis itu berada di depanku, aku mendengar sayup-sayup dering HP. Keningku berkerut saat kuraih selembar uang dan kuberikan pada pengemis itu. Pengemis itu meraih uangku dengan tangan kanannya.
Aku masih penasaran dengan dering HP yang kudengar. Kulihat teman-temanku tak ada yang bereaksi dengan HP-nya. Mereka masih sibuk mengambil uang dari dompet mereka. Kulirik bapak pengemis tua yang kini sudah beralih ke hadapan temanku. Pengemis itu menunduk. Refleks, aku melihat ke arah kantong tas yang ia kalungkan di bahu kirinya. Aku menahan nafas. Pengemis itu mendekap kantong tasnya erat-erat.
Saat pengemis tua itu berlalu, teman-temanku saling pandang.
"Itu tadi suara HP...?" tanya temanku dengan nada menggantung tak yakin.
Aku mengangguk.
Seorang teman berkata dengan nada sebal, "Wah, ternyata! Kalau tau gitu besok kapan-kapan aku mau tanya ke bapaknya. Pak, nomor HP-nya berapa. Biar nanti kalau saya ada rejeki bisa menghubungi bapak untuk ngasih sedekah."
Aku pun tersenyum.

PS :
Bukan pengemis ini yang aku komentari, tapi sikap kita. Pengemis ini memberiku setidaknya dua pelajaran.
Pertama, jangan menjadi peminta-minta dan bermental peminta-minta. Jika kita tak suka dengan pengemis berpunya yang tetap meminta-minta, apakah orang lain juga tidak berpikir begitu jika kita hanya bisa meminta-minta padahal kita pun masih berpunya? Satu kuncinya, syukur dan qonaah dengan apa yang ada.
Kedua, belajar untuk lebih ikhlas. Tidak usah lah kita memilih-milih orang yang berhak kita bantu. Sebanyak mungkin, asal kita ikhlas dan berniat baik, insya Allah, Allah yang akan memberikan gantinya.

Selasa, 16 November 2010

i hope so

wahai keongku yg disana, apa kabarmu?
masihkah engkau asik bercengkrama dengan sahabat kecil coklat mu itu?
masihkah ada gemericik samudra di dalam tubuhmu?
aku harap kalian tetap bisa terus bersama walaupun dari dua pulau yg berbeda,
dan aku harap begitu juga kami,
tetap bisa saling bercengkrama dalam kerangka persahabatan,
selamanya,

maaf, aku bukan pemandu jalan yg baik

Sejujurnya, kalo aku ditanya mau pulang ke semarang untuk idul adha bareng2 sm keluarga apa nggak,

Aku bakalan jawab: aku mau,

Tapi mau gimana, janji sudah terikat. kata2 tidak bisa ditarik lagi.

Aku dah terlanjur janji sm adek2ku yg ada disini. adek2 baruku. adek2 kosku.untuk shalat ied bareng2 di solo. mencoba hal yang baru,

Awalnya sedih memang, ada yg aneh rasanya,

Tapi abis2 dipikir, ternyata lumayan seru kog,

Dari 22 kamar yg ada, tersisa tinggal 6 orang, lantai atas 5 orang, lantai bawah 1 orang,

Yg lain pada pulang kampung semua,

Waktu malem takbiran, kami berenam (aku, wida, tami, vivi, wahyu, dinda) ngumpul di ruang tivi lantai atas,

Wida, tami, dinda, sm wahyu, kebetulan anak pendidikan dokter 2010, mereka lagi ngelembur laporan anatomi yg subhanallah banyaknya,

Alhasil, aku sm vivi bantuin mereka ngerjain laporan. ampe malem. ampe jam 1. sambil cerita2 tentang mimpi2 kami di masa kecil. padahal besoknya kami harus bangun pagi2 utk shalat ied jam 5.45,

Karena takut ga bisa bangun pagi2, kami sepakat buat tidur rame2 di depan tivi, bawa bantal masing2, dan saling berbagi selimut: nyalakan alarm jam 4!

Eh, besoknya, kami malah baru kebangun jam 5 pagi,

Padahal shalat iednya jam 5.45, dan kami belum siap apa2, kertas, buku, rempah2 makanan, masih berantakan di ruang tivi, ckck

Dengan gerakan secepat iron man, akhirnya kami bisa dateng shalat ied tepat pd waktunya, maksudnya: benar2 tepat, kalian tahu kan apa maksudnya?

Selesai shalat. denger ceramah. perut keroncongan. pengen makan daging. tp bingung makan di warung apa. krn masih pada tutup semua jam segitu. apalagi pada abis shalat ied,

Akhirnya kami keliling2. rame2. muter2. naek motor buat nyari makan,

Berhubung aku yg paling senior disitu (ceilee, yg laen angkatan 2010 soalnya), aku “dianggep” yg paling tahu jalan,

Tenang, cuma dianggep kog, bukan kenyataan,

Jadi aku nyetir motor yg paling depan,

Kalian tahu lah ya, ingetanku secetek apa, dan aku bener2 buta arah,

Dengan sok2 tau jalan, aku masuk ke gang2 kecil di daerah belakang kampus dengan bilang gini,

" ntar ini tembusan nya ke depan kampus kog"

"masa mbak?" (ups, mereka mulai meragukanku)

"iya bener kog, kalian tenang ajaaa" (aku mulai sok tau jalan lagi)

Akhirnya aku mulai ngikutin jalan yg anggepanku ya bener jalan itu, jalaaaan terus,

Dan akhirnya, aku menyerah, kami nyasar, di hutan, semak semak, ada kuburan,

Krik krik krik,

Dengan senyum tanpa dosa, aku bilang,"hehe, maap ya dek, salah jalan, perasaan bener deh ini jalannya"

Dalam hati: kenapa perut keronconganku menuntunku untuk sampai ke kuburaaaan T.T

maaf jika aku orang jahat

Jika aku telah melukaimu, maaf, aku tak bermaksud begitu
Jika aku telah menyalahkanmu, maaf, aku lah yg sebenarnya bersalah
Jika aku telah mengecewakanmu, maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi,
Jika aku belum memenuhi semua janjiku, maaf, tunggu aku,
Jika kau memutuskan untuk diam dan pergi, maaf, datanglah kembali suatu hari nanti,

jika memang iya

Jika kau memang mencintaiku, maka katakan
Jika kau memang mencintaiku, maka buktikan
Jika kau memang mencintaiku, maka pertahankan
Jika kau memang mencintaiku, maka cintailah aku karena Allah,,

wake up!

Dimana akalmu,
Kamu tu anak kedokteran as,
Disana lagi ada bencana,
Mbok bangun, siap-siap, tolongin yg lagi di sana,
Jangan cm diem, berkutat saja dengan buku-bukumu,
Amalkan ilmu mu itu,
Apa gunanya seorang dokter klo bukan buat nolong orang laen?
Bangun, korbankan waktumu, tenagamu, hartamu, dan pikiranmu,
Mereka lebih membutuhkanmu daripada buku-bukumu itu,
Bangun!