Pages

Selasa, 27 Maret 2012

dari Ayah untuk Haydar

“nak, jangan pernah menyerah.”

“ayah tau, ini tidaklah mudah.”

“tapi, inilah kehidupan”

“kehidupan harus disuguhkan dalam keadaan seperti ini.”

“seolah, engkau memiliki segala yang kau lihat, yang kau sentuh..”

“padahal kau sebenarnya tak memiliki apapun.”

“bahkan dirimu sendiri pun, hakikatnya bukan milikmu pula.”

“maka dari itu, hiduplah dengan sederhana anakku.”

“dengan pemikiran yang sederhana.”

“dengan sikap yang sederhana.”

“dengan senyum dan ketegasan yang sederhana.”

“itu akan lebih baik dari sekedar engkau hanya berkutat dengan akalmu sendiri.”

“memang, tidaklah mudah untuk selalu sadar akan peran yang seharusnya.”

“tidak mudah pula untuk selalu sadar siapa kawan siapa lawan.”

“lagipula ayah hanya bisa membantumu dengan argumen-argumen logis.

“abi tidak bisa menjelaskan pola emosi yang harus engkau susun.”

“karena, masing-masing kitalah yang harus menyusun pola emosinya.”

“engkau harus menjalaninya sendiri, dan memahami rasa yang tersemat padanya.”

“setiap amal, setiap i’tiqad, bukanlah sekedar teori dan algoritma ringkas.”

“masing-masing kita harus merasakan dan menjalaninya.”

“lagipula kaidah pokoknya sangat sederhana kan nak?”

“yaitu pada al Bayyinah.”

“kita hanya diperintahkan untuk menyembah Allah..”

“dengan ikhlas”

“dan lurus..”

“..”

“itulah mahabbah.”

“jika engkau memang jatuh cinta, maka engkau harus membenci.”

“membenci apa yang dibenci oleh yang engkau cintai.”

“jika tak demikian, engkau belum benar-benar jatuh cinta.”

“maka, masing-masing kita pasti akan diuji.”

“untuk membuktikan apakah mahabbah yang kita persembahkan..”

“adalah mahabbah yang sesungguhnya, atau hanya topeng belaka.”

“..”

“diusia-usia ini,”

“engkau mungkin akan banyak mengalami kemunduran amal.”

“dan mengalami kemajuan dalam kefahaman.”

“tapi ingat nak. kelak, yang dihisab adalah amal kita.”

“bukan ilmu yang kita ketahui.”

“maka dari itu, bangkitlah lagi.”

“meskipun ayah bisa mendidikmu dengan cambuk,

“tapi, engkau sendiri yang harus mendidik dirimu.”

“untuk bisa mempersembahkan mahabbahmu yang sesungguhnya”

“kepada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu..”

“..”

“seharusnya.. untuk pemuda seperti engkau.”

“yang sudah memahami kisah Nabi Musa,

yang memahami perdebatan Einstein dan Heisenberg.”

yang memahami definisi hidup..”

“seharusnya, engkau bisa mencapai hal hebat yang belum pernah ayah capai nak..”

“ingat nak..”

“kita adalah keluarga muslim..”

“darah kita bukanlah milik kita.”

“kehormatan kita bukanlah karena ego kita.”

“harta kita bukanlah karena hawa nafsu kita.”

“semua itu adalah milik Allah.”

“Dia berhak untuk mengambilnya kapanpun.”

“berhak memerintahkan kita untuk..”

“mempersembahkan ketiganya untuk Agama-Nya..”

“..”

“sebagaimana sejarah-sejarah yang engkau dengar dari kakek nenek..”

“dimasa engkau tumbuh, atau dimasa anak-anakmu kelak,

“di negeri ini mungkin akan tumbuh musuh-musuh besar Islam.”

“maka dari itu, engkau harus bersiap-siap.”

“engkau harus tumbuh menjadi seorang pemuda tangguh.”

“wallahu a’lam.”

“barakallahu fiikum.”

Matematika dan Fisika

hei hei, lagi-lagi aku ingin menulis tentang kalian.

emang sih, kalian berdua itu favoritku. bahkan sampai saat ini lho,

matematika, favorit nomor satu.

dari dia, aku bisa sadar banyak hal.

2 + 2 + 2 = 2 * 3 = 12 / 2 = dll

seperti hal diatas, wujud suatu permasalahan bisa berubah menjadi apapun

manipulasi yang sangat menarik

sehingga, kita tak perlu terlalu pusing dengan suatu permasalahan.

karena serumit apapun suatu masalah, selalu ada wujud lain dengan esensi yang sama dengannya dengan “tampilan” yang lebih mudah untuk diselesaikan.

matematika mengajarkanku untuk tidak mudah menyerah.

untuk selalu bersikap realistis dan rasional

dan memahami permasalahan dari esensinya

menempatkan prioritasnya sesuai bobot yang seharusnya

dan memahami penilaian objektifnya

fisika, favorit nomor duaku.

si fisika mengajarkanku untuk selalu melihat permasalahan secara holistik

dan menempatkan variabel-variabel yang terlibat pada tempat yang seharusnya

seperti pada hukum newton aksi = reaksi

dan persamaan diatas adalah persamaan yang menuntut kesetimbangan dari suatu sistem

semisal ada benda dengan massa m diikat dengan tali pada suatu bidang luncur miring yang memiliki koefisien gesek sekian dan sudut kemiringan sekian,

maka dari hal diatas, kita harus menguraikan semua gaya yang terlibat..

karena F = m.a maka setiap percepatan yang mengenai suatu massa akan menimbulkan gaya

di sistem itu terdapat gravitasi bumi sebagai percepatan

terdapat pula massa benda sebagai massa yang terpengaruh oleh percepatan

sehingga gaya-gaya yang terlibat antara lain : berat (W), gaya normal (N), gaya gesek (F), dan tegangan tali (T)

kemudian, gaya-gaya tersebut harus diproyeksikan dalam bidang-bidang yang sama supaya bisa ditemukan resultan gayanya

sampai akhirnya pun ditemukan resultan F = 0

simpel sekali bukan?

dan inilah kehidupan

di setiap permasalahan, kita harus memahami variabel-variabel yang terlibat di dalamnya

memahami kualitas dan kuantitas masing-masing variabel

memproyeksikan semua variabel itu secara adil dengan penilaian yang sesuai

lalu mencari resultannya.

dulu saat aku menghadapi permasalahan, kadang aku hanya menyalahkan orang lain.

tapi, tentu saja itu adalah hal bodoh.

kalau bersikap begitu, aku hanya jadi bahan tertawaan bagi matematika-fisika

sekarang, aku harus lebih paham.

setiap ada permasalahan, variabel yang harus dikritisi terlebih dahulu adalah diriku sendiri

mengakui kesalahan, ternyata juga tak terlalu buruk kok.

meskipun terkadang ternyata memang suatu permasalahan itu adalah kesalahan orang lain

tapi tetap saja kita terlibat dalam “kesalahan orang lain” tadi. kok bisa?

tentu saja, kita jadi ikut salah karena membiarkan orang lain berbuat salah.

yap. membiarkan orang lain berbuat salah adalah suatu kesalahan.

jadi, banyak-banyak istighfar.. bukan mencari-cari kesalahan orang lain

banyak-banyak introspeksi, bukan mengkritisi orang lain

buka mata buka hatimu :)