Pages

Selasa, 29 Desember 2015

apa itu jodoh?





mungkin imajinasi kita tentang belahan jiwa selalu terlalu sederhana, an. di tepi pantai, kita selalu mengandaikan ada seseorang lainnya di seberang lautan yg tengah menunggu kita untuk berlayar..


pada saat yg sama, kadang-kadang kita yg ragu juga sering kali juga hanya menunggu, sambil mendambakan seseorang yg kita nantikan itu akan lebih dulu merakit sampannya, mengayun dayungnya, mengarahkan kompasnya..


lalu, kita membayangkan berjodoh sebagai pertemuan dua org itu, di tepi laut tempat kita menanti, atau di pantai tempat ia mengharap, atau di antaranya ketika keduanya sama-sama tak bisa menunggu dan saling berusaha mengalahkan waktu.


tetapi laut, ombak, dan dalamnya, selalu menjadi misteri dan tak terduga-duga, kan?


terus terang, sampai detik ini, aku tak tahu apakah kita berjodoh atau tidak, an. tetapi, paling tidak, aku bukan laki-laki yg hanya diam di tepi pantai. dan, sepertinya kamu juga bukan perempuan yg menunggu saja di tepian pantai lainnya, kan?


seperti apa pun kisah kita nanti, aku sedang berlayar menjemputmu. semoga kita benar-benar berjodoh dan Tuhan merestuinya.




takdir




dulu, aku membayangkan Tuhan seperti seorang pengarang.
aku membayangkan Tuhan menuliskan semua takdir manusia.



bukankah memang Tuhan yg menuliskan semua takdir manusia?



mungkin enggak.



maksudmu?



Tuhan mungkin tidak menuliskan kisah kita seperti seorang pengarang 
menuliskan cerita-ceritanya. Tuhan tidak menentukan kehidupan seseorang 
dari A sampai Z yg membuatnya tak bisa melakukan 
dan memutuskan apa-apa dalam hidupnya sendiri.



pikiranmu berbahaya.



aku mengarang cerita, an. aku tahu sebuah cerita kadang-kadang dituliskan 
tidak sebagaimana saat ia direncanakan. semua bisa berubah di tengah-tengah. 
dan, kadang-kadang kita tak perlu menuliskan kisah yg runut 
untuk menceritakan perjalanan hidup seseorang. 
kisah hidup manusia lebih mirip puzzle yg berserakan.


aku yakin kita bisa memilih cerita kita sendiri, an. 
aku yakin Tuhan bukan penulis amatiran sepertiku. 
Dia sudah menuliskan beberapa kemungkinan cerita yg tak terbatas jumlahnya, 
lalu meletakkan kita di antara semuanya. dengan satu dan lain alasan, 
kita menjadi tokoh yg menentukan arah cerita kita sendiri. 
kita melompat-lompat memberi makna dari satu keping puzzle hidup kita,
ke kepingan lainnya. jika hari ini kita memilih A
maka skenario Tuhan akan membawa kita ke cerita hidup B. 
tetapi, jika hari ini kita menentukan sikap untuk memilih skenario C, 
mungkin kisah hidup kita akan berlanjut ke D, bukan B.


bayangkan kita disajikan kemungkinan-kemungkinan 
cerita yg tak terbatas jumlahnya, dengan kompleksitas yg rumit 
dan sulit dijelaskan...kita bisa menentukan pilihan untuk menuju 
konsekuensi yg boleh jadi tidak linear. kompleks!



seneng aja dengerin kamu kayak gini lagi.


gila lagi ya? tapi ini serius.
takdir barangkali juga bekerja dengan cara semacam itu.
Tuhan menyiapkan kemungkinan-kemungkinan dengan hukum sebab akibat.
jika kamu melemparkan batu ke udara, batu itu akan jatuh
karena hukum gravitasi. agama menyebutnya sunatullah.
tetapi, bagaimana gayamu melemparkan batu itu
atau dimana batu itu mendarat, ada banyak kemungkinan tentangnya
dan barangkali kamu bisa memilih atau menentukannya. masuk akal, kan?



masuk akal.



tentang takdir, mungkin Tuhan menyiapkan titik-titik peristiwa 
dengan jumlah kemungkinan yg tak terbatas itu. lalu kita menentukan 
ke titik mana kita bergerak, ke titik-titik mana kita melanjutkan konsekuensi 
dari skenario yg kita pilih di titik sebelumnya. 
kita menyebut apa-apa yg sudah kita pilih, apa-apa yg sudah kita alami, sebagai nasib.



menarik. tapi, aku punya satu pertanyaan...

aku tak pernah memilih untuk punya penyakit seperti ini.



benar juga, ya?
aku juga nggak tahu pasti. barangtkali kita tak menentukan pilihan itu sendiri. 
sebab hidup kita terhubung dengan hidup orang lain di sekeliling kita.



kita adalah konsekuensi dari pilihan-pilihan
yg diambil orang lain sebelum kita, begitu?



mungkin begitu. Tuhan yang Maha Penulis telah menuliskan cerita 
yg melintasi generasi, melampaui ruang dan waktu.



rumit, ya?




penutup surat





al...ada yg pernah mengatakan bahwa jarak bisa menumbuhkan rasa cinta. kamu pernah dengar? aku rasa saat ini aku merasakannya. mereka benar-benar tumbuh, al. tulisan-tulisan ini adalah rasaku yg mungkin tak pernah sampai pada alamatmu. aneh sekali rasanya menulis surat untukmu dari sini. mungkin ini akan membuatmu bosan sejak paragraf-paragraf awal. tapi kuharap kamu bisa bersabar...seperti selama ini kamu bersabar tentang semua kekuranganku.


aku ingin mengucapkan terima kasih, al. terima kasih karena kamu telah menjadi bagian cerita bahagia dalam hidup yg kujalani selama ini. terima kasih karena kamu selalu ada dan tulus untuk membuatku bahagia. terima kasih karena kamu pernah memberanikan diri dan mengungkapkan semua perasaanmu kepadaku.


aku juga ingin minta maaf. maaf untuk segala hal yg pernah kukatakan atau kulakukan...semua yg membuatmu bersedih atau terluka. maaf karena aku telah meragukan niat baikmu selama ini. maaf karena aku mempertanyakan kesungguhanmu. maaf karena aku tak bisa membalas sebesar caramu mencintaiku.


kita tahu, cinta memang kadang-kadang menyakitkan, al. hidup memang sering tidak adil. ada hal-hal di antara keduanya yg membuat kita tak bisa berbuat apa-apa lagi. ada hal-hal yg begitu berat untuk kita jalani tapi tak bisa kita jelaskan semuanya.


kamu sering bilang bahwa hal-hal berat dalam hidup ini, selama belum membuat kita mati, akan membuat diri kita lebih kuat...tapi, buatku, kadang-kadang kita tak perlu menjadi kuat. selalu ada hal-hal yg tak bisa kita tahan, selalu ada hal-hal yg tak bisa kita tolak, ada saja hal-hal yg entah bagaimana harus kita biarkan saja untuk membuat kita terluka dan bersedih. pada saatnya, luka dan kesedihan akan mengajarkan kita tentang arti memiliki.


aku mencintaimu sejak pertama mengenal perasaan itu. kamulah yg pertama kali menyalakannya, al: jatuh cinta bahkan sebelum bertemu dengan kamu. dan, meski aku tak bisa memiliki dirimu seutuhnya, aku sudah cukup bahagia mencintaimu dengan segala yg kumiliki sepenuhnya.


al, jika suatu saat aku pergi, kamu tak punya utang apa-apa lagi kepadaku. kamu tak perlu menjawab atau membuktikan apa-apa lagi untuk tahu bahwa Tuhan memang telah mengirimkanku hanya untukmu, dan kamu hanya untukku.


maka, kapanpun aku pergi, simpanlah semua catatanmu tentangku. ingatlah yg baik-baik, bahwa kita pernah menjalaninya dengan perasaan bahagia. hari ini, telah kugenapkan semua perasaanku tentang kamu. telah kubulatkan keyakinanku untukmu. bila kata kata-kata dalam surat ini tak cukup indah untuk merangkum semuanya, izinkan aku meminjam sebuah puisi dari hujan bulan juni, "karena kata"...


karena tak dapat kuungkapkan
kata yg paling cinta
kupasrahkan saja dalam doa


al, jika suatu saat aku benar-benar pergi, ingatlah aku selalu mendoakan kebahagiaanmu. dan, jangan sia-siakan doa itu...



- an.




menggenap





al...ingatkah kamu tentang pelajaran fisika bab "gaya dan dinamika" saat kita sekolah dulu? tentang hukum III newton yang berbunyi: setiap benda yg memberi gaya tertentu akan mendapatkan gaya yg berlawanan dari yg diberikan olehnya. inilah yg membuat gerak jadi sempurna, al: F aksi = - F reaksi.


sungguh, al, mungkin ini teori fisika yg paling romantis buatku. baiklah, aku menyerah, aku memang benar-benar jatuh cinta kepadamu. aku melihat, paling tidak, kita berjodoh menurut hukum III newton. aku suka merah, kamu suka biru. aku suka ke pantai, kamu lebih suka pegunungan. aku pemalu, kamu periang. aku pendiam, kamu suka bercerita. aku suka novel dan komik, kamu suka buku politik dan kitab agama. aku seperti tak peduli, kamu ramah sekali. aku suka menulis, kamu suka main game. aku penyendiri, kamu suka bersosialisasi. aku mudah marah, kamu penyabar. aku mudah menangis, kamu kuat sekali. aku sering cemburu, kamu sangat mempercayaiku. aku tenang, kamu cenderung lebih mudah panik. aku bersih, kamu cenderung lebih berantakan. aku sering jatuh sakit, kamu sehat. aku mudah memaafkan, kamu membutuhkan waktu lebih lama. kita saling berlawanan, al. tapi sekaligus menggenapkan. sepertinya.


barangkali, aku bukan perempuan terbaik di dunia, karena memang tak ada seorangpun yg sempurna di dunia ini. aku hanya perempuan biasa, yg menemukan sebagian dirinya dalam dirimu. bagiku, al, kamulah yg menyempurnakan hidupku.


apakah ini terdengar gombal buatmu? ah, biar saja!