Pages

Kamis, 17 Oktober 2013

buta warna



seandainya aku terlahir buta warna, maka dunia terlihat sebagai bayangan yang nyata.

segitukah suramnya dunia? aku hanya bisa bertanya. tentu saja tidak pernah membandingkan, aku tidak tahu apa itu warna. aku hidup dan mengisi hidup seperti orang biasa. barangkali orang biasa pun mengisi hidup sama seperti orang buta warna. tidak ada gesekan, juga tabrakan. hingga muncul persyaratan masuk kuliah, kemudian persyaratan masuk kerja. orang-orang biasa memberi batasan pada orang-orang yang tidak melihat dunia seperti bagaimana mereka melihat dunia. adilkah?

padahal setiap orang hidup dalam dunianya sendiri. persis seperti orang buta warna dan dunianya.


batas



apa batasan yang ku punya?

mungkin salah satu cara menjawabnya adalah dengan
mengumpulkan sebanyak-banyaknya, menempuh sejauh-jauhnya,
menguasai seluas-luasnya.

hingga nanti pada akhirnya aku tahu lantas menentukan apa batasku sendiri.


sweet :')



untuk istriku
aku tidak semulia Muhammad
tidak sesabar Ayub, setampan Yusuf, ataupun segagah Musa.
terima kasih telah memilihku menjadi suamimu.
semoga aku dapat menjadi suami yang sangat kau cintai,
menjadi ayah yang anak-anak kita banggakan.
amiin..


untuk suamiku
aku bukanlah Khadijah yang begitu sempurna
di dalam mencinta.
bukan pula Hajar yang begitu setia di dalam sengsara.
aku hanya perempuan yang selalu berusaha
menjadi shalehah dan menjadi bidadari surgamu
di dunia dan di akhirat.
amiin..



Barakallah Nji & Mas Hakim



takdir



ada yang bilang kalau takdir itu di luar kendali kita.
tapi aku mengerti sekarang.
takdir kita, sebenarnya tinggal di dalam diri kita.
kau tinggal harus menjadi cukup berani untuk melihatnya.



melankolis=pemikir=jenius



aristoteles dulu mengatakan,"semua orang jenius punya watak melankolis".
pelukis, penulis, dan musikus biasanya orang melankolis yang sempurna,
karena mereka dilahirkan dengan potensi jenius.
yang kalau dimotivasi dan dikembangkan secara semestinya,
akan menghasilkan raksasa-raksasa.