Pages

Selasa, 02 Oktober 2012

"aku tidak tahu al; mana hujan, mana air mata, mana cinta"

Medsmotion 2012

Medical Faculty of Sebelas Maret University Presents:

One Day National Symposium

“Invention, Therapies, and Regulation on HERB MEDICINES”

 at Solo Paragon
Sunday, November 11th 2012

For further information:
Dwi Ariono (085725124811)
Okti Rahmawati (085749354950)

hati-hati

Kamu,
ya kamu,
hati-hati jatuh cinta padaku.
...
Kan sudah kukatakan,
aku tidak punya hati.
Maka aku hanya bisa memberikan kepercayaan dan persahabatan.
...
Nah, hari ini kubuat kau patah.
Apalagi yang akan kubuat padamu esok?

perempuan macam apa

Barangkali ia perempuan pejalan yang membawa ransel berisi cinta, al.
Ia tak menyerahkan cinta pada siapa-siapa, dari tangannya, dan juga dari bibirnya.
Tapi al, ransel itu berlubang.
Cinta tercecer sepanjang jalan.
Ada yang di pungut orang,
ada yang diperebutkan orang,
ada juga yang diinjak orang.
Tapi ia tak peduli.
Pun tak menambal lubang ranselnya.

Meski tahu.

biarkan saja

Kadang sesuatu terasa indah ketika begitu sangat ingin dimiliki, al.
Tapi ketika sudah dimiliki apalagi ditaklukkan,
tak terasa lagi indahnya.
Maka kubiarkan saja seperti ini.
Sementara.
Ya, barangkali sementara tak selama yang kukira.

hidup sekejap penyu sisik

Pernahkah kau mendengar tentang kisah hidup penyu sisik?

Tengah malam itu, di kegelapan, terdengar bunyi retakan. Awalnya seperti sekilas. Namun lama-lama bersahut-sahutan.

Itu suara ratusan telur penyu sisik menetas. Satu-satu penyu mungil keluar serempak, terdesak-desak, terburu-buru. Ramai.

Dunia gelap dalam pasir, langit gelap di luar pasir. Seburuk itukah dunia? Hanya seekor penyu mungil yang bertanya. Kakinya cacat.

Serempak seluruh penyu sisik mungil menuju laut yang menyahut. Ketika taktahu apa harus dilaku, maka hati lah penunjukmu.

Namun sekelebat bayang bersidekap. Kepak makhluk entah apa menekan keberanian. Tatapan pasang mata mengintai tekad.

Teriakan pertama terdengar di depan diiringi bayangan menyambar. Disusul rentetan serangan bayangan bertubi. Teriakan menyayat bersahutan.

Apa yang terjadi?! Teriak penyu sisik mungil dengan kaki tak sempurna. Ada apa dengan dunia? Kenapa pembantaian dianggap normal?

Tentu saja tak ada yang menjawab. Kakak-adiknya dibawa terbang sekawanan burung pelikan, ditelan kenyang gerombolan biawak hutan.

Belum lagi ribuan telur penyu tak sempat menetas dicuri makhluk serakah bernama manusia.

Penyu sisik mungil tidak tahu, bahwa hanya 10 ekor penyu yang dapat bertahan dari seribu telur yang ditetaskan.

Sebuah bayangan menukik ke arah penyu sisik lengkap di depannya. Ia melompat menyerahkan diri. Meski tadinya tak mungkin.

Ia mengangkasa. Makhluk bersayap mencengkram tempurung dan angin keras menampar. Ah, ia menyelamatkan saudaranya. Takapa, dirinya toh cacat.

Ajalnya dekat. Apa yang sudah ia perbuat dalam hidupnya yang singkat? Tanyanya tercekat. Ia lihat saudaranya hampir tak ada yang selamat.

Tapi penyu kecil yang ditolongnya berhasil mencapai garis pantai. Barangkali, ya barangkali, ia hidup untuk menyelamatkan satu nyawa.

Barangkali, hidup singkatnya berharga karena satu lompatan tak mungkin. Tapi setidaknya ada maknanya. Ada arti keberadaan hidupnya di dunia.

Ia menutup mata dan tersenyum. Jatuh bebas ke karang yang memecahkan ombak dan tempurungnya.

Malam itu, retakan bersahut-sahutan. Namun bukan tetasan telur. Kali ini pecahan tempurung. Milik penyu sisik mungil dan hidup singkatnya.

@nadanakaneh