Pages

Selasa, 20 Agustus 2013

surat untuk alfa



aku tak pernah pura-pura tidak ada yang terjadi di antara kita, jika itu yang membuatmu marah kepadaku. aku mengakui ada perasaan yang muncul di hatiku untukmu. aku mengakuinya, fa. tidakkah kau juga? namun, kau dan aku sama-sama paham ini tidak bisa berjalan selamanya. maka dari itu aku tidak berani mengambil langkah lebih jauh untuk mendekat ke hatimu, karena aku takut aku hanya akan merusaknya.

aku memberimu harapan palsu, itu yang kau bilang, fa? tidak, itu tidak benar. apa yang kurasakan itu nyata, fa. semua yang kuucapkan kepadamu itu nyata, dan fakta. aku tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat indah hanya untuk menghibur hatimu. aku tahu kau tidak suka itu. iya kan, fa?

aku menjalin hubungan dengan lelaki lain, itukah yang membuatmu semakin benci kepadaku? kau pasti menuduhku mempermainkan hatimu, bukan?
tidak, fa.
namun aku tahu kau lelaki dengan tembok begitu tebal dan tinggi yang tidak mampu ku panjat, fa. kau terlalu tangguh. kau bahkan tidak membutuhkan siapa-siapa untuk bahagia. aku tahu kau bisa menangani dirimu sendiri. kau begitu mandiri. kau tidak butuh aku. kau sendiri yang pernah bilang begitu kepadaku. kau ingin mengurus semuanya sendiri. denganmu, aku tidak merasa dibutuhkan. aku butuh orang yang membutuhkanku, fa. tidakkah kau juga begitu?

jadi, janganlah kau menangis lagi, fa. tak sanggup bumi ini menampungnya. masa lalu kita mungkin sebuah kesalahan, tapi aku tidak pernah menyesal. tentu kau juga, bukan? luka dapat menyembuhkan dirinya sendiri asal kau memberinya jalan. sungguh, fa. tidak ada yang perlu diperdebatkan perihal aku atau kau yang memulai. kita sama-sama paham. namun, bila kau masih saja memikirkannya, berjanjilah, berjanjilah untuk dirimu sendiri: kau tak akan pernah membaca suratku lagi.

mau kan kau memaafkanku, fa?

ah, sebelum aku lupa, aku ingin mengatakan kepadamu bahwa ini adalah surat terakhir yang ku tulis dan ku kirim untukmu.

sekian.
untuk sahabatku, alfa


empat putaran



setiap hari. pukul lima lewat sepuluh pagi.
belakangan, aku sering melihat wanita itu berlari di boulevard kampus. pada awalnya, aku tidak memperhatikan dia. namun setelah iseng-iseng mengikuti jalur larinya, aku baru sadar ternyata dia hanya berlari empat putaran.
selalu empat putaran.
hanya empat putaran.
aku tidak suka berlari empat putaran, karena empat putaran tidak cukup bagiku untuk berlari dari apa yang ingin aku tinggalkan.
masa lalu.
pengkhianatan lebih menyakitkan daripada maraton bertelanjang kaki, kau tahu?
aku masih tidak bisa mempercayai apa yang kulihat saat di suatu senja yang berangin, aku menemukan dia - bersama seorang wanita.


pintu kamarku



adapun, pintuku itu tak pernah ku kunci. aku tak merasa perlu mengunci pintu kamarku itu. bukankah seseorang mengunci pintu kamarnya karena ada sesuatu di dalam sana yang ia tak ingin dilihat orang lain? bukan kah mereka melakukannya karena ada sesuatu atau banyak hal yang hanya boleh ia temukan sendiri? bukankah karena di dalam ruangan di balik pintu itu ada rahasia?
dan adapun aku, tak merasa perlu menyembunyikan apa-apa. rahasiaku ada di dalam diriku. bukan di balik pintu itu, di ruang kamar ini.