Pages

Senin, 11 Juni 2012

"Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua.
karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan."

Diam

Malam memuram.
Diammu menginfeksi udara dan membuat dunia sungkan bersuara.
Dunia 3x4 meter tempat kita duduk berdua.

Lenganmu kau tarik menjauh untuk merengkuh dirimu sendiri.
Tidak apa-apa.

Aku mengerti.
Duka membuatmu dendam,
dibuka kedinginan tapi di bungkus dua lengan buat kamu keringatan.
Bukan berarti saya tidak butuh kamu, dulu sekali kamu memperingatkan.

Aku mengerti,
Kesedihan selalu membawamu pulang ke rahim ibu
tempat engkau meringkuk nyaman sendirian
padahal tidak.

ada dunia di sekelilingmu.
ada aku di sampingmu.
Namun, kamu mendamba rasa sendiri itu.

Diammu memapahku ke ujung pertahanan.
Dan akhirnya, ku tersedak oleh hampa.
Tak satu pun boleh menodai diammu.
Telan nafas itu. Bungkus dan simpan di kantong untuk nanti dilarutkan di sungai.

Lamat-lamat, suara ramai membumbung,
merubung dunia 3x4 tempat kita duduk berduka.
Kudengar gerutu, terkadang batuk, decak lidah,
hingga teriakan yang membuatku gemetar.
Terakhir, terdengar isak pelan.
Namun, siluetmu masih diam sempurna.

Bagaimana mungkin tubuhmu kamu jadikan sarang perasaan?
Dalam diammu, aku mendengar banyak suara.
Diammu berkata-kata.
Tangisanmu yang tak terlihat merobek ruang waktu
dan menghampiriku dengan caranya sendiri.

Mari, kususutkan air mata itu.
Ku kecup keningmu halus, dan ku tidurkan kepalamu di atas leherku yang hangat.
Mari...
Kau dan aku menghembuskan nafas.
Tak lagi pengap, tak ada yang bergerak.

Namun, diam itu telah runtuh
oleh diam.

pohon besar

Bertambahnya usia bukan berarti kita paham segalanya.

Pohon besar tumbuh mendekati langit dan menjauhi tanah.
Ia merasa telah melihat segala dari ketinggian.
Namun, masih ingatkah ia dengan sepetak tanah mungil waktu masih kerdil dulu?

masih pahamkah ia akan semesta kecil ketika
semut serdadu bagaikan kereta raksasa
dan setetes embun seolah bola kaca dari surga?
tatkala ia tak peduli akan pola awan di langit dan tak kenal tiang listrik?

Waktu kecil dulu, kupu-kupu masih sering hinggap di pucuknya.
Kini, burung besar bahkan bersangkar di ketiaknya,
kawanan kelelawar menggantungi buahnya.
Namun, jangan sekali-kali ia merendahkan kupu-kupu yang menggeliat di tapaknya,
karena mendengar bahasanya pun ia tak mampu lagi.

Setiap jenjang memiliki dunia sendiri,
yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi.
Tak bisa kembali ke kacamata yang sama,
bukan berarti kita lebih mengerti dari yang semula.
Rambut putih tak menjadikan kita manusia yang segala tahu.

Dapatkah kita kembali mengerti apa yang ditertawakan bocah kecil?
atau yang digejolakkan anak belasan tahun seiring dengan zaman
yang melesat meninggalkan?

karena kita tumbuh ke atas, tapi masih dalam petak yang sama.
Akar kita tumbuh ke dalam, dan tak bisa terlalu jauh ke samping.
Selalu tercipta kutub-kutub pemahaman
yang tak akan bertemu kalau tidak ada jembatan.

jembatan yang rendah hati, bukan kesombongan diri.

kuda liar

Tanyakan arti kebebasan pada kawanan kuda liar.

Otot mereka kokoh akibat kecintaan mereka pada berlari,
bukan mengantar seseorang ke sana kemari.
Kandang mereka adalah alam, bukan papan yang dipasangkan.
Di punggungnya terdapat cinta, bukan pelana yang disandangkan dengan paksa.

Hidup mereka indah dalam keinginan bebas.
Hari ini ke padang, esok lusa ke gunung, tak ada yang bingung.
Kebimbangan tak pernah hadir karena mereka tahu apa yang dimau.

Kelelahan akan berganda apabila kita dihela.
Waktu akan mengimpit apabila kita dikepit.
Dan suara hati akan mati jika dikebiri.

Larilah dalam kebebasan kawanan kuda liar.
Hanya dengan begitu, kita mampu memperbudak waktu.
Melambungkan mutu dalam hidup yang cuma satu.

kamu, begitu banyak yang kusembunyikan darimu.
seperti omong kosong jika ku katakan kamu selalu ada untukku.

simple way

belajar masak sayur adalah cara yang ampuh untuk belajar doyan sayur.

tak bisa janjikan apa-apa

Jika Allah menghendakiku pergi esok hari,
maafkan aku.
Karena aku tak bisa janjikan apa-apa,
tak bisa menemanimu hingga tua,
tak bisa lagi ke toko buku berdua.