Pages

Senin, 17 Desember 2012

to be Mom








Perlu belajar lebih rajin lagi,
ngaji lebih bener lagi,
biar pantes jadi umminya haydar.


Dua Pencuri


Itulah hari aku kehilangan segalanya.
Semuanya terjarah, ludes, tak pernah ku duga
Oleh dua orang tak dikenal, seorang perempuan muda dan gadis kecil.
Peringatan sudah dikeluarkan tentang taktik terbaru ini
Mereka pakai anak-anak sebagai pancingan, kemudian menyerbu dari belakang.
Awalnya aku dengar ketukan lembut malu-malu di pintu rumahku.
Seperti ada yang ingin berkunjung, dari dunia yang lain.
Mereka ingin tahu, apakah ada orang di rumah.
Aku menunggu linggis menghancurkan pintu, dengan pisau roti di tanganku
Sampai tawa mereka lenyap, lenyap begitu saja, seperti dua burung dara di kain sutra.
Tapi aku tetap siaga, aku masih ragu.
Aku turuti peringatan. Aku tahu mereka akan kembali.
Namun akhirnya tak ada yang bisa menyelamatkanku dari tipu daya mereka.
Kubuka pintu, dengan pisau roti di belakang punggungku.
Putrinya ingin meminta selembar daun perak dari pohonku.
Aku berusaha melihat bahaya apa yang bersembunyi di balik punggung mereka
Bahaya apa di belakang basa-basi ini.
Mereka terlihat miskin, namun mulut mereka berhias senyuman.
Mau minta daun? Mintalah kepada Tuhan, itu pohon-Nya, kataku gusar.
Seorang lelaki hampir menembakkami, kata si gadis kecil bangga.
Ia tidak tahu, kalau itu benar-benar terjadi, ia seharusnya sudah mati.
Ku awasi mereka pergi, di iringi musik mereka yang khas.
Seorang ibu dan putrinya. Dengan mikjizat mereka, selembar daun mungil.
Tak seorang pun menyerangku, tak ada kejadian apa-apa.
Dua pencuri itu, mereka telah merampokku habis-habisan.

Babi


Aku periksa sepatunya –
Kasar dan liar.

Kuku-kukunya –
Panjang dan dekil.

Moncongnya –
Besar dan kotor.

Aku periksa matanya –
Membelalak padahal tidur.

Begitulah celeng
Bahkan di parlemen

Rakus sekali
Bahkan ia mangsa anak-anaknya sendiri.

Depresi


Seseorang tanpa dayung, sendiri dalam perahu mengapung di laut lepas.
Lampu isyarat kerlap-kerlip dalam kegelapan malam, bagai ledakan di kejauhan.

Di bawahnya laut mengamuk bagaikan mulut menganga
yang kemudian menelan bintang menyedihkan itu, yang telah lama pudar.

Time


Time.
Unforgiving time
Please be on my side
Tick.
A beat slower
Give me a bit
More of your power