Pages

Rabu, 17 April 2013

satoe atap istimewa


seperti biasa,
jika kebetulan aku lagi ada di semarang,
setiap rabu sore aku sempatkan untuk pergi ke tempat ini.
satoe atap, di gang kelinci.
seperti juga sore ini.

aku sampai di tempat itu ketika jam tanganku menunjukkan pukul 16.05
adik-adik sudah ramai,
bermain tumpah ruah hingga ke jalan.
tapi belum ada satu motorpun tanda kehadiran pengajar lain.
aku yang pertama.

baiklah, mari kita cek.
aku naik ke atas, membuka kunci ruang belajar, dan turun lagi, mengajak adik-adik untuk ikut masuk.
dengan suara riuh rendah keceriaan,
mereka berebutan naik ke atas.
hati-hati nanti jatuh, kataku.

sebelumnya aku sudah pernah seperti ini,
menjadi pengajar yang pertama datang.
tapi dulu aku berdua, dengan sahabatku, pak guru yang cukup tampan.
dan sekarang, aku sendiri,
dengan nyaris 30 anak, berbagai umur.
bismillah, kamu pasti bisa asti, aku meyakinkan diriku sendiri.

setelah masuk, mereka duduk dengan kelompoknya masing-masing.
mereka mulai membuka buku.
tak banyak yang ku kenal namanya memang,
hanya segelintir saja.
tapi wajah mereka cukup  familiar di memoriku.

sebagian dari mereka yang memang niat belajar,
mulai menanyakan berbagai hal, yang ku jawab dan ku terangkan sebisaku.
mulai dari bahasa inggris, bahasa indonesia, matematika, ipa, hingga hal kecil seperti 'enaknya mewarnai pohon dengan warna apa.'

dan sebagian yang lain,
mereka bermain saja.
anak-anak perempuan yang saling bercerita,
anak-anak laki yang saling kejar-kejaran,
yang ku awasi sekenanya saja.
asal mereka tidak bertengkar, itu sudah cukup bagiku.

sampai jam 5 sore, belum ada pengajar lain yang datang.
aku menerka-nerka apa alasan mereka tidak datang.
hujankah? tidak, sore itu tidak hujan.
sedang minggu ujiankah? yang ini aku tidak tahu.
mari kita khusnudzon saja.
mungkin memang ini yang Allah berikan untukku
atas kerinduanku berminggu-minggu pada tempat ini:
ya, menguasai tempat ini dalam sehari, haha.

akhirnya jam 16.58 pertanyaan yang bertubi-tubi itu mulai berkurang.
pekerjaan rumah mereka satu persatu selesai,
dan anak-anak sudah mulai tenang dengan buku cerita yg ada di pangkuan mereka.
baiklah, apa yang akan ku lakukan selanjutnya?

berkeliling ruangan sebentar,
menerawang ke jendela,
dan mataku tertumbuk pada satu kardus kosong, nganggur.
tiba-tiba otakku tersentak dengan kata yang sangat familiar
"yakini dan kejar mimpimu"

yang kulakukan selanjutnya adalah:
ku tulis kata itu dengan font lumayan besar,
ku tempelkan di kotak itu,
dan dengan sigap ku potong-potong kertas binderku menjadi empat bagian.
untung ada dian, esti, ima, dan satu anak lagi (aku lupa namanya siapa) yang membantuku memotong kertas.

setelah kertasnya di rasa cukup,
aku berdiri di tengah-tengah, dengan volume suara yang sengaja aku keraskan.
aku jelaskan cara kerjanya:
aku akan membagikan kertas itu satu-satu pada mereka,
dan mereka harus menuliskan apa impian mereka,
atau apapun keinginan dan cita-cita mereka,
di kertas itu.
"jangan lupa tuliskan nama kalian.
tulis dengan sungguh-sungguh.
dengan keyakinan bahwa mimpi itu akan kalian kejar,
bahwa mimpi itu pasti akan terwujud asal kalian berusaha."

satu ruangan tiba-tiba hening selama beberapa detik,
lalu riuh selang beberapa detik kemudian.

"setelah kalian selsai menuliskannya, lipat rapi,
dan masukkan ke kotak ini.
kotak ajaib yakini dan kejar mimpimu.
kotak ini akan menyimpan impian kita.
mungkin kotak ini bisa hilang beberapa tahun lagi,
tapi impian yang sudah kalian tulis tadi,
simpan baik-baik di kepala kalian.
dan jangan pernah berhenti meyakininya,
bahwa kalian bisa."
lalu mereka memasukkan kertas masing-masing ke kotak itu.

setelah memastikan setiap anak sudah memasukkannya,
kami bersiap pulang.
seperti biasa,
membuat lingkaran,
dan berdoa bersama, membaca sepenggal ayat suci al-quran bersama-sama.
setelah selesai, kami saling bersalaman.
saling mengucapkan terima kasih, sama-sama, hati-hati, dan pesan untuk belajar yang rajin.

ya, 17.27 mereka sudah pulang.
dan aku sendirian.
aku duduk, memeluk lutut, dan memandangi kotak itu.
ku keluarkan secarik kertas,
menuliskan namaku,
dan kutuliskan impianku, di kertas itu,
lalu ku masukkan ke kotak ajaib itu.

aku masih termenung.
mataku panas,
aku menangis,
bahagia.
dengan pengharapan bahwa semua doa kami bisa Engkau kabulkan.
dan aku pulang, menjemput mama.

end.