Pages

Kamis, 25 Juni 2015

Lila, si tukang peluk





awalnya, Lila benci pelukan. bagaimana tidak, setiap orang yang memeluk Lila, selalu menghilang keesokan harinya.


waktu Lila masih kecil, saat ia belum tahu umurnya berapa, seorang laki-laki baik hati memeluknya sambil menangis. ia tidak tahu siapa laki-laki itu. itu juga pertama kalinya Lila bertemu dengan laki-laki itu. tapi laki-laki itu baik. Lila tahu dari pelukannya. saat itu Lila juga menangis. tapi ia tidak tahu kenapa. ibu Lila ada di sana juga. ibunya juga menangis.


esoknya, Lila tidak bertemu lagi dengan laki-laki itu. sampai sekarang.
















semua ada penjelasannya.
jika kita tidak mengerti penjelasannya,
bukan berarti hal itu menjadi tidak nyata.






kita dan semuaku







percakapan kita itu menakjubkan.
kalimat-kalimat bagus bertebaran
surat-surat manis berserakan.
tanya-tanya mesra berhamburan.
penuh kata-kata.
penuh warna.


kita bercanda,
bertukar pikiran,
berbagi cerita,
berdebat dan bersitegang,
itu menakjubkan.


kita itu berbagai rasa.
ada hangat yang tak mampu dijelaskan api
ada sejuk yang tak berasal dari angin.
ada arus yang tak sama dengan sungai.
ada dunia yang bukan dunia ini.
aneh, seperti angkasa.
entah mengapa.
entah bagaimana.
pinta dan asa yang mengisi.
seni dan doa yang menguatkan.


kita itu unik seperti karya yang rumit,
seperti bahagia yang sederhana.
bertujuan, berketidakpastian.
berkenyataan, berkerelaan.
bergemerlapan, beriman, seiman.


kita.
sesekali aku bingung memandangi kita.
dua kepala yang sama keras.
dua hati yang sama rasa.
dua masalah yang sama berat.
satu cinta.
satu dunia.
satu cerita.
banyak nama.
banyak pribadi.
banyak pertanyaan.
siapa aku dan siapa kamu
siapa aku di matamu?
siapa aku di telingamu?
siapa aku di kepalamu?
siapa aku di hatimu?
siapa aku di lingkaranmu?
siapa aku?


ah, aku terlalu banyak berpikir.
sesungguhnya ini aku.
aku adalah baru dan sekarangmu.
aku adalah cinta dan rahasiamu.
dan ada banyak yang aku tidak mau.
aku tidak mau jadi nomor satumu.
aku tidak mau jadi pilihan terbaikmu.
aku tidak mau jadi segalanya bagimu.
aku tidak mau jadi kepentingan utamamu.
aku tidak mau jadi alasan terbesarmu.
aku tidak mau jadi dusta terhebatmu.
aku tidak mau jadi cita-cita tertinggimu.
aku tidak mau jadi malaikatmu.
aku tidak mau jadi hidup dan matimu.
aku tidak mau.
yang aku mau:
kamu.
dan ada lagi yang aku mau.
aku mau jadi suka dan dukamu.
aku mau jadi susah dan senangmu.
aku mau jadi tawa dan marahmu.
aku mau jadi pergi dan pulangmu.
aku mau jadi kekasih terakhirmu.


ah, aku memang banyak maunya.


tapi terima kasih.
kamu sudah repot-repot menyayangi semuaku.
dan menerimaku,
seperti aku ini cerminmu.





menjalani






aku merindukan waktu dimana mendaki
itu bukan untuk mencapai puncak,
tapi menikmati perjalanan.



aku menanti waktu dimana mendaki
itu bukan untuk menikmati kesendirian,
tapi kebersamaan.



aku merindukan waktu dimana mendaki
itu bukan untuk melepas penat,
tapi menikmati kebahagiaan.