Pages

Minggu, 22 November 2015

menunggu kematian





kematian itu adalah hal terbaik untuk mengingatkan manusia pada kehidupan yg sebentar ini. sesungguhnya kan, hidup ini serangkaian ujian. di masa muda seperti ini, di tengah ramainya kegalauan yg memasal, sedikit sekali yg mau bercerita tentang kematian. semua orang sedang sibuk dengan membangun karir, mencari pasangan hidup, dan semua bentuk aktivitas yang sangat dunia sekali. sampai pada satu titik, saya menyadari bahwa semua hal yg saya lakukan ini sebenarnya aktivitas menunggu kematian.


saya tidak tahu kapan mati, mungkin besok, mungkin lusa, tidak pernah tahu. maka, sejak saat itu saya meniatkan segala aktivitas ini adalah aktivitas terbaik untuk mempersiapkan kematian dengan sebaik-baiknya. menjadi org baik, melakukan hal-hal baik, berbagi hal-hal baik, dan segala hal yg sekiranya bisa membuat kematian nanti menjadi hal yg penuh rasa syukur, bukan penyesalan.


ibadah kan maknanya luas, tidak sebatas pada sholat, puasa, haji. tapi juga bentuk kebaikan lainnya. semoga, setiap aktivitas ini memberikan kebaikan tidak hanya pada diri kita sendiri, tapi juga bagi orang lain.


kamu sedang sibuk juga kan mencari pasangan? semoga kamu dipertemukan dan disatukan dengan orang yg baik, kemudian membangun keluarga yg baik, melahirkan anak-anak yg baik, dan menjadikan keluargamu sebagai contoh kebaikan untuk keluarga lainnya. Insyaallah.



hari ini, (sepertinya) setiap orang sedang sibuk dengan dunianya, masing-masing kesepian, dan masing-masing lupa mengirim sapaan.





kadang sulit sekali memahami mengapa begitu banyak teman kita yg hilang kabar entah kemana. sampai pada satu titik, kita pun mengalami masa dimana rasanya ingin menghilang dari peredaran, tidak ingin dihubungi siapa pun. bukan karena kita ingin menyendiri, tapi kita ingin mengambil jeda dan membiarkan diri kita berjuang untuk kemudian kembali lagi ke permukaan.


karena lelah juga ditanya kerja dimana, lagi ngapain, kapan nikah, udah punya anak belum, kok kamu begitu, kok kamu begini, dan segudang pertanyaan yang membuat sebagian org tertekan. maka hilanglah, kejarlah itu, dan kembalikan dengan pencapaian terbaik. aku berusaha memahami hal itu hari ini. dimana usia 22-29 adalah usia pembuktian setiap orang.


selamat berjuang, teman-teman.




perjuangan






kadang, saat kita sedang berjuang akan sesuatu yg ingin kita raih, perjuangan itu tidak terletak pada upaya kita untuk mendapatkannya. tapi justru pada perjuangan mengalahkan diri kita sendiri. mengalahkan ego, mengalahkan ekspektasi, dan mengalahkan kekhawatiran kita.


perjuangan itu tidak terletak pada sesuatu yg akan kita perjuangkan. menjadi berharga atau tidaknya adalah pada kemampuan kita dalam mengalahkan diri kita sendiri. ego yang sedemikian tinggi, ekspektasi yg berlebihan, dan kekhawatiran kita yg tidak beralasan.


kita berjuang untuk mengalahkan kekhawatiran pada masa lalu, masa depan, kemapanan, dan banyak hal lain yg membuat kita ragu ragu. kita berjuang untuk mengalahkan ego kita, bahwa seringnya kita meminta begitu banyak hal, membuat begitu banyak syarat, yang pada akhirnya kita berjuang untuk menegosiasikannya tanpa kita harus merasa menurunkan harga diri. dan kita juga berjuang untuk mengalahkan ekspektasi kita, bahwa kita harus membuka luas ruang penerimaan kita terhadap segala bentuk kekurangan dan kelebihan, segala bentuk kesalahan dan kebaikan.


karena perjuangan itu benar benar akan memakan waktu, jangan sampai perjuangan itu menjadi sia-sia. maka lakukanlah dengan cara-cara yg terbaik. karena mengalahkan dirimu sendiri adalah pekerjaan seumur hidup. ketika kamu bisa melakukannya, kamu akan menjadi orang yg kuat karena mampu mengendalikan dirimu sendiri.


hidup menjadi lebih sederhana tanpa ekpektasi. hidup menjadi lebih leluasa tanpa kekhawatiran. dan hidup menjadi lebih lapang dengan ego yg terkendali. selamat memperjuangkan.




Jumat, 20 November 2015












bermasyarakat






di usia yang semakin beranjak, dimana kita mulai menyadari peran kita dalam masyarakat, kita dituntut untuk pandai bersikap, pandai membawa diri, pandai mengelola emosi, agar kita bisa menjalani kehidupan bermasyarakat dengan baik.



adalah hal yang mungkin saya sayangkan dulu ketika kuliah adalah tentang hal ini. tembok kampus yang tinggi menjadikan orang orang di dalamnya tidak memiliki keluwesan sosial yang baik. tidak mampu membawa diri dalam bahasa yg sederhana, tidak mampu berbicara dengan baik kepada orang lain, sulit mengelola emosi dalam kesederhanaan tutur kata.


ketika di tengah masyarakat seperti ini, mereka tidak lagi memandang dari mana kita berasal, kampus kita semegah apapun akan menjadi sia sia bila kita tidak mampu membawa diri dalam masyarakat. ketika hari ini saya berjalan ke pasar, tidak ada yg tahu kan saya dari almamater mana. karena itu tidak penting. yang terpenting adalah kemampuan kita dalam bergaul, menjaga kesopanan, dan budi pekerti.


maka dari itu, belajarlah bermasyarakat. paling tidak, keluarlah dari kosanmu dan kenalilah siapa saja orang-orang yg tinggal di sekitar tempat tinggalmu yang nyaman. bercengkeramalah dengan orang secara nyata, bukan maya. dan duduklah dalam bahasa bahasa yang sederhana. karena implementasi pengetahuan tertinggi adalah pada akhlak kita.


selamat bermasyarakat.



Rabu, 18 November 2015

menjadi kenyataan






pelajaran terbesar dalam perjalanan-perjalanan sejauh ini adalah tentang "menjadi nyata". dunia maya telah mengaburkan makna eksistensi manusia, bahwa eksis di dunia maya akan eksis di dunia nyata ternyata adalah kefanaan. sebanyak apapun hal yang kamu lakukan di dunia maya, bila tidak dibarengi dengan tindakan di dunia nyata, maka semuanya akan tetap menjadi maya.


bagitu banyak waktu yang selama ini kita habiskan di depan layar, memandang notifikasi yang berjibun, kita bahagia dengan angka yang maya. padahal kebahagiaan sebenarnya tidak ada di sana.


maka menjadilah nyata. lakukan sesuatu secara nyata. temuilah orang-orang secara nyata. berbicaralah dalam satu meja, berdiskusi sambil memandang raut muka. rindu sekali rasanya menyaksikan orang orang saling menghubungi untuk bertemu secara langsung. kata seseorang, media sosial itu dibuat untuk memberikan informasi, bukan untuk memberikan penjelasan. hal hal yang tadinya maya, semu, tidak terhubung, salah paham, perjelaslah dengan pertemuan. melalui tindakan dan menjadilah nyata.


selamat berkontemplasi :)





memaknai kehilangan (2)






andai kita mengetahui bagaimana orang lain menjalani hidupnya, mungkin kita baru mengerti betapa luar biasanya perjuangan setiap orang atas kehidupan yang sedang dia jalani. betapa menakjubkannya karena dia mampu bertahan dan bisa menjalaninya hingga sejauh ini.


sebagai dokter saya sering kali diberikan kesempatan untuk mengetahui rahasia-rahasia itu. membuatnya menjadi sebuah pembelajaran melalui tulisan tulisan yang tentu saja saya merahasiakan siapa pemilik cerita sebenarnya. saya selalu disadarkan bahwa kehidupan ini tidak sederhana sama sekali ceritanya. saya selalu mengira hidup orang baik-baik saja ketika menyaksikan foto-foto yang dibagikan di media sosialnya. atau hal hal lain yang sifatnya nampak oleh mata. tidak pernah ada celah untuk mengetahui betapa rusuhnya hati seseorang, betapa tertekannya hidup seseorang, betapa sepinya hidup seseorang, dan betapa beratnya menjalani hidup yang disangka banyak orang: bahagia dan baik-baik saja.


beberapa tulisan ke depan, saya ingin memaknai sebuah keadaan dimana setiap orang pasti merasakannya. keadaan yg disebut "kehilangan". kehilangan tentang segala sesuatu. entah itu kehilangan anggota keluarga krena meninggal, kehilangan kesempatan, kehilangan sesuatu yg berharga dalam hidup, dan aneka bentuk kehilangan lainnya.


kita mungkin lupa dan seringkali lupa bahwa sebenarnya kita tidak pernah memiliki apapun. tapi kita bisa merasakan kehilangan. segala hal yang melekat baik dalam dan di luar diri kita adalah kepunyaan-Nya. harta, keluarga, pasangan, jabatan, apapun itu. kita seringkali meratapi kehilangan dengan cara cara yg mungkin kurang bijaksana.


memang tidak mudah memandang kehilangan sebagai sebuah kesyukuran. tapi, itu bukan tidak mungkin. untuk itu, saya ingin merenung, memaksa hati dan pikiran saya untuk berubah cara pandangnya.


semoga kita bisa sama sama belajar tentang kehilangan. bahwa tidak ada yang benar benar hilang, segala sesuatu pulang ke pemiliknya..




Minggu, 15 November 2015

memaknai kehilangan





tulisan ini adalah tulisan yang saya coba dalam rangka memaknai kehilangan, mencoba mengurai makna kehilangan dengan lebih baik.


tidak semua dari kita saat ini memiliki keluarga yg utuh. ada yang sudah kehilangan orangtua, baik salah satu atau keduanya. ada yg kehilangan saudaranya, kerabat tersayang, pasangan hidup, atau anggota lainnya yg begitu dekat dengan kita.


saya sendiri belum pernah merasakan kehilangan yang seperti itu. tapi, dari cerita teman-teman terdekat membuat saya menyadari bahwa pada satu waktu, saya akan berada dalam posisi itu. posisi dimana salah satu atau kedua orangtua (dan keluarga yang lain) akan pergi satu per satu. dan saya mulai bersiap untuk kehilangan itu.



hal yg paling menyakitkan dalam kehilangan adalah ketidaksiapan. kita tidak siap kehilangan sesuatu yg berharga, sesuatu yg biasanya ada dalam hidup kita, sesuatu yg biasanya muncul di sela-sela aktivitas kita. adalah mereka, orang-orang yg selama ini hadir pertama kali dalam hidup kita. kita ingin sekali, mereka terus menerus ada, sayangnya hukum alamnya tidak begitu.


maka, hari ini saat kita memiliki mereka semua, persiapkan diri kita tidak hanya ketika mereka masih ada. kita harus bersiap akan kehilangan itu, sehingga ketika satu per satu mereka meninggalkan kita, kita sudah siap menghadapinya. siap pada sebuah keadaan bahwa kita harus memahami, bahwa kondisi terbaik memang demikian.


seringnya kita melihat kehilangan dari sisi orang yg ditinggalkan, bukan dari sisi orang yg meninggalkan. barangkali, justru yg meninggalkan kita justru lebih bahagia karena mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. kita berdoa dan berharap demikian bukan? maka berbahagialah.


bahwa kita memang harus bersiap. ketika mereka pergi, maka menjadilah amal jariyah yang bisa mereka banggakan di sana. menjadi anak-anak yang baik, terus mendoakan kebaikan untuk mereka.


buatlah mereka yg meninggalkan kita, pergi dengan ketenangan. tenang meninggalkan kita, tenang tanpa khawatir kita kenapa-kenapa, tenang karena percaya bahwa mereka meninggalkan anak-anak yang baik dan berhasil di didik dan akan menjadi amal yg terus mengalir, tenang karena mereka telah menunaikan tanggungjawabnya dengan baik kepada kita, amanah-Nya telah dijalankan.


mari mempersiapkan keniscayaan itu. keniscayaan yang akan datang suatu hari.





Sabtu, 14 November 2015

negosiasi





perbedaan zaman antara anak dan orangtua membuat banyak anak harus belajar tentang negosiasi, termasuk cara-caranya. beruntunglah bagi anak yg memiliki orangtua yg terbuka dan selaras, negosiasi lebih mudah dilakukan. tapi, banyak yg tidak demikian.


nah, ternyata masalahnya juga tidak hanya pada urusan pandangan hidup. tapi juga tentang pekerjaan misalnya, tentang jurusan kuliah, tentang pasangan hidup, tentang sekolah lanjutan, dan masih banyak lagi.


kita dituntut untuk luwes, bagaimana mengkomunikasikan hal-hal yang sebenarnya baik, tapi tidak benar di mata orang tua. mungkin, disebabkan oleh pengalaman hidup di masa mudanya dulu, atau tentang ketakutan pada ketidaknyamanan hidup anak-anaknya nanti. karena, pada dasarnya orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya, kan?


sayangnya, versi terbaik menurut orang tua terbatas pada apa yang dia tahu dan pernah alami. karena zaman telah berganti, anak-anaknya memili pergaulan dan kehidupan yg berbeda, tidak bisa dihindarkan bahwa anak dan orangtua sering berbeda pandangan.


kita mudah untuk menuliskan segala hal ideal yang menjadi keinginan atau harapan kita. tapi, ketika kembali ke dalam keluarga, bagaimana cara kita menjembatani antara pemahaman kita dan keluarga adalah sebuah pekerjaan besar.


kita tidak harus mengorbankan salah satu karena saya percaya selalu ada jalan tengahnya, tapi pesan saya hanya satu. perjuangkan dan raihlah ridho orangtua.




cukup





kalau kita terus menerus mencari yg terbaik, mungkin kita tidak akan pernah selesai membanding-bandingkan. kata guruku, segala yg baik itu adalah yg tumbuh ke arah kebaikan. tidak ada yang bernar-benar terbaik, yg ada hanyalah yg bersedia untuk terus memperbaiki dan diperbaiki.


lalu bagaimana kita bisa menentukan? kata guruku, dasarnya adalah kecukupan. manusia bisa jadi memiliki ribuan pakaian, tapi dia hanya bisa memakainya satu. bisa jadi dia memiliki ratusan piring makanan, tapi dia hanya akan bisa menghabiskan beberapa saja.


ambilah secukupnya. karena yg cukup itulah justru yang bisa memberikan kenyamanan. bisa memberikan ruang gerak untuk terus tumbuh, untuk terus memperbaiki diri.


dan pada akhirnya, memang kita hanya perlu yang cukup.





laki-laki dan perempuan





wanita hidup di sekitar perihal kelahiran. sedangkan laki-laki hidupnya berputar di sekitar kematian.


mandat hidup wanita adalah untuk mencintai anak yang terlahir melalui dirinya, mengasuh dan menumbuhkan mereka. lalu menjadi saksi bahwa Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang selalu memelihara kehidupan setiap ciptaanNya.


sedangkan laki-laki, mendat hidupnya adalah untuk menemukan medan perjuangan dimana dengan segenap raga, akal, dan jiwanya ia membela kebenaran hingga menyambut kematian dalam berjuang. lalu menjadi saksi bahwa memang ada yg lebih berharga dari sekedar dunia dan seisinya, dan menjadi saksi bahwa Allah adalah sebaik-baik pembalas amal perjuangan.


- muhammad firman.




Kamis, 12 November 2015

jalan-jalan men.






bersama kamu,
aku banyak belajar:
tentang bagaimana rasa selalu ceria
tentang bagaimana cara tertawa
tentang cinta dan bahagia dan sederhana
tentang melihat dunia dari sudut berbeda
juga tentang bersyukur kepada apa yg ada.


terima kasih untuk kamu,
teman seperjalananku.





wisata buku surakarta















maaf ya, kami berdua suka kalap kalau beli buku.



melting







ya Tuhan, bagaimana mungkin aku tidak jatuh hati
pada senyumnya yang telah Kau ciptakan
begitu sempurna?





Rabu, 04 November 2015

ada yang menungguku.






ada yang menungguku di ujung sana, membuat aku ingin cepat sampai kesana. aku akan berlari menuju kesana, namun kau tahu jalan menuju sana tak semudah yang selalu kau dan aku bayangkan, ada kalanya aku harus berhenti sejenak mengumpulkan bekal untuk melanjutkan perjalanan ini.


atau mungkin aku ditakdirkan bertemu dengan banyak orang untuk sekedar mengambil pelajaran darinya, namun kau tenang saja. aku sedang menujumu.


ada yang menungguku di ujung sana, kudengar kau juga tak kalah payah dalam penantianmu. resah tentang kapankah yang ditunggu akan datang, namun kau tetap saja percaya bahwa aku akan datang.


ada yang menungguku di ujung sana, yang telah menyiapkan perapian hangat dan rumah yang nyaman serta semangkuk es krim kesukaanku. lihatlah kau sangat baik, membuat aku ingin segera sampai sana.


ada yang menungguku di ujung sana, yang dalam penantiannya tetap berdoa padaTuhan agar aku diberikan kekuatan, kesehatan, serta segala yang terbaik pada hidupku, dan dipertemukan dengannya.


aku tahu ada yang menungguku di sana, membuat aku ingin cepat sampai.









"karena perempuan yang menangis, tak pernah menyalahkan siapapun atas tangisannya. ia hanya menyesali dirinya sendiri, yang jatuh pada perasaannya sendiri."