Pages

Senin, 01 Juli 2013

kami bicara tentang budaya


aku percaya bahwa pada dasarnya semua orang itu baik, asti.
orang menjadi beringas ketika mereka merasa terancam. dan kondisi itulah yang di ciptakan oleh budaya kita selama ini. kondisi yang sama juga diciptakan oleh tata ekonomi kita. bahkan orang yang sekarang mempunyai pekerjaan selalu merasa terancam, karena sewaktu-waktu dapat kehilangan pekerjaan itu. dan dalam keadaan terancam, seseorang mulai mencari jalan selamat untuk kepentingannya sendiri. ia mulai memandang harta sebagai tuhan. ini merupakan bagian dalam budaya kita.

ini sebabnya aku berusaha tidak larut dalam budaya seperti ini.

aku mengangguk mengiyakan.

inilah yang aku maksudkan dengan membangun subkultur kita sendiri, asti.
aku tidak mengatakan bahwa kita boleh mengabaikan setiap aturan yang ada dalam masyarakat kita. aku tidak pergi ke mana-mana dalam keadaan bugil, misalnya. aku tidak melanggar lampu merah di persimpangan jalan. banyak hal-hal kecil yang dapat aku turuti. akan tetapi banyak hal penting yang harus kita pilih sendiri, misalnya pola pikir, pola nilai, dan sebagainya. kita tidak boleh membiarkan siapa pun-termasuk masyarakat-menentukannya bagi kita.

sama halnya dengan perempuan yang merasa tidak cukup cantik, atau orang yang merasa tidak cukup kaya. semua hal yang menurut budaya kita harus kita percayai, dalam hal ini, jangan percaya.

masalahnya, asti, kita tidak percaya bahwa kita pada dasarnya sama. kulit putih dan kulit hitam. kurus dan gemuk. islam dan katolik. laki-laki dan perempuan. andaikata kita memandang semua orang lain sebagai sesama, kita mungkin akan berhasrat sekali untuk bergabung dalam sebuah keluarga besar umat manusia di seluruh dunia, dan akan sayang kepada keluarga itu sebagaimana kita sayang kepada keluarga sendiri.

tapi percayalah, ketika kita menjelang ajal, kita akan membuktikan bahwa itu betul. kita semua mempunyai awal yang sama, kelahiran. dan kita mempunyai akhir yang sama, kematian. jadi, apanya yang berbeda?

banyak orang berkata bahwa pada awal hidup kita, ketika kita masih bayi, kita memerlukan orang lain untuk bertahan hidup, bukan? dan pada akhir hayat, ketika kau menjadi tua, kau juga memerlukan orang lain untuk bertahan hidup.

tapi disinilah rahasianya, asti: di antara dua titik ekstrem itu kita juga saling membutuhkan.


kami bicara tentang perkawinan


perkawinan.
hampir setiap orang yang aku kenal mempunyai masalah dalam hal ini, asti. ada yang bermasalah ketika ingin memasuki dunia ini, namun ada pula yang bermasalah dalam upayanya untuk keluar dari situ.

aku telah belajar banyak tentang perkawinan.dalam perkawinan kita diuji. kita mencari tahu siapa kita, juga siapa orang lain yang menjadi pasangan kita. mana yang harus kita sesuaikan, mana yang tidak.

adakah aturan khusus yang memungkinkan kita tahu
bahwa perkawinan akan berhasil?

masalahnya tidak sesederhana itu, asti.

aku tahu.

meskipun begitu, ada beberapa aturan yang menurutku berlaku untuk cinta dan perkawinan: kalau kita tidak menghormati satu sama lain, kita akan mendapatkan banyak masalah. kalau kita tidak tahu cara berkompromi, kita akan mendapatkan banyak masalah. kalau kita tidak mampu bicara terbuka tentang apa pun yang terjadi di antara kita dan pasangan, kita akan mendapatkan banyak masalah. dan kalau kita tidak memiliki seperangkat nilai yang kita sepakati dalam hidup, kita juga akan mendapatkan banyak masalah. nilai-nilai yang kita anut harus sama.

dan apa yang  paling penting di antara nilai-nilai itu?

keyakinan tentang pentingnya perkawinan kita.


kami bicara tentang uang


di hidup ini, kita telah mengalami semacam proses cuci otak, asti.
tahukah kau bagaimana cara orang menjalani cuci otak? mereka dipaksa mendengar sesuatu yang sama berulang-ulang. dan itulah yang tengah terjadi di budaya kita. memiliki hata itu baik. memiliki uang banyak itu baik. memiliki tanah banyak itu baik. komersialisasi itu baik. lebh banyak itu baik. lebih banyak itu baik. kita mengulangnya, dan terus mengulangnya, dari waktu ke waktu sampai tidak seorang pun berani berpikir berbeda. kebanyakan orang begitu terbius dengan semua ini, sampai tidak memiliki perspektif tentang apa yang sesungguhnya paling penting.

harta tidak pernah dapat menggantikan kasih sayang, asti. begitu pula kekuasaan.

ada kebingungan besar yang terjadi di negeri ini tentang apa yang kita inginkan dan apa yang kita butuhkan. kita membutuhkan makanan, sementara itu kita menginginkan es krim coklat. kita harus jujur kepada diri sendiri. kita tidak membutuhkan mobil sport model mutakhir, kita tidak membutuhkan rumah paling besar. kan?

yang benar adalah, kita tidak memperoleh kepuasan sejati dari semua itu. tahukah kau apa yang sesungguhnya membuat kita merasa puas?

apa?

menawarkan sesuatu yang sudah semestinya kita berikan.
maksudku bukan uang, asti. yang kumaksudkan adalah waktu. kepedulian. kesediaan bercerita. kesediaan kita mengajarkan. semuanya tidak terlalu sulit. beginilah cara kita untuk mulai medapatkan rasa hormat dari orang lain. yakni dengan menawarkan sesuatu yang kita miliki.

ada banyak tempat untuk berbuat seperti ini. kita tidak harus memiliki bakat yang besar. banyak orang kesepian di rumah sakit dan di tempat-tempat penampungan yang hanya menginginkan sedikit persahabatan. kita dapat bermain kartu dengan seorang kakek atau nenek yang kesepian dan kita akan lebih menghormati diri sendiri, karena ada orang lain yang membutuhkan kita.

ingat yang pernah ku katakan tentang mencari makna hidup? abdikan dirimu untuk mencintai sesama, abdikan dirimu kepada masyarakat sekitar, dan abdikan dirimu untuk menciptakan sesuatu yang mempunyai tujuan dan makna bagimu. kau lihat, tidak ada kata gaji atau upah di situ.

asti, kalau kau berusaha memamerkan prestasimu kepada kalangan atas agar kau diterima oleh mereka, upayamu akan gagal. meskipun sesekali mereka akan menengokmu ke bawah. dan jika kau berusaha memamerkan keberhasilanmu kepada mereka yang kurang beruntung agar kau diakui oleh mereka, kau juga akan gagal. mereka hanya akan iri padamu. di atas tidak diterima, di bawah pun kau tidak diakui. hanya dengan hati terbuka kau akan diterima dan diakui oleh semua orang.

menurutmu, apa pentingnya bagiku mendengarkan masalah-masalah orang lain? belum cukupkah beban hidupku sendiri?

betul sekali. tapi perbuatan memberilah yang membuatku merasa hidup, asti. bukan mobil atau rumahku. bukan pula semua yang kulihat melalui cermin. ketika aku memberikan waktuku, ketika aku dapat membuat seseorang tersenyum setelah sebelumnya merasa sedih, aku merasa menjadi orang yang paling bahagia.

berbuatlah apa pun yang sesuai dengan kata hati. apabila kita berbuat demikian, kita tidak akan merasa kecewa, kita tidak akan merasa iri, kita tidak akan mendambakan milik orang lain. sebaliknya, kita akan kewalahan dengan ganjaran yang akan kita terima.


kami bicara tentang kematian


asti, beberapa hari yang lalu aku membaca sebuah buku. kata buku itu, segera setelah seseorang menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit, perawat akan menutupi tubuh tanpa nyawa itu dengan kain putih sampai ke kepalanya, kemudian mereka memindahkannya ke atas kereta dorong dan membawanya ke kamar mayat. mereka tidak sabar untuk segera mengenyahkannya dari pandangan. mereka berbuat seolah-olah kematian adalah sesuatu yang sangat menular.

kematian bukan sesuatu yang menular, bukan? kematian sama alaminya dengan hidup itu sendiri. bagian dari proses yang kita jalani.

mati adalah sesuatu yang alami. kenyataan bahwa kita terlalu membesar-besarkannya adalah karena kita tidak memandang diri sendiri sebagai bagian dari alam. kita mengira bahwa karena kita manusia berarti kita mempunyai derajat lebih tinggi daripada alam.

kita tidak seperti itu, asti. apapun yang dilahirkan, pada akhirnya akan mati.

baiklah, sekarang inilah imbalannya. dalam hal inilah kita berbeda dari tanaman dan dari hewan. selama kita dapat saling mencintai, dan mengingat rasa cinta yang kita miliki, kematian tidak dapat membuat kita harus berpisah. semua kasih sayang yang kita berikan akan tetap ada. semua kenangan tentang itu masih ada. kita akan hidup terus, dalam hati siapapun yang pernah kita sentuh dengan kasih sayang.

kematian mengakhiri hidup, tetapi tidak pernah mampu untuk mengakhiri suatu hubungan, asti. ingat itu.






setiap orang tahu mereka akan mati, tapi tak seorang pun percaya bahwa itu bisa terjadi pada mereka dalam waktu dekat.