Pages

Kamis, 27 Maret 2014

debat?





kita bisa berdebat tentang apapun.
tapi tidak kapanpun.
saya hargai gedung komunikasi yang anda coba bangun,
tapi mencari celah perdebatan untuk memulai obrolan
adalah terang-terangan memberikan peluang
bagi saya untuk merasakan ketidaknyamanan.



Selasa, 25 Maret 2014

sama seperti kamu






sama seperi kamu,
terkadang saya terlalu banyak menuntut.
saya tau betul pengertian dari bersyukur,
tapi itupun sama seperti kamu.
saya sering lupa dimana tempat seharusnya syukur diletakkan.





sepasang sepatu





kita adalah sepasang sepatu.
aku sang sepatu kanan
kamu sang sepatu kiri.

ku senang bila diajak berlari kencang
tapi aku takut kamu kelelahan.
ku tak masalah bila terkena hujan
tapi aku takut kamu kedinginan.

kita sangat ingin bersama,
tapi tak bisa apa-apa.


Jumat, 21 Maret 2014

lonceng dan karang



yang aku tahu,
senyumnya lebih manis daripada senyumku.
dia sepertinya lebih sabar
lebih tidak suka menangis
lebih dekat dengan anak-anak
lebih tidak keras kepala
lebih ceria dan tidak gugup jika di depanmu.

tulisan-tulisannya di dunia maya
banyak mengutip tere liye.
aku tidak tahu dia sebenarnya
suka membaca buku-buku tereliye juga atau tidak.

yang aku tahu,
dia sosok ibuguru penyuka coki-coki
yang dari awal ingin kamu kenalkan kepadaku
yang akhirnya kesampaian
di pertemuan terakhir kita.

itu yang aku tahu.



kamu tetap sama



kamu tidak pernah pergi.
kamu berlarian di kepalaku dan bersitirahat di hatiku.
jarak dan waktu hanya fatamorgana
kamu tetap sama.



kematian



namun pada akhirnya ke bumi juga kita dikembalikan.
menjadi tiada atau menjadi ada
dan membuka pintu menuju jalan pulang
ke jagat besar tak berpermanai.

atau, kita tersesat tak berdaya
di lubang hitam rahasia
tempat abadi sang nestapa.



Senin, 17 Maret 2014

suatu hari nanti



Pada suatu hari nanti
jasadku tak akan ada lagi
tapi dalam bait-bait sajak ini
kau tak akan kurelakan sendiri.

Pada suatu hari nanti
suaraku tak akan terdengar lagi
tapi di antara larik-larik sajak ini
kau akan tetap kusiasati.

Pada suatu hari nanti
impiankupun tak akan dikenal lagi
namun di sela-sela huruf sajak ini
kau tak akan letih-letihnya ku cari.



kami bertiga



dalam kamar ini kami bertiga:
aku, pisau, dan kata..
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya.
tak peduli darahku
atau darah kata.



Rabu, 12 Maret 2014

gadis pagi



pagi menggigil dalam angin.

kota bangkit perlahan dari tidurnya
berwudlu dengan serbuk gerimis
menyeka wajahnya dengan kabut pagi
lalu menyerukan adzan
dalam kebiasaan yang sempurna.

akupun memenuhi panggilannya.
melintasi lembah-lembah dan padang
yang tergolek lelap diselimuti embun.
sesekali ku dengar dengkurnya yang lembut
serupa doa yang lupa diucapkan.

bismillah
semoga ujian hari ini dilancarkan.



angin, kabel telepon, dan hujan



angin berbisik kepada daun jatuh
yang tersangkut kabel telepon itu,
"aku rindu, aku ingin mempermainkanmu."

kabel telepon memperingatkan angin
yang sedang memungut daun itu dengan jari-jarinya yang gemas,
"jangan berisik, mengganggu hujan!"

hujan meludah di ujung gang
lalu menatap angin dengan tajam, hardiknya
"lepaskan daun itu!"

selesai.


Senin, 10 Maret 2014

doa jagat raya



airmatakah atau harapan
yang berkilauan di luas jagat raya sana?
berdegup-degup bagai nadi dalam duri
mencari-cari isyarat yang dikirim bumi
ke angkasa.
boleh jadi ada doa yang kita panjatkan
oleh jagat raya dikirim pulang
kembali ke bumi kalbu kita sendiri.


cermin



cermin tak pernah berteriak.
ia pun tak pernah meraung, tersedan, atau terisak.
meski apapun jadi terbalik di dalamnya.
barangkali ia hanya bisa bertanya:
mengapa kau seperti kehabisan suara?


darurat selalu



engkau datang dalam hidupku
bagai gempa.
mengirimkan runtuhan kota
ke tentram kalbuku.
sejak itu
jiwaku darurat selalu.
bergegas membangun tenda-tenda sepanjang jalan
yang sesak oleh erangan rindu.



Selasa, 04 Maret 2014

di tangan anak-anak



di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu sinbad yang tak takluk kepada gelombang.

menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan.

di mulut anak-anak, kata menjelma kitab suci.



"Tuan, jangan kau ganggu permainanku ini."



cara membunuh burung



bagaimanakah cara membunuh burung yang suka berkukuk bersama teng-teng jam dinding yang tergantung sejak kita belum dilahirkan itu?

soalnya ia bukan seperti burung-burung yang suka berkicau setiap pagi meloncat dari cahaya ke cahaya di sela-sela ranting pohon jambu.

soalnya ia suka mengusikku tengah malam, padahal aku sering ingin sendirian.



tentang matahari



matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil.

adalah bola lampu yang ada di atas meja
ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah alamat.

adalah jam weker yang berdering
saat kau harus menunduk kepada Tuhan.

adalah gambar bulan yang dituding anak kecil itu
sambil berkata "ini matahari! ini matahari!"

matahari itu? ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayangmu itu.




Hujan dalam komposisi



apakah yang kita harapkan dari hujan?
mula-mula ia di udara tinggi
ringan dan bebas.
lalu mengkristal dalam dingin,
kemudian melayang jatuh ketika tercium bau bumi
dan menimpa pohon jambu itu
tergelincir dari daun-daun
melenting di atas genting
tumpah di pekarangan rumah
dan kembali ke bumi.

apa yang kita harapkan?
hujan yang jatuh di jalan yang panjang
menyusurinyadan tergelincir masuk selokan kecil.
gemericik suaranya menyusur selokan,
terus mericik sejak sore
mericik juga di malam gelap ini
bercakap tentang lautan.

apakah? mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan.
selamat tidur.



Minggu, 02 Maret 2014

perahu kertas



waktu masih kanak-kanak, kau membuat perahu dan kau layarkan di tepi kali. alirnya sangat tenang dan perahumu bergoyang menuju lautan.

"ia akan singgah di bandar-bandar besar," kata seorang lelaki tua. kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala. sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.

akhirnya kau dengar juga pesan dari lelaki tua itu, dua puluh tahun kemudian saat kau sudah tampan dan dewasa. tapi lelaki tua itu tidak bertambah tua.

"telah dipergunakan perahumu itu dalam sebuah petualangan besar, dan kini dia terdampar di bandar paling besar. QMRH namanya."



selepas perjamuan




semua telah pergi.
di piring tinggal duri-duri yang menganga.
jejak kaki di lantai dingin.
tumpahan saus dan tulang-tulang ayam berserakan di paru-paruku.
dari jendela kulihat engkau di restoran lain
bersendawa tak habis-habisnya.

di sebuah pinggan,
kulihat sepotong ikan bagai diriku
terendam di kuah yang salah
hingga rasanya kikuk dan masam di lidah.
maka diam-diam kukemasi sisa bumbu,
kulit bawang dan pecahan telur
yang berserak dalam batinku.

aku pun belajar memasak bagi diriku sendiri.
sekali saja kau sebut kata perjamuan
piring-piring di nadiku segera berderak pecah
membikin hatiku luka parah.



dalam perjamuan



engkau sudah kekenyangan
dengan makanan lain, menu lain, perjamuan lain
kala kau datang ke mejaku.
hingga antara sungkan dan tak mengerti,
kau pandangi saja segala masakan
yang terhidang di meja makan.
sambil tak putus-putus bersendawa
kau sentuh juga dengan enggan
satu dua makanan dan kau muntahkan
lalu kau tertidur sambil mendengkur
tinggal aku termangu
sendiri bagai orang dungu.
waktu makan sudah lewat.
senja beringsut berangkat
ke jantung malam.

nasi dingin, masakan dingin
bersiul juga suara angin.
sayur basi, teh pun basi
apalagi yang mesti ditangisi.

kala matahari bersinar di cakrawala
kau terbangun tiba-tiba
memanggil segala orang
mencicipi ini dan mencoba itu
mencemooh ini dan memprotes itu.
lalu sebuah ceramah panjang
tentang bagaimana mestinya masakan dihidangkan,
juga cara indah menyusun menu.
dan para penjamu mengangguk setuju.
tinggal aku termangu
sendiri bagai orang dungu.



sebelum perjamuan



dan kumulai semuanya dengan hatiku.
kupetik bulir padi dan sayuran terbaik
dari kebun jiwaku.
kumasak sepenuh rindu
sepenuh mesra hingga mengepul segala salam,
dalam darah batinku.
maka aku pun datang padamu.
menyeduh teh dengan darahku,
menyiapkan meja dan perjamuan.
sudah kubayangkan perjumpaan kita
dua langit pengalaman, dua dunia berlainan
membangun cakrawala di meja makan.
tempat bermacam dunia
bertautan menjelma bunga.
tak kau lihat kesibukanku
tak kau tahu letihlelahku
sendiri menyiapkan masakan di dapur.
namun sungguh benar tak mampukah
engkau dengar desirnya yang berdebur?