Pages

Jumat, 17 Agustus 2018

G1P0A0 34 mgg




i know i will miss my pregnant belly later.
the security that i can give
to keep my son safe with me
and out of harm's way.


i know i will miss this feeling later.
when i know he is safe from sickness, pain, hatred,
uncertainty and injustices.
all he know right now is love, security and acceptance.


even i'm counting the days to his arrival,
but i know everything will change right away.


so i will embrace my belly a little more for what it takes.
i'll gladly to keep his safe and his kick, kick, kick
will remind me that both of us are doing okay :)


so, take your time my little boy..
just be safe right there,
and come out when you are ready..


- i always love you-




Bulan dan Matahari





biar kuceritakan padamu tentang sebuah kisah.
tentang bulan dan matahari yang tak ingin berpisah.
suatu malam yang sunyi, semesta mengintip keredupan pada wajah sang bulan.
penasaran, semesta berbisik pada bulan,
menanyakan kegundahan apa yang membuat sinarnya meredup.


bulan yang tak bisa berbohong pada semesta berkata
bahwa ia terlalu sering tertutup mendung.
itu membuatnya kehilangan semangat untuk bersinar lagi.
semesta tersenyum mendengar kegelisahan bulan.
kemudian, semesta berbisik lagi.
ia menawarkan bulan untuk bertemu
dengan pemilik cahaya yang paling terang, yaitu matahari


bulan tersenyum senang mendengar tawaran itu.
semesta takkan mungkin ingkar janji.
semesta telah menjanjikan sebuah pertemuan antara bulan dan matahari.
bulan menunggu dengan begitu sabar, sampai pada hari itu tiba.
bulan begitu dekat dengan matahari.
bulan meraih matahari hingga akhirnya mereka bisa sejajar,
saling berhadap-hadapan.
bulan begitu kagum dengan cahaya matahari yang begitu terang.
cahaya itu mengenai tubuhnya,
mengirimkan energi yang luar biasa untuk bulan.
matahari tampak begitu bahagia.
ia membalas genggaman sang bulan. mereka berdua tak berbicara.
keduanya seolah baru saja sama-sama saling menemukan.
semesta yang melihat hal itu langsung berdehem dan mengejutkan keduanya.
semesta berkata bahwa mereka tak bisa bersama untuk selamanya.


matahari dan bulan mulai bersedih,
keduanya lalu mendengar sebuah terikana dari bumi.
ia mengekuh karena ia merasa begitu gelap. amat gelap.
bumi sampai ketakutan.
ia berteriak pada bulan untuk tidak menghalangi cahaya matahari.
bulan semakin sedih.
padahal ia baru saja bertemu dengan matahari.
akhirnya, bulan pergi meninggalkan matahari dengan berat hati.


melihat perpisahan itu, semesta kembali berbisik pada bulan.
ia berkata bahwa bulan dan matahari memang hanya ditakdirkan untuk bertemu,
tapi tidak untuk bersama.
pada akhirnya, bulan mulai memahami.
semesta yang mendapati bulan sudah tidak bersedih lagi akhirnya
menjanjikan pertemuan kembali akan bulan dan matahari suatu hari nanti.
semesta tersenyum melihat bulan dan matahari tetap bersinar
meski mereka tak bersama.


semesta pun mengabadikan pertemuan antara bulan dan matahari
dengan sebuah sebutan yang akan selalu diingat.
GERHANA.










kamu bukan tamu yang dinanti.
tapi, kamu datang mengetuk hati.
kamu bukan tamu yang harus dilayani.
tapi, kamu masuk tanpa permisi.
padahal pintuku, pintu baja.
bagaimana bisa kamu membuka?


kini kamu duduk manis di sana.
tak mau pergi meski aku minta.
kusuguhkan segelas air putih untuk menyapa.
kurang ajarnya, kamu meminta sebotol vodka.
kusanggupi untuk menyedia.
kita duduk dan minum bersama.
kamu mabuk, dan aku terpesona.
mengapa?







dapatkah seserorang membawaku kembali ke masa lalu?
sekali saja.
aku takkan serakah.
aku hanya ingin kembali pada suatu menit terpenting di sana,
dimana kebisuanku menjadi penghancur yang paling utama.
seandainya saja aku bersuara, mungkin penyesalan
tidak sepedih ini jadinya.








sebagian orang sibuk mencari bahagia.
sebagian lainnya sibuk menciptakan bahagia.
sebagian sisanya sibuk untuk memahami arti bahagia.
dari sebagian-sebagian yang lain, ada sebagian lain
yang justru membuatku tidak bahagia:
adalah sebagian dari mereka yang tidak bersyukur,
padahal mereka sudah bahagia.