Pages

Minggu, 19 Oktober 2014

apa yang tidak sempat dibahasakan oleh suara






kita bisa melihat kebohongan dari suara, bisa melihat tipu dayanya. tapi tidak pada mata. sebuah pancaran mata sulit menyembunyikan kebenaran.


seandainya mata bisa berbicara hari ini, aku akan mendengar darimu bahwa kamu sedang resah hatinya. diselimuti kekhawatiran tentang masa depan. kamu berbicara tidak perlu ada yang dikhawatirkan, matamu menunjukkan ketakutan. warna suaramu begitu tenang, matamu menunjukkan kekosongan.


suatu hari mata kita bertemu, kamu tertunduk. aku malu. kamu takut menatap orang lain karena takut mereka tahu apa yang kamu sembunyikan.






suatu hari nanti






suatu hari akan ada seseorang yang cukup baik budinya untuk membuat tertarik. cukup luas hatinya untuk tempatmu tinggal. cukup bijaksana pikirannya untuk kamu ajak bicara.


kamu tidak perlu menjadi orang lain untuk mempertahankan seseorang, tetap jadilah diri sendiri. kamu pun jangan menuntut orang lain menerima keadaanmu bila ia memang tidak mampu menerimanya. karena yang baik belum tentu tepat. karena orang baik itu banyak sekali dan hanya ada satu yang tepat.


suatu hari akan ada orang yang cukup kuat kakinya untuk kamu ajak jalan bersama. lebih dari itu, ia mampu menerimamu yang juga serba cukup.






kehilangan hujan






hujan lama tak pernah turun lagi di tanah ini. mungkin ada seseorang yang berdoa enggan diturunkan hujan. lalu Tuhan membuatnya terjadi. langit hanya mendung tak pernah menurunkan rintiknya.


adalah ia yang berdoa kepada Tuhan. ia yang pada hatinya terdapat hujan lebih deras dari hujan manapun, karena ia telah merasa kehilangan orang yang padahal bukan miliknya. adalah ia, hujan yang ia jadikan sebagai saksi hidupnya, turunnya hujan sama saja dengan memutar ulang setiap episode.


kamu kira berapa lama ia akan mulai berdamai dengan dirinya sendiri? sehari, seminggu, sebulan? ia telah belajar berdamai dengan dirinya setiap pagi ia membuka mata. bahkan saat ia memejamkan mata ia berdoa semoga esok ia telah berdamai.


duhai kamu, apa yang lebih menyengsarakan dibanding menjadi musuh bagi dirimu sendiri?


hati adalah sepenuhnya kuasa Tuhan. menumbuhkan atau menghilangkan cinta adalah kehendak-Nya. namun untuk berdamai dengan dirimu sendiri adalah pilihan dan usahamu sendiri.


semoga sore ini turun hujan, agar ia tahu bahwa setelah hujan selalu ada hari yang lebih cerah. agar ia mengerti, kehilangan berarti segera menemukan.














kita seringkali tertuju pada perasaan kita sendiri, hingga lupa bagaimana perasaan yang lain.



aku mengumpulkan keberanianku berhari-hari untuk memutuskan menghubungimu dengan bertanya kabarmu. lalu aku mendapati jawabanmu yang membuat perasaanku sedikit terusik.


aku merangkai kata berulang kali agar aku tak menyakiti kamu atau membuatmu tak nyaman pada apa yang aku katakan. lalu mungkin kamu tak berpikir sama denganku.


aku telah memutuskan menoleh ke belakang, melihat apa kamu masih baik-baik saja, melihat kamu apa masih terus berjalan. lalu kamu malah berkata untuk apa aku berbalik.



aku berpikir ribuan kali tentang kesalahan-kesalahan yang aku buat, lalu aku berniat memperbaikinya. tapi kamu tak mengerti bahwa aku sedang berusaha memperbaikinya.


apa kamu pernah memikirkannya?








setelah hujan berhenti







pada awalnya kita adalah dua orang yang saling tahu dan mengerti satu sama lain. namun setelah hujan berhenti, aku dan kamu adalah orang asing. kita akan berjalan pada tujuan kita masing-masing, yang pada awalnya memiliki tujuan sama.


setelah hujan berhenti, aku akan berjalan dengan cepat menjauh darimu, secepat kamu membuat ngilu hati ini. lalu aku akan berlari sekuat yang aku mampu, melebihi kekuatanmu untuk membuat aku terjatuh pada perasaan lalu yang kamu hiraukan.


setelah hujan berhenti, kamu dan aku adalah orang asing.











lakukan apa yang menurutmu pantas dilakukan. kalau kehadirannya sering membuatmu menahan sakit, maka menjauh adalah pilihan yang tepat.


tidak perlu berlagak menjadi orang dewasa dengan merasa so-so kuat. karena di hadapan cinta, kita sejatinya memang seperti anak-anak yang kehilangan mainan kesayangannya.