Pages

Rabu, 30 April 2014

terjebak




ia hanya seorang anak kecil,

"biarlah sesekali jatuh", kata mereka.

tapi berkali pun ia jatuh,

tampaknya ia tak pernah belajar

mengingat bahwa jatuh itu sakit..

tapi ia hanya anak kecil,

yang terjebak menatap sisi dirinya yang lain

di cermin usang yang termakan waktu..

kurasa tubuh kecilnya akan lebih dulu paham

bahwa jiwanya lah yang sakit

ternganga tak berdaya, terputus dari asa..















Teruslah mencinta,
biar nanti Tuhan yang merawat lukanya.




















jika akhirnya kamu tidak bersama dengan orang yang sering kamu sebut dalam doamu, mungkin kamu akan dibersamakan dengan orang yang diam-diam sering menyebut namamu dalam doanya.








Kamis, 24 April 2014

selamat menempuh hidup baru



Hei..
Dulu ada yang bilang
Bahwa jika kapalnya bocor, maka katakan bocor.
Biar segera diperbaiki, biar kapalnya tidak tenggelam.
Dan aku sudah melakukannya.
Aku sudah mengatakannya
Sudah memberitahumu bahwa kapalnya sedang bocor.
Waktu itu lubangnya masih kecil, memang.
Mungkin itu juga yang membuatmu acuh.
Lalu, semakin lama, lubangnya semakin besar
Kebocoran semakin parah
Bagian depan kapal mulai terendam garis merahnya.
Kamu pasti tahu, bahwa aku tidak bisa berenang, kan?
Tapi lalu apa yg bisa diharapkan pada kapal dengan lubang yang menganga?
Tinggal menunggu waktu saja bagian tengah dan belakang ikut terendam.

Baiklah, berhubung aku gadis yang lumayan berpendidikan dan punya impian (halah)
Lalu aku mulai belajar
Mulai belajar berenang dan menyelam, menyelam dan berenang.
Dan perlahan..kapal mulai tenggelam.
Pada awalnya aku gelagapan, memang.
ilmu berenang dan menyelamku belum seberapa
Tapi aku cukup keras kepala
Aku terus berenang menjauh, menjauh dari kapal.

Singkat cerita, dalam perjalananku menuju tepian, aku banyak belajar.
Menyelam ke dasar lautan ternyata tidak semenakutkan yang aku bayangkan
Berenang di permukaan juga tidak sesulit yang aku pikirkan
Semuanya menyenangkan
Butuh waktu lama, memang
Tapi saat sampai di daratan, mataku terbuka, bahwa duniaku tidak hanya sebatas kapal.

Maka kini, biarkan aku menjadi dokter daratan.
Aku sudah tidak ingin mengelilingi dunia dengan kapal, jangan seret aku lagi ke lautan.
Aku ingin bersepeda saja
Dengan keranjang kecil berisi obat di belakangnya.
Dengan kotak bekal penuh cinta di depannya
Kring, kring, sepedaku berbunyi.
Mengunjungi pasienku satu satu
Berbagi kebahagiaan dengan mereka satu-satu

Selamat menempuh hidup baru!






ternyata




Hei, aku akhirnya berhasil menemukan'mu' !

menemukan jejak-jejak katamu
menelusuri cara beralur pikirmu
dan menatap sisi cerminmu.

Kamu ternyata juga suka membaca, kan?
Ya, kita sama-sama cinta membaca
Haha, aku senang sekali
Pertanyaanku waktu itu terjawab
Ternyata kamu juga suka tereliye.
Apakah kamu juga suka karya andera hirata, ahmad fuadi, habiburrahman, dan bernard batubara?
Apakah kamu juga mengikuti hasil cipta christoper paolini, erich segal, neil geiman, gordon&william, sherlock holmes, mitch albom, jk rowling, dan stephenie meyer?
Atau kamu malah pengagum buah tangan paulo coelho, goenawan muhammad, NH Dini, dan pramoedya?
Kamu yang mana?
Atau..kamu suka komik? Hm? Conan, deathnote, bleach, bakuman, atau onepiece?
Ayo beritahu aku
Ayolah.. aku ingin kita berteman



surat untuk kamu




Wahai kamu,
Aku ingin sekali mengenalmu
Bukan hanya sekedar tahu namamu.

Pertemuan kita sore itu,
Walaupun aku sempat berharap itu yang terakhir
Sebenarnya itu hanya jedaku untuk berpikir.

Seharusnya aku sudah lebih dewasa
Dari terakhir kali aku jatuh sakit.
Ya, seharusnya..
Maka di sini, aku berusaha dewasa untukmu.
Mengertilah: membandingkan fisik, atau apapun antara kamu dengan yang lain
Itu sama sekali tidak penting.
Itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri.

Ada seseorang yang bilang,
Bahwa kenyamanan sama sekali tidak bergantung dengan hal itu.
Jika seseorang mulai nyaman menjalin hubungan denganmu
Maka sejatinya dia sudah tidak terlalu memikirkan tentang hal itu.
Asalkan kamu tetap menjadi gadis yang baik, yang ceria seperti biasanya
Maka itu sudah sangat cukup
Untuk membuat kalian baik-baik saja.

Wahai kamu,
Aku ingin sekali mengenalmu
Bukan hanya sekedar tahu namamu.

Karena dengan cara itu, aku tidak akan membencimu
Dan menghindarimu lagi.
Karena sebelum ini aku sudah pernah mengalaminya satu kali.
Dulu aku seperti pengecut.
Menghindar, dan beraninya hanya mengumpat di belakang.
Namun tahukah kau, ketika aku sudah mengenalnya, berbincang, beberapa kali
Aku mulai menyukainya
Dan akupun mulai bisa berdamai dengan perasaanku sendiri
Dan mengikhlaskan kisahku.

Kuharap begitu juga denganmu, begitu juga denganku saat ini
Kuharap kita berdua bisa berdamai
Dengan perasaan kita masing-masing yang sebenarnya sangat sederhana.

Wahai kamu,
Aku ingin sekali mengenalmu
Bukan hanya sekedar tahu namamu.




Salam, dari jerapah laut.
Untuk kamu, gadis yang kuat, si lonceng dan karang



doa malam





Tuhan yang merdu,
terimalah kicau burung
dalam kepalaku.





Rabu, 23 April 2014










menurutku, dokter dan guru itu dua pekerjaan yang sama-sama mulia.
tapi, mengapa yang dikatakan pahlawan tanpa tanda jasa itu hanya guru saja?











Jerry si Jerapah



Hai haaai. Perkenalkan, namaku Jerry si Jerapah.

Aku anak pertama dari empat bersaudara.

Di rumah, kadang aku dicampakkan.

Tapi kadang aku juga dikasih makan.

Kadang aku diajak dandan.

Tapi kadang juga disuruh pengajian.

Dan sekarang, aku harus rajin belajar.

Karena aku ingiiin sekali jadi dokter.

Makanya aku ga boleh menyerah sekarang.

doakan aku yaaa


Salaaam, dari calon dokter masa depan :P




hujan kecil



saat itu
hujan tumbuh di kepalaku
hujan penyegar waktu

memancar kecil-kecil
mericik kecil-kecil
dihiasi petir kecil-kecil

hujanku masa kecil.




sedang merayu






pernah membuat sesuatu lalu takjub dengan karyamu sendiri?
kukira saat menciptamu, Tuhan mengalami hal serupa.







terlalu berani






memendam cinta seorang diri tak menjadikannya kekasih yang penakut.
ia hanya terlalu berani untuk terlupakan.





Minggu, 20 April 2014

saling







kepada laut, sungai tak berpikir berhenti memasok air.
kepada sungai, laut tak sesukanya hanya karena dicintai sampai akhir.





selamat pagi







pagi tak melulu soal lagit cerah dan daun-daun basah.
lebih dari itu, ia menuntun pikiran mengingat banyak wajah.





Selasa, 15 April 2014

teman




kamu memang bukan musuhku.
kita adalah sepasang teman
yang berkomunikasi hampir selalu dengan cara bertengkar.
mencabik lewat kata.
merindu lewat bulan.
dan bertemu lewat hampa.

jika di setiap pertemuan aku selalu gagal menjadi diriku sendiri,
maka cukuplah itu menjadikan kita tak akan pernah bertemu kembali.










kalau memang waktu bisa memberi jawaban atau bahkan menyembuhkan.
itu berarti, tidak semua orang punya waktu.






Jumat, 11 April 2014

peta dan serotonin



sayang memang kalau harus berpisah setelah berdua sengaja menyesatkan langkah. sayang memang kalau harus melupakan angin-angin baik setelah berdua sengaja saling menipu.

kalau memang harus tersesat pun, ya sudahlah. karena saya memang saya, bukan peta. karena saya memang saya, bukan setumpuk serotonin di isi perut coklat. kali ini saya mundur.

Tuhan punya maksud. Tuhan punya imajinasi yang maha.



kembali. lalu hapus..










Beberapa tahun yang dilewatkan, dapat merubah seluruh sisa kehidupan. Saya ingin kembali ke dua ribu enam. Menghindari beberapa pertemuan, memikirkan beberapa perkataan, dan membatalkan beberapa kunjungan. 

Ibu saya mengajarkan, orang dewasa itu sangat jarang menyesal. Mungkin saya memang belum begitu dewasa.






aku rindu..








aku rindu pada Abu Bakar, yang ketika sahabatnya dikira gila, dialah orang yang begitu yakin percaya pada sahabatnya apapun itu.


aku rindu pada Umar, yang memiliki intuisi yang kuat, yang tak segan mengungkapkan pada sahabatnya jika mereka berbeda pendapat.















saat semua orang ingin jadi yang pertama,
mungkin ruang di kedua akan lebih lega.







Kamis, 10 April 2014

siklus sebab-akibat



Bayangkan al, sebutir gandum tergeletak sendirian di lantai, di gudang penyimpanan.
Sebutir gandum itu jatuh saat karung-karung di tumpuk.
Lantas terkena sepakan kuli-kuli angkut yang beranjak pulang di sore hari, terlempar kesana kemaro, hingga akhirnya terjepit tersembunyi di sela-sela tegel.
Seseorang yang bertugas menyapu lantai gudang menjelang malam meletakkan ember kering persis di atasnya.
Sempurna sudah melindungi butir gandum itu dari apapun.
Atap gudang penyimpanan itu juga kokoh dan rapi, tidak pernah tampias meski setetes air sepuluh tahun terakhir.

Malam itu hujan turun deras..

al, kering atau basah nasib sebutir gandum itu sudah ditentukan.
Tidak peduli seberapa baik atap gudang menahan hujan.
Tidak peduli seberapa kokoh ember plastik melindunginya.
Tidak peduli seberapa dalam rekahan tegel menutupinya.
Kalau malam itu ditentukan basah, maka basahlah dia.
Kalau ditentukan kering, maka keringlah dia..

Begitulah kehidupan.
Robek-tidaknya sehelai daun di hutan paling tersembunyi pun semua sudah ditentukan.
Menguap atau menetesnya sebulir embun yang menggelayut di bunga anggrek di dahan paling tinggi, hutan paling jauh semua juga sudah ditentukan..

Kalau urusan sekecil itu saja sudah ditentukan,
Bagaimana mungkin urursan manusia yang lebih besar luput dari ketentuan..

Bagi manusia, hidup ini juga sebeb akibat, al.
Bedanya, bagi manusia sebab akibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa.
Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain.
Kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi.
Kemudian entah pada siklus yang keberapa, kembali lagi ke garis kehidupanmu..
Saling memperngaruhi, saling berinteraksi..

Siklus sebab-akibat itu sudah ditentukan.
Tidak ada yang bisa merubahnya, al. Kecuali satu:
Yaitu kebaikan.



the meaning of life



Dulu, ada seorang arab tua, renta, sakit-sakitan.
Selama 80 tahun arab itu tinggal di oase gurun.
Kehidupan oase yang biasa-biasa saja, bahkan baginya sama sekali tidak berguna, tidak berarti.

Berkali-kali dia bertanya kepada dirinya sendiri, buat apa hidupnya begitu panjang kalau hanya untuk terjebak di oase itu.
Saat oase mulai mengering, saat orang-orang mulai pindah, menyedihkan dia justru memaksakan diri bertahan.
Mengutuk tubuh tuanya yang tidak bisa lagi diajak pergi.

80 tahun percuma, dia menjalani masa kanak-kanak sama seperti teman-temannya.
Menjadi remaja yang tak bosan bicara cinta sama seperti remaja lainnya.
Bekerja menjadi pandai besi, menikah, punya anak, dan seterusnya.
Sama seperti penduduk oase lainnya.
Istrinya meninggal saat tubuhnya beranjak tua.
Beberapa tahun kemudian anak-anaknya pergi ke kota-kota lain, dan dia tertinggal.
Sendirian, hanya sibuk berteman dengan pertanyaan apa arti seluruh kehidupan yang dimilikinya.

Suatu hari, serombongan karavan melintas di puing-puing oase itu.
Mereka tiba persis saat arab tua itu mati di rumah kecilnya.
Lihatlah, hingga maut menjemput arab tua itu tidak tahu apa sebab akibat hidupnya..
Karavan itu tak peduli, meneruskan perjalanan setelah mengisi penuh-penuh tempat air.
Hanya satu yang peduli, orang itu berbaik hati menguburkan arab tua tersebut.

Kau tahu, ternyata orang yang berbaik hati itu terselamatkan atas pembantaian suku badui, kawanan bandit yang menguasai gurun..
Karavan yang pergi lebih dahulu itu ternayat binasa, tidak bersisa.
Orang yang berbaik hati menguburkan arab tua itu baru berjalan esok harinya, menemukan bangkai dan sisa-sisa pertempuran teman-temannya saat meneruskan perjalanan.

Teman, tahukah kau, lima generasi berikutnya, dari orang yang berbaik hati itu ternyata lahir seorang manusia pilihan.
Manusia pilihan yang orang-orang kelak menyebutnya “al-amin”..

Bukankah kita tidak tahu apa yang akan terjadi kalau arab tua itu tidak meninggal hari itu, bukan?
Orang baik itu juga ikut terbantai, bukan?
Apakah yang akan terjadi dengan generasi kelima keturunannya kalau arab tua itu tidak tinggal menyesali diri di oase?
Bagaimana dengan nasib pembawa risalah itu.

Itulah sebab-akibat kehidupannya..

Yang sayangnya tidak dia ketahui hingga maut menjemputnya.












jangan bilang kapalnya tidak bocor, kalau yang sebenarnya benar bocor. Karena nantinya malah kapalnya akan tenggelam.








Jumat, 04 April 2014

kisah dua pemahat



Dulu, pernah hidup dua pemahat hebat.
Mereka terkenal hingga diundang raja berlomba di istananya.
Mereka diberikan sebuah ruangan besar dengan tembok-tembok batu berseberangan.
Persis di tengah ruangan dibentangkan tirai kain.
Sempurna membatasi, sehingga pemahat yang satu tidak bisa melihat yang lain.
Mereka diberi waktu seminggu untuk membuat pahatan yang paling indah yang bisa mereka lakukan di tembok batu masing-masing.

Kau tahu apa yang terjadi?
Pemahat pertama, memutuskan menggunakan seluru pahat, alat-alat, cat-cat warna, hiasan-hiasan, dan segalanya yang bisa dipergunakan untuk membuat pahatan indah di tembok batunya.
Orang itu terus memahat berhari-hari, tidak mengenal lelah, hingga akhirnya menghasilkan sebuah pahatan yang luar biasa indah.

Tirai kemudian dibuka, tercenganglah pemahat pertama.
Meski dia sudah bekerja siang-malam, persis di hadapannya, pemahat kedua ternyata juga berhasil memahat dinding lebih indah darinya.
Berdesir si pemahat pertama.
Berseru kepada raja, dia akan menambah elok pahatannya. Berikan dia waktu, dia akan mengalahkan pemahat kedua.
Maka tirai ditutup lagi.

Beberapa hari kemudian, tirai dibuka untuk kedua kalinya.
Apa yg dilihat pemahat pertama?
Sungguh dia terkesiap. Dinding di seberangnya lagi-lagi lebih elok memesona.
Dia berdesir tidak puas.
Berteriak meminta waktu tambahan, begitu saja seterusnya.

Tahukah kau, pemahat kedua sejatinya tidak melakukan apapun terhadap dinding batunya.
Dia hanya menghaluskan dinding itu secemerlang mungkin, membuat dinding itu berkilau bagai cermin. Hanya itu..
Sehingga setiap kali tirai dibuka, dia sempurna hanya memantulkan hasil pahatan pemahat pertama.

Teman, menurutku itulah beda antara orang-orang yang keterlaluan mencintai dunia dengan orang-orang yang bijak menyikapi hidupnya.
Orang-orang yang terus merasa hidupnya kurang maka dia tidak berbeda dengan pemahat pertama, tidak akan pernah merasa puas.

Tapi orang-orang bijak, orang-orang yang berhasil menghaluskan hatinya secemerlang mungkin, membuat hatinya bagai cermin, maka dia bisa merasakan kebahagiaan melebihi orang terkaya sekalipun..



puisi pesakitan



sore itu, kamu mengenalkanku padanya.
dia tersenyum ramah padaku
menjabat tanganku
memeluk tubuhku
menanyakan kabarku
juga menanyakan bagaimana sekolahku.
manis sekali bukan?
sangat.

tapi yang aku tak habis pikir adalah
bagaimana kamu berpikir bahwa dengan mempertemukan kutub
masa lalu dan masa depanmu akan menyelesaikan semuanya?

sadarkah bahwa kamu sedang menciptakan masalalumu menjadi seorang pesakitan?
terjangkit penyakit berkali-kali
terpuruk bertubi-tubi.