Pages

Minggu, 15 November 2015

memaknai kehilangan





tulisan ini adalah tulisan yang saya coba dalam rangka memaknai kehilangan, mencoba mengurai makna kehilangan dengan lebih baik.


tidak semua dari kita saat ini memiliki keluarga yg utuh. ada yang sudah kehilangan orangtua, baik salah satu atau keduanya. ada yg kehilangan saudaranya, kerabat tersayang, pasangan hidup, atau anggota lainnya yg begitu dekat dengan kita.


saya sendiri belum pernah merasakan kehilangan yang seperti itu. tapi, dari cerita teman-teman terdekat membuat saya menyadari bahwa pada satu waktu, saya akan berada dalam posisi itu. posisi dimana salah satu atau kedua orangtua (dan keluarga yang lain) akan pergi satu per satu. dan saya mulai bersiap untuk kehilangan itu.



hal yg paling menyakitkan dalam kehilangan adalah ketidaksiapan. kita tidak siap kehilangan sesuatu yg berharga, sesuatu yg biasanya ada dalam hidup kita, sesuatu yg biasanya muncul di sela-sela aktivitas kita. adalah mereka, orang-orang yg selama ini hadir pertama kali dalam hidup kita. kita ingin sekali, mereka terus menerus ada, sayangnya hukum alamnya tidak begitu.


maka, hari ini saat kita memiliki mereka semua, persiapkan diri kita tidak hanya ketika mereka masih ada. kita harus bersiap akan kehilangan itu, sehingga ketika satu per satu mereka meninggalkan kita, kita sudah siap menghadapinya. siap pada sebuah keadaan bahwa kita harus memahami, bahwa kondisi terbaik memang demikian.


seringnya kita melihat kehilangan dari sisi orang yg ditinggalkan, bukan dari sisi orang yg meninggalkan. barangkali, justru yg meninggalkan kita justru lebih bahagia karena mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. kita berdoa dan berharap demikian bukan? maka berbahagialah.


bahwa kita memang harus bersiap. ketika mereka pergi, maka menjadilah amal jariyah yang bisa mereka banggakan di sana. menjadi anak-anak yang baik, terus mendoakan kebaikan untuk mereka.


buatlah mereka yg meninggalkan kita, pergi dengan ketenangan. tenang meninggalkan kita, tenang tanpa khawatir kita kenapa-kenapa, tenang karena percaya bahwa mereka meninggalkan anak-anak yang baik dan berhasil di didik dan akan menjadi amal yg terus mengalir, tenang karena mereka telah menunaikan tanggungjawabnya dengan baik kepada kita, amanah-Nya telah dijalankan.


mari mempersiapkan keniscayaan itu. keniscayaan yang akan datang suatu hari.