Pages

Senin, 03 Oktober 2011

Aku sudah terlanjur suka pada caranya memandang langit beserta seluruh isi dan embanannya,
Pada caranya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tertuang di dalam benaknya,
Dan satu hal lagi, masalah yang ia putuskan tanpa pertimbangan yang lama, tapi selalu matang. (2008)

ada kedamaian di sana


Langit,

Bintang,

Sungguh, aku sangat sangat sangat merindukan kalian,

7

Akulah si nomor 7
Dengan sudut 45 derajat,
Melekuk dengan sempurna,
Dia menamaiku sebagai nomor 7,
Sebagai kedamaian, dan keheningan yang netral,

Jika dalam sebuah cat warna, aku adalah kelabu,
Seperti sebuah perjalanan panjang,
dari gelapnya jalan kehidupan,
menuju tanah lapang yang terang oleh iman.

setelah ku ulang dan ku ulang

Masih ingatkah kau pertanyaanku nomor 2 yang belum kau jawab hingga sekarang?

Aku bodoh tidak menemukannya saat itu,
Padahal semuanya tergambar jelas,
Tercecer di banyak tempat, tinggal aku saja yang mengumpulkannya,

Aku bodoh tak mengerti saat itu,
padahal itu sudah bertahun-tahun yang lalu
puisi hati memang tak bisa berbohong sampai kapanpun,

Laa Tahzan

Betapa banyak kamu mengeluh
Dan berkata tak punya apa-apa
Padahal bumi, langit, dan bintang adalah milikmu
Ladang, burung, bunga yang segar
Dan matahari yang di atas kepalamu
Memandang geram panuh amarah

Dunia ceria kepadamu,
Lalu kenapa kamu cemberut?
Dan dia mulai tersenyum,
Lalu mengapa kamu juga tak kunjung tersenyum?

plagiat

Dari sebuah janji muncul sebuah arti
Kemunculannya pun tak bisa dipungkiri
Dan kini si plagiat pun ikut mencari
Kisah masa lalu sahabatnya yang usang
Dirimu memang sanggup memalingkanku
Namun puisi hati, tidak

Dengar wahai penyair, percayalah
Kamu pasti bisa mengembalikan senyumnya
Yang telah lama kau hapuskan.