Pages

Kamis, 01 November 2012

Frog Leap



Pada suatu hari saya memerhatikan cara kerja semut. Ada seekor kecoa mati tergeletak di halaman belakang dekat tempat cuci piring. Saya tidak tahu kenapa kecoa tersebut ada di sana. Kemungkinan kecoa tersebut bunuh diri lompat dari atap karena dia banyak kehilangan uang dalam bursa saham. Pada pagi hari saya melihat kecoa tersebut sedang dikelilingi oleh banyak semut. Semut-semut itu merasa menemukan sumber makanan yang luar biasa. Seperti biasa mereka menyeret kecoa tersebut sedikit demi sedikit menuju sarang mereka.

Dengan tersenyum mencemooh, saya coba melacak ke mana tujuan mereka menyeret kecoa tersebut. Saya kagum juga ketika melihat mereka ingin membawa kecoa tersebut ke atas tembok vertikal, yang ada rintangannya. Untuk melewati rintangan ini mereka harus membawa kecoa ini melewati suatu bidang horizontal yang terbalik. Saya ingin tahu dan ingin belajar dari semut.

Dengan susah payah mereka bergerak sedikit demi sedikit. Saya coba melihat dengan teliti bagaimana mereka menarik kecoa tersebut, ternyata mereka menarik bergantian. Dalam waktu 15 menit, saya perhatikan bahwa praktis seluruh semut sudah berganti. Tetapi mereka terus menarik dengan tekun.

Siang hari saya melihat mereka sudah sampai pada rintangan tersebut. Saya tidak mau kehilangan kesempatan belajar dari semut, dan saya ambil kursi agar dapat menjadi suporter yang baik. Saya panggil adik saya untuk ikut menonton dan dia menganggap saya aneh karena menonton semut yang mengarak kecoa mati.

Semut mulai bingung, mereka berusaha melewati rintangan. Saya yakin bahwa mereka tidak akan dapat melewatinya. Beberapa semut terpaksa melepaskan pegangan mereka karena keterbatasan panjang lengan mereka. Mereka berusaha berpindah tempat, tetapi tidak ada tempat untuk memegang lagi. Saya juga lihat semakin banyak semut yang mencoba membnatu, tapi tempat berpegang memang terbatas. Akhirnya kecoa jatuh. Saya bersorak! Saya menang bertaruh dengan semut.

Namun, saya lihat semut-semut berkumpul lagi untuk menarik harta mereka. Pasti gagal lagi deh. Semut tidak pernah belajar ilmu gravitasi sih! Mereka tidak tahu bahwa semakin berat kecoa itu, semakin besar juga gaya yang menarik ke bawah. Saya tinggalkan drama ini selama 15 menit. Saya akan lihat lagi pada saat drama bagian seru melewati rintangan itu lagi.

Ketika kembali, saya melihat semut-semut menggunakan strategi yang berbeda. Mereka mulai mengangkat dengan posisi yang berbeda. “Good try!” saya pikir. Namun, pasti gagal juga. Kecoa jatuh, saya tersenyum menang. Saya akan kembali 15 menit lagi. Tetapi ketika meninggalkan mereka, ada suatu perasaan yang aneh pada hati dan pikiran saya. Saya merasa bersalah karena bersuka cita di atas penderitaan semut.

Beberapa kali saya perhatikan semut masih terus gagal. Saya mulai merubah pikiran dan sikap. Saya menjadi bersimpati pada semu-semut itu. Mereka terus mencoba dan tidak berhenti. Sedikit demi sedikit. Keesokan harinya saya lihat kecoa tersebut sudah gundul. Segala aksesorinya kelihatannya telah dipotong oleh semut-semut itu sehingga lebih ringan. Dan semut-semut itu terus berusaha. Total mereka telah berjuang selama dua hari. Saya mulai malas menonton pertunjukan “gagal” ini.

Keesokan harinya lagi saya coba menengok teman kecil saya yang sedang menarik kecoa ini. Saya kaget, dan sungguh kaget. Mereka sudah mengalami persoalan berikutnya. Sekarang kecoa itu tersangkut karena lubang sarang mereka yang kecil. Namun, saya kaget karena ternyata semut berhasil melewati rintangan tersebut. Sehari itu saya tidak dapat melepaskan pikiran dari semut. Saya mendapat pelajaran baru dari semut.

Semut bukan kodok. Semut tidak dapat melakukan lompatan besar seperti kodok. Semut dapat berusaha terus menerus tanpa henti dan tidak putus asa. Dengan melakukan hal yang kecil yang terus menerus, mereka dapat mengatasi masalah besar. Saya sebenarnya ingin bersama mereka ketika mereka berhasil melewati rintangan. Pikiran logika saya sebenarnya ingin mempelajari bagaimana cara semut tersebut melewati rintangan. Namun, itu tidak penting. Yang penting adalah sikap mental yang berhasil saya pelajari: Lakukan hal kecil terus menerus, dalam waktu yang panjang kita akan mendapatkan kemajuan yang sangat berarti. Tidak percuma saya mengikuti nasihat kuno tersebut.

Tidak berhenti sampai di sana. Belum lama ini saya melihat sebuah video yang sangat menarik. Video ini memperlihatkan bagaimana semut dapat menyeberangi sungai. Ini bukan kisah seekor semut sakti yang mengambang tanpa tujuan. Video ini menggambarkan kekuatan kecil semut yang bergabung menjadi besar. Ini adalah cerita mengahrukan. Mereka membawa serta anak-anak mereka yang masih berupa embrio. Mereka juga membawa ratu mereka yang relatif besar, lamban, dan tidak bisa berjalan cepat.

Sekarang saya tertarik untuk melakukan hal-hal kecil yang terus-menerus dan dilakukan dalam waktu lama. Senang mengenal kodok yang bisa melompat jauh, tetapi kelihatannya lebih mudah untuk melangkah seperti semut. Langkah semut adalah langkah realistis yang dapat kita lakukan sekarang.

kekuatan bawah sadar



Pikiran bawah sadar adalah pikiran yang bekerja 24 jam. Sedangkan pikiran sadar kita ada jam kerjanya. Jika kita tidur, pikiran sadar kita istirahat.

Sejak kecil saya senang bereksperimen, terutama dengan diri saya sendiri. Ada satu literatur tentang pikiran bawah sadar yang mengatakan bahwa ketika kita tidur, pikiran bawah sadar kita terus bekerja. Berita baiknya adalah pada saat tidur, kita bisa memasukkan pelajaran. Dan pada saat bangun, pelajaran tersebut sudah terekam dalam otak kita. Baiklah! Saya berbagi pengetahuan ini dengan teman-teman dan orang tua saya. Orangtua saya menolak keras ide itu. Saya tetap harus belajar pada siang hari dan malam hari harus tidur tanpa macam-macam. Pada dasarnya saya adalah anak penurut, anak penurut yang banyak idenya.

Saya tetap penasaran. Belajar pasti ada banyak hubungannya dengan tidur. Memang saya senang tidur, saya akan senang sekali jika tidur bisa dikaitkan dengan belajar. Saya membuat percobaan ketika besoknya ulangan, saya tidak belajar.

Saya tidur cepat, yaitu jam tujuh malam. Ibu saya bingung, kok jam tujuh malam sudah mau tidur. Saya bilang kan besok ulangan, supaya segar. Ibu setuju sambil bingung. Bel dipasang jam empat pagi. Kemudian saya coba mengulang pelajaran sebentar, lalu beranjak tidur. Esoknya saya bangun dengan segera dan membaca buku di tempat tidur. Saat itu saya ingat bahwa saya hanya membaca satu kali, lalu ketiduran lagi. Ternyata ulangan saya bagus. Wah, saya sangat senang. Saya bisa menghemat waktu dan tidur lebih banyak. Saya tetap mempraktikan cara tersebut untuk ulangan-ulangan yang penting. Untuk pelajaran yang tidak saya sukai, saya tetap tidak belajar.

Sebenarnya saya ingin mencoba tidur sambil mendengarkan pelajaran, tetapi pada waktu itu alat rekam masih mahal. Namun sekarang teknologi sudah lebih maju. Saya senang sekali jika ada informasi yang diberikan dalam bentuk rekaman. Saya bisa dengarkan sambil tidur.

Dan metode ini tidak hanya digunakan untuk mata pelajaran sekolah. Metode ini bisa juga digunakan untuk menghafal AlQuran. Cari saja rekamannya, lalu putar sesaat sebelum tidur hingga beberapa saat setelah kita tidur. Jangan lupa setel stop otomatisnya, agar tidak menyala hingga pagi. Teorinya adalah hafalan tersebut akan masuk dalam ingatan bawah sadar kita selama kita tidur.

Cara menilai prestasi



Guru: “apakah Bapak tidak khawatir dengan nilai anak Anda?”

Bapak: “ah, tidak apa-apa, Bu. Yang penting masih bisa mengikuti dan anaknya tidak bermasalah.”

Guru semakin bingung: “apa Anda tidak membantu mengajari anak Anda di rumah?”

Bapak tersenyum: “Tidak Bu, kan anaknya saja tidak minta bantuan. Berarti tidak ada masalah dong. Biar sajalah Bu, yang penting anak saya suka sekolah di sini.”

...

Pengulangan adalah ibu segala kemampuan



Ingat bagaimana kita bisa berjalan?
Ya, mengulang..ulang..ulang sampai bisa berjalan

Bagaimana kita bisa naek sepeda?
Mengulang..ulang..ulang sampai bisa naik sepeda

Mengapa kita mau mengulang berjalan, naik sepeda, dan lainnya? Karena kita tertarik, ingin bisa, bergembira, dan merupakan sesuatu yang mengasyikkan.

Orang yang tertarik dengan suatu bidang akan membaca atau mempelajari sesuatu berulang-ulang dan terus mencari informasinya. Seperti menyusun puzzle, dia mencari potongan informasi untuk melengkapi informasi yang dia miliki. Mengapa? Karena dia suka, menikmati, dan gembira akan hal tersebut. Karena belajar bukanlah suatu perjuangan tetapi suatu hiburan, dan dengan terus mengulang dan meneliti, dia menjadi ahli.

Apapun yang diulang menjadikan seseorang ahli.