Pages

Rabu, 13 Juni 2012

bububu kukuku (buku)

dia datang,
menyodorkanmu di hadapanku.
tercium harum kayu di setiap lebarmu.

ku tanya apa maksudnya,
baca saja.
ini cara memahamiku.
mengikuti dan menyamaiku.
dan menghubungkan aku denganmu.
lewat buku.

itu jawabnya.
jangan khawatir,
sesungguhnya Allah Maha mengetahui isi hati.
Dan Allah Maha membolak-balikkan hati.

aku ingin memanggilmu Haydar

Adegan ini terjadi di salah satu sudut toko buku di Kota Surakarta. Aku sedang asyik berdiri membaca buku saat tiba-tiba anak itu memeluk kakiku. Ya, bocah laki-laki yang berumur sekitar 4 atau 5 tahun menurutku. Dia memeluk kakiku, riang, sambil mengatakan "ummii". Saat menengok ke atas, barulah dia tersadar bahwa aku bukan umminya. Dia mundur, tersipu malu karena salah memeluk orang.

"adek namanya siapa?" tanyaku. Dia tersenyum lagi, malu-malu lagi, tapi tidak lari. Dan di kejauhan sana, terdengar suara yang memanggil "Haydaar..Haydaar", dan ditemukanlah Haydar sedang bersamaku. "Oh, ternyata ini umminya yang sebenarnya. Pantas saja dia salah mengira, aku dan umminya memakai baju dengan warna yang hampir sama", batinku.

Saat akan berpisah, dia menyalami tanganku, dan barulah dia berani memperkenalkan namanya. Hemm, Haydar. Seperti nama salah satu temanku. Tapi di kampus dia dipanggil dengan nama Edo. Dan di perjalanan pulang, ku tanyakan arti nama Haydar kepada yang punya nama. Dia bilang, Haydar artinya singa padang pasir, pemberani, dan Haydar adalah nama kecil dari Umar bin Khattab.

Dan semenjak kejadian itu, entahlah, aku ingin menamai anak laki-lakiku kelak dengan nama Haydar. Ya, anak laki-laki pertamaku. Tidak setelah Arkan, juga Naufal. Dan untuk temanku itu, aku ingin bisa memanggilnya Haydar, bukan Edo lagi. Karena Haydar artinya mulia sekali bukan? untuk apa pula di ganti Edo.

mimpi berulang kali

maka, pada malam yang sunyi
aku bermimpi
entah indah, atau tabu cerita ini.

pada seseorang, yang tak ku kira sebelumnya.
tak akrab, juga tak dekat.
tapi ini bukan mimpi yang sekelebat.

masih ku ingat semuanya
termasuk siluetnya di senja.
tentang mimpi tabu atau indah
jangan kau tanya siapa.

tak bergerak

di luar sana, mereka tertawa
mereka yang kau sebut keluarga
aku diam, bukan berarti aku tak tahu apa-apa
aku tahu isi pembicaraannya,
bahkan aku hafal gaya bicara mereka
hanya saja, aku tak ingin ke sana
tidak, aku bukan agorafobia,
juga bukan paranoid skizofrenia.

biarkan saja,
aku hanya ingin sendiri
menikmati setiap spasi
tanpa ini itu kau komentari.