Pages

Jumat, 15 Agustus 2014

semangat!







terkadang ketika berkeliling menatap bayi satu satu dalam box mereka, atau ketika berkutat dengan alat bantu nafas siang dan malam untuk menyelamatkan hidup mereka, hanya satu yang terpikirkan: bahwa siapa tahu kelak mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa, siapa tahu kelak mereka akan menjadi muridku dan menjadi dokter yang hebat, atau juga bisa saja siapa tahu mereka kelak akan menjadi suami dari anak putriku bukan? hahaha, aneh ya. itu sebabnya aku tidak boleh malas, harus tetap semangat, harus tetap kuat, demi mereka. yeaaah..
















dua minggu ini, aku menemukan malaikat pencabut nyawa sedang duduk duduk di pojok pojok ruangan. seperti sedang berembuk, bayi mana lagi yang akan menjadi sasaran malam ini.


beradu lomba dengan malaikat pencabut nyawa itu, sudah hampir bisa dipastikan siapa pemenangnya. dan kalau sampai kita yang menang, itu berarti mereka hanya sedang mengalah.









manusia





bahwa manusia terkadang terlalu sering melihat ke orang lain.
merasa orang lain beruntung, dan dirinya sendiri menjadi pihak yang kurang beruntung.
padahal tidak.
setiap orang mempunyai jalur keberuntungannya sendiri-sendiri.
bahkan orang yang dirasa paling tidak beruntung pun, sebenarnya dia juga orang yang beruntung.


dan untung saja Tuhan itu adil.
Tuhan tidak memberikan semua kelebihan hanya ada pada satu orang.
kecantikan, kekayaan, kecerdasan, kesabaran, semuanya, untung saja tidak Dia 'bebankan' pada satu orang.
bahkan Rasulullah pun masih diberikan celah beberapa kelemahan.


dan untungnya lagi,
cinta tidak bergantung pada hal itu.
untung saja cinta mempunyai jalur yang lebih rumit untuk dimengerti,
dari sekadar mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan.


yah, saya kira seperti itu.
sekian dan terimakasih, untuk perbincangannya kemarin malam.





antara awan dan hujan




mungkin kita bisa bicara sejenak tentang hujan.
juga tentang awan yang berarak di langit sebelum tetes air jatuh menjadi gerimis.
mungkin kita selalu percaya, bahwa awan adalah kumpulan titik air yang mengapung di atas permukaan bumi.
kita membicarakan hal itu dalam buku-buku cetak pelajaran.
itu yang selalu kita tahu.


tapi bagiku, ada sesuatu yang lebih dari itu.


mungkin aku hanyalah seorang yang memercayai filosofi konyol semacam kesetiaan.
tentang mereka yang selalu berjanji untuk berbagi, meski tak selalu bahagia.


bukankah itu yang selalu dilakukan hujan dan awan?
mereka adalah pasangan yang bercerita tentang kesetiaan.
yang selalu muncul di waktu yang bersamaan.
kadang kehadirannya dicibir, kadang pula dipuja.
tapi mereka tak pernah berhenti,
tak pernah mengubah pola dan menjadikan sesuatu yang berbeda.


jadi karena itu, mereka disebut setia?
bisa jadi.
atau bisa juga, ini adalah rancangan yang sudah dituliskan Tuhan sejak awal.
bahwa Tuhan memang menciptakan pola seperti itu bagi mereka berdua.
hujan dan awan sudah dipersatukan sejak dulu.
dan pertemuan mereka kemarin, hari ini, dan sampai ratusan tahun nanti, akan tetap terjadi seperti itu.


tapi masalahnya, bagaimana jika salah satu ingkar?


ah, jadi ingat salah satu lirik puisi kesukaanku,
karya bapak sapardi.
kurang lebih bunyinya begini:

aku ingin mencintaimu dengan sederhana
seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada.

cinta itu sebenarnya sederhana ya?
manusia saja yang terkadang membuatnya terlalu banyak syarat.




yang lengkap dan pelengkap itu, berbeda





kamu mencintaiku dengan hati.
kamu menatapku karena rasa.
kamu berucap dan melakukan semuanya
bukan dengan kebanyakan cara yang mereka lakukan.
kamu berbeda
kamu istimewa
bersamamu saja, aku yakin selamanya.
karena aku tahu, aku tak butuh wajah untuk dinikmati.
aku tak butuh tawa untuk sekadar menyenangkan.
apalagi penampilan yang bisa dibilang hanya memesonakan.
ada yang lebih dari itu.


bukankah tempat untuk mencintai secara pasti hanyalah 'hati'?
bukankah dari ratusan kriteria yang aku cari sebagai sempurna,
sebenarnya aku hanya perlu satu saja?
aku bukan mencari sesuatu yang lengkap, tapi pelengkap.