Pages

Jumat, 04 April 2014

kisah dua pemahat



Dulu, pernah hidup dua pemahat hebat.
Mereka terkenal hingga diundang raja berlomba di istananya.
Mereka diberikan sebuah ruangan besar dengan tembok-tembok batu berseberangan.
Persis di tengah ruangan dibentangkan tirai kain.
Sempurna membatasi, sehingga pemahat yang satu tidak bisa melihat yang lain.
Mereka diberi waktu seminggu untuk membuat pahatan yang paling indah yang bisa mereka lakukan di tembok batu masing-masing.

Kau tahu apa yang terjadi?
Pemahat pertama, memutuskan menggunakan seluru pahat, alat-alat, cat-cat warna, hiasan-hiasan, dan segalanya yang bisa dipergunakan untuk membuat pahatan indah di tembok batunya.
Orang itu terus memahat berhari-hari, tidak mengenal lelah, hingga akhirnya menghasilkan sebuah pahatan yang luar biasa indah.

Tirai kemudian dibuka, tercenganglah pemahat pertama.
Meski dia sudah bekerja siang-malam, persis di hadapannya, pemahat kedua ternyata juga berhasil memahat dinding lebih indah darinya.
Berdesir si pemahat pertama.
Berseru kepada raja, dia akan menambah elok pahatannya. Berikan dia waktu, dia akan mengalahkan pemahat kedua.
Maka tirai ditutup lagi.

Beberapa hari kemudian, tirai dibuka untuk kedua kalinya.
Apa yg dilihat pemahat pertama?
Sungguh dia terkesiap. Dinding di seberangnya lagi-lagi lebih elok memesona.
Dia berdesir tidak puas.
Berteriak meminta waktu tambahan, begitu saja seterusnya.

Tahukah kau, pemahat kedua sejatinya tidak melakukan apapun terhadap dinding batunya.
Dia hanya menghaluskan dinding itu secemerlang mungkin, membuat dinding itu berkilau bagai cermin. Hanya itu..
Sehingga setiap kali tirai dibuka, dia sempurna hanya memantulkan hasil pahatan pemahat pertama.

Teman, menurutku itulah beda antara orang-orang yang keterlaluan mencintai dunia dengan orang-orang yang bijak menyikapi hidupnya.
Orang-orang yang terus merasa hidupnya kurang maka dia tidak berbeda dengan pemahat pertama, tidak akan pernah merasa puas.

Tapi orang-orang bijak, orang-orang yang berhasil menghaluskan hatinya secemerlang mungkin, membuat hatinya bagai cermin, maka dia bisa merasakan kebahagiaan melebihi orang terkaya sekalipun..



puisi pesakitan



sore itu, kamu mengenalkanku padanya.
dia tersenyum ramah padaku
menjabat tanganku
memeluk tubuhku
menanyakan kabarku
juga menanyakan bagaimana sekolahku.
manis sekali bukan?
sangat.

tapi yang aku tak habis pikir adalah
bagaimana kamu berpikir bahwa dengan mempertemukan kutub
masa lalu dan masa depanmu akan menyelesaikan semuanya?

sadarkah bahwa kamu sedang menciptakan masalalumu menjadi seorang pesakitan?
terjangkit penyakit berkali-kali
terpuruk bertubi-tubi.