Pages

Jumat, 08 Juni 2012

Cetak Biru

Sewujud bangunan hadir di setiap kepala,
tujuan yang mendenyutkan nyawa ke dalam cetak biru.
Satu demi satu batu mimpi tersusun rapi,
berlandaskan formasi mantap, terekatkan semen yang kuat.
Lalu, bangunan itu dilengkapi dan digenapi,
sampai lahirlah utuh ke dunia materi.

Setiap kepala memiliki rancangan bermacam-macam,
pula pilihan bahan yang berbeda-beda.
Ada yang bahagia dengan gubuk sederhananya,
ada yang terpuaskan dengan julangan menara.

Dalam jutaan bangunan yang ada, pastikan milikmu ada di sana.
Sekalipun bukan yang terkemuka, tapi senyata bulan di pembuka candra.
Karena banyak batu terbengkalai di bangunan tak selesai,
dan tak ada bangunan yang nyata hanya oleh ancang-ancang.

Mimpi tak berlengan, tetapi akan selalu ada jika engkau menginginkan.
Ketika badai datang atau api menelan bangunanmu,
batu-batu itu tak akan hancur atau jadi abu.
Mereka hanya menunggu uluranmu, kekuatan hatimu,
dan satu lagi cetak biru.

spasi

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tanpa jeda?
Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?

Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?
Dan saling menyayang jika ada ruang?

Napas akan lega dengan sepasang paru-paru yang tak berhimpit.
Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali.
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah.
jadi, jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengar rapat tapi tak dibebat.
Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat,
karena aku ingin seiring dan bukan digiring.