Pages

Senin, 21 September 2015

16 September 2015




nafiul ulum:


asti tersayang, mungkin kelak aku tidak bisa selalu membahagiakan kamu dengan harus menjadi orang pertama yang mengucap doa di hari pertambahan usiamu, atau jadi orang yang paling kamu tunggu kedatangannya memberikan kejutan yang mungkin kamu nanti, atau yang memberikan kamu hadiah-hadiah lucu yang kamu impikan.

jangan pernah berharap banyak pada manusia. disitulah ladang kekecewaan banyak tersemai. tapi tidak berarti manusia bisa begitu saja kau sangsikan kasih sayangnya hanya karena pengecewaan yang dibuatnya sekali dua, seribu, bahkan hitungan juta.


asti, istiqomahlah, jangan biarkan runtuh pilar pendirianmu, biarkan sabar dan ikhlas menjadi pondasimu. tetaplah menjadi asti ku yang kuat.


selamat ulang tahun, diwiasti firdausi yasmin, semoga setiap hari dalam hidupmu menuntunmu lebih dekat pada harumnya surga firdaus.


nb: kakek, selamat ulang tahun ya. perkenalkan, saya yang menyayangi cucu kedua kakek.


bila bukan aku





bila aku tak bisa berguna bagi kamu,
biarlah aku bisa berguna bagi banyak orang.
entah apapun yang mampu kulakukan, aku akan


bila aku tak mampu dirindukan oleh kamu,
biarlah orang-orang di luar sana merindukan kehadiranku,
sebab aku adalah aku.


bila aku tak mampu membuat kamu tersenyum,
biarlah kubuat sebanyak banyak orang tersenyum karena aku.


agar luka di hati karena bukan aku penyebab kamu bahagia,
bisa aku obati sendiri meski harus melalui banyak orang dan waktu yang panjang.




Rabu, 09 September 2015

sampai suatu saat nanti




sampai suatu saat nanti

tak ada yang ingat lagi

...

sampai suatu saat nanti

tak ada yang tinggal lagi

...

sampai suatu saat nanti

aku dan keluarga kecilku menyendiri

...

sampai suatu saat nanti

dunia menjadi benar-benar asing

...

sampai suatu saat nanti

saat aku, mungkin, mengakhiri

tulisanku.




langit dan samudera




langit sangat dekat dengan samudera

samudera merasa lebih dekat dengan langit

sebab hanya langit sahabat yang ia punya

namun demikian langit tak sama

langit sering lupa akan samudera

karena tiap ia melihat samudera

ia justru melihat bayangannya sendiri

akhirnya ia sibuk dengan dirinya

dan lupa pada samudera yang menjadi bayangannya.




nafsu





yang harus diatur ulang setiap hari itu hidup.

yang harus dijaga itu mata dan telinga.

yang harus dikendalikan itu lisan dan perut.

yang harus disucikan itu hati.





belum tentu





menjadi seorang pengusaha dan membuka lapangan pekerjaan, belum tentu kok lebih mulia daripada menjadi karyawan yang memenuhi lapangan pekerjaan. yang jelas, dua-duanya lebih mulia daripada menjadi pengangguran yang membebani masyarakat dan negara.


menjadi seorang penulis yang membagi inspirasi, belum tentu kok lebih mulia daripada pembaca yang mengumpulkan inspirasi. yang jelas, dua-duanya lebih mulia daripada menjadi seseorang yang miskin inspirasi sama sekali.


menjadi seseorang yang banyak berkarya, belum tentu kok lebih mulia daripada menjadi yang banyak menikmati karya. yang jelas, dua-duanya lebih mulia daripada menjadi seseorang yang gemar mengomentari karya orang namun tak punya apa-apa.


boleh jadi kau bilang jalan hidupmu adalah pilihan. bagaimana kalau sebenarnya itu kebetulan? boleh jadi kau bilang hidupmu adalah perjuangan. bagaimana kalau itu sebenarnya keberuntungan?


derajat kemuliaan manusia tidak terletak pada seberapa dia berkarya, tetapi pada dampak dan manfaat dari yang diperbuatnya. terlebih lagi, pada alasan yang mendorongnya berbuat.


jangan riya.


melakukan sesuatu dengan tulus dan ikhlas adalah sebuah pekerjaan besar. selamat berjuang untuk itu :)




Selasa, 08 September 2015

kupu-kupu







hari ini ada kupu-kupu hinggap di pergelangan tanganku. tampaknya aku terlalu membaur. bumi lupa kalau aku ada. langit tak sadar aku tak lagi berbeda. mengurai dalam angin, melebur dalam arus.
haha.







kukira saja





kukira kita berbeda, ternyata sama

kukira kita berjuang, ternyata diam

kukira kita memimpin, ternyata terbawa

kukira kita terbang, ternyata tenggelam



sebaliknya





dunia ini sangat luas

hanya saja kau membuatnya

terasa sempit.

...

waktu berjalan konstan

hanya saja kau membuatnya

terasa cepat

atau

terasa lambat

...

baiknya kau seimbang

dan adil.

meletakkan segala sesuatu

pada tempatnya.




ad dunya





apa yang halal darinya

kelak dihisab,

apa yang haram darinya

kelak diadzab.

berhati-hatilah akan ia.




syahid





syuhada tak selalu

gugur menggenggam pedang

...

ada yang gugur

mendekap kitab-kitab

...

ada yang gugur

menebar dinar-dinar

...

pilihlah di antara ketiganya

wahai anakku

...

karena ia adalah sebaik-baik

awal bagi akhir

dan akhir bagi awal





teman





teman itu ada yang asli

teman itu ada yang palsu

...

yang asli adalah yang mendekapmu

hangat di dalam doanya untukmu

...

yang palsu adalah yang membiarkanmu

lepas dari temali takdir citamu





tulis lukis






bagian sulit dari menulis

adalah saat kau merubah

apa yang kau lihat

dalam pikir yang bertualang

meski ragamu, diam membisu.





Sabtu, 05 September 2015

sini, kuceritakan sesuatu





aku punya sebuah cerita, ini kisah tentang Nabi Muhammad saw dan istrinya:



suatu hari, selazimnya para istri menunggu suami mereka selepas perjalanan perang di musim panas itu, Aisyah menunggu Rasulullah di perbatasan kota madinah. setelah beberapa lama menunggu, lelaki yang paling dirindukan Aisyah pun tiba di hadapannya.


setibanya di rumah, setelah Baginda Nabi melepas baju perang, lalu menurunkan perbekalan, Aisyah menyuguhkan segelas minuman manis nan segar untuk suaminya yang begitu dicintainya. Tanpa menunggu lama, Rasulullah pun meminumnya.


sambil menunggu kekasihnya minum, Aisyah tampak menunggu sesuatu. biasanya, Rasulullah akan menyisakan setengah gelas minuman yang disediakan Aisyah untuk diminum berdua bersama sang istri kesayangannya itu.


namun, kali ini sang Nabi tampak menenggak gelasnya lebih lama dari biasanya. Hingga lewat setengah gelas, Aisyah tetap menunggu, barangkali suaminya lupa sesuatu. namun ternyata Rasulullah terus saja meminumnya sendirian.


Sebelum minuman di gelas sang Nabi habis, Aisyah yg gelisah tak bisa lagi menyimpan pertanyaannya,"ya Rasul, biasanya engkau menyisakan minumanmu untuk kuminum?"


mendengar pertanyaan istrinya, Muhammad Rasululllah berhenti sejenak. dengan gelas yg masih di bibirnya, sang nabi hanya melirik Aisyah dengan ujung matanya, lalu melanjutkan lagi minumnya dengan lahap.


Aisyah tampak gusar, kali ini ia merasa ada yg berbeda dengan suaminya itu. "wahai Rasul, mengapa engkau tidak berikan gelas itu agar aku bisa minum dari gelasmu, seperti biasanya?"


mendengar istrinya yg terus merajuk, Muhammad saw akhirnya berhenti, lalu menyisakan sedikit air di gelasnya. tanpa menunggu lama, Aisyah segera mengambil gelas itu, lalu mulai meminum airnya.


"rasanya asin sekali!" Aisyah seketika memuntahkan air yang baru saja diminumnya. ternyata, hari itu Aisyah kelitu memasukkan garam ke dalam minuman suaminya!


Aisyah yang merasa bersalah segera meminta maaf. Rasulullah menganggukkan kepalanya sambil menatap istrinya dengan penuh kelembutan.


sementara lelah belum hilang dari punggung sang Nabi, siang itu terik matahari menampar-nampar kota madinah. namun, di rumah Muhammad dan Aisyah, akhlak seorang suami telah menjadi sesuatu yang paling menyejukkan hati.


...


demikianlah, meski masih jauh dari akhlak Muhammad, semoga kita bisa meniru jejaknya untuk menjadi sebaik-baik manusia, dengan perangai dan budi pekerti yang paling menyejukkan hati.


sekian.


harapan dan kepastian





konon, ketika seorang istri meminta kepada suaminya, "pa, akhir tahun ini kita liburan, yuk?" sebenarnya yang mereka harapkan adalah jawaban singkat dari suaminya,"ayo!".


dengan jawaban itu, sang istri akan punya kebahagiaan tersendiri, semacam waktu senggang untuk membayangkan ke mana saja ia akan berlibur, apa saja yang akan dilakukan saat liburan. bagi sebagian orang, punya rencana liburan saja sudah merupakan sesuatu yang membahagiakan.


meski pada saatnya mereka tak benar-benar pergi, kebanyakan istri akan mengerti dan baik-baik saja. meski mereka akan tetap bertanya,"tidak apa-apa, pa. tapi, kita akan tetap liburan, kan?"


lagi-lagi, jawaban yang diharapkan adalah,"tentu saja. nanti kita akan liburan," itu saja cukup.


sayangnya, setiap kali mendengar istrinya minta sesuatu, para suami lebih sering jadi sewot sendiri. "mama gimana sih? mintanya aneh-aneh aja. kayak nggak tahu aja kalau tahun ini kita lagi banyak banget pengeluaran. belum lagi awal tahun depan banyak banget yg harus dibayar!"


dari sanalah pertengkaran yang sebenarnya tidak perlu sering terjadi.


konon, perempuan memang senang jika diberi harapan. namun, mereka akan bahagia jika diberi kepastian.


bukan begitu, wanita?



bagaimana jika ibumu bukan ibu terbaik di dunia?





bagaimana jika ibumu bukan ibu yang sempurna?


tak seperti dalam baris-baris puisi. tak seindah gambaran mulia tentang perempuan-perempuan berhati surga. tak sama dengan yang orang-orang ceritakan tentang begitu lembut dan penuh kasih sayangnya bunda-bunda mereka.


bagaimana jika ibumu bukan ibu terbaik di dunia?


barangkali, dia memarahimu dengan kata-kata yang menyakiti hatimu. dia juga meremehkan usahamu dan tidak memercayaimu. sialnya, dia baik sekali kepada orang lain, mungkin kakak atau adikmu, atau siapa saja selain dirimu. betapa menyebalkan mendengarkan pujian berlompatan dari lidah ibumu, semua yang bukan dan tidak pernah tentang dirimu.


barangkali, dia bukan ibu yang lembut, tak pernah seperti dalam puisi. sejak kecil, kau terbiasa dipukul olehnya, dibesarkan dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulutnya. dia sepertinya tak pernah benar-benar menyayangimu. sialnya, kau tak bisa memilih untuk dilahirkan ke dunia dari rahim milik siapa.


barangkali, sabda tentang surga di bawah telapak kakinya selalu menjadi sesuatu yang tak pernah bisa kau mengerti. tentang ibu, barangkali tak semuanya melulu tentang masa lalu. betapa pun hebat pengorbanannya di saat-saat ia melahirkan kita ke dunia, mustahil bagi kita mengingat semuanya.


maka, katakanlah:
"kita adalah kita, ma. yang barangkali berbeda dengan anak dan ibu lainnya. aku memaafkan semua kesalahan dan keputusan-keputusan burukmu. aku memaafkan segala hal yang ada dalam dirimu. maka, maafkanlah aku atas segala laku dan kata-kata burukku. maafkanlah aku untuk semua amarah yang pernah kuungkapkan atau yang kusimpan dalam diam.


terima kasih karena telah menjadi ibuku, ma. terima kasih karena bagaimanapun tak ada yang bisa menggantikan tempatmu untuk bisa melahirkan dan membesarkanku. Tuhan selalu memberikan seorang ibu yang kuat untuk anak-anak yang keras kepala, ma. terima kasih telah mengorbankan masa lalumu untuk masa depanku. terima kasih karena telah menjadi dirimu yang selalu 'cukup' untuk diriku.


aku ingin memulai hidup kita yang baru, ma. sesuatu yang jika kelak anak-anakku menanyakannya, akan kuceritakan semuanya dengan perasaan lega dan bangga. maka, akan kuperkenalkan engkau sebagai ibuku, nenek tercinta bagi mereka. aku ingin hidup kita yang baru, ma. sesuatu yang jika suatu saat aku harus pergi untuk selama-lamanya, dan tak mungkin lagi pulang ke rumahmu, ke pelukanmu, aku tak akan sedikitpun merasa takut atau malu karena aku telah menggenggam restumu.


...


barangkali, ibu kita memang bukan ibu terbaik di dunia, sebab kita juga bukan anak-anak terbaik di dunia. ucapkanlah selamat tinggal masa lalu. ucapkanlah selamat tinggal pada dunia yang buruk.


selamat terlahir kembali!




Jumat, 04 September 2015

kesakitanku yang kusimpan darimu, ibu




ibu, belakangan ini kita terus menerus menerima kebahagiaan, tetapi justru itu yang membuatku begitu khawatir. tak ada tawa yang abadi, ibu. akan tiba saatnya kita dicoba dengan cara yang barangkali tak pernah kita duga-duga sebelumnya. jika saat itu tiba, barangkali aku akan terbaring lemah atau menjadi apa saja. maafkan aku jika nanti merepotkanmu atau membuatmu lelah atau membuatmu menangis. namun, jangan pergi, tetaplah di sini.


ibu, maafkan jika beberapa hari ini aku terlihat murung. maafkan aku untuk sesuatu yang belum terjadi, tapi barangkali bisa terjadi. maafkan untuk semua kesedihan dan kecemasan yang mengintai. maafkan untuk semua air mata yang selama ini berusaha kubendung dari bening matamu, jika saatnya tiba untuk tumpah, lalu membasahi sujud-sujud malammu.


ibu, doakan aku. tetaplah doakan aku.



-dari putri keduamu.



perihal doa yg dikabulkan dan tidak dikabulkan






"papa, kenapa kita harus berdoa?"
tiba tiba aku teringat pertanyaanku sendiri, belasan tahun lalu
dalam posisi duduk di atas pangkuan papa.




"kita tidak bisa menyelesaikan semua masalah"
jawab papa ketika itu.
"berdoa adalah cara kita meminta bantuan Tuhan
untuk bersama-sama menyelesaikan masalah yang kita hadapi"




"apa Tuhan akan selalu mengabulkan doa kita?"



"mungkin tidak selalu," jawab papa.



"lalu, untuk apa kita selalu berdoa?"



"kalau kita mencatat semua doa yang pernah kita panjatkan,
mungkin, Tuhan tidak menjawab semuanya.
Tapi, kita akan tahu: cara Tuhan tidak mengabulkan sebagian doa kita
adalah untuk mengabulkan doa-doa kita yang lainnya."


"misalnya, kalau kita berdoa minta uang seratus juta,
dan di saat yang sama kita minta hidup bahagia dan panjang umur,
mungkin Tuhan sedang mengabulkan salah satu doa kita
dengan cara tidak mengabulkan doa yang lainnya."



"maksudnya?" aku juga belum mengerti.



"kalau tiba tiba uang seratus juta itu turun dari langit
dan kita jadi kaya raya, mungkin saja kan,
sehari setelahnya kita dirampok, lalu dibunuh.
mungkin saja kita hidup tidak bahagia, kan?"



aku mengangguk setuju. papa tersenyum.



"Tuhan maha tahu mana yg paling baik bagi kita,
sementara kita hanya bisa mengira-ngira.



"jadi, sebenarnya Tuhan selalu membantu kita?"



"Tuhan selalu menyayangi kita," jawab papa.
"berdoa adalah cara kita memberi jawaban bahwa kita
juga menyayangi-Nya, dengan selalu mengingat-Nya."




doa diam dalam malam





malam yang hening. mama, dimas, dan salsa sudah tertidur. hampir tak ada suara di sekelilingku, kecuali lamat-lamat suara mesin pendingin udara, merambat di dinding dan jendela. detik jam. detak jantung. suara napas dalam telinga. malam ini, aku sulit sekali memejamkan mata. nasihat Ali bin Abi Thalib terus membuatku murung dan merasa bersalah. kepada diri sendiri, terutama kepada Tuhan yang mengetahui segala sesuatu.


tiba-tiba terbayang, bayang-bayang diri yg telanjang di cermin kamar mandi. begitu hina dan menjijikkan. siapakah kita ini sebenarnya jika tanpa pakaian dan sejumlah topeng yang kita kenakan? kecuali daging yang sarat dosa, dan pikiran yg penuh aib. sehebat apa sebenarnya manusia jika rahasia-rahasianya dibongkar, dosa-dosanya ditampakkan, dan aibnya tak ditutupi Tuhan Yang Maha Pemurah?


nasihat itu menggedor-gedor dari dalam kesadaran. kata-kata milik seseorang dari masa lalu dengan dada bergetar kupanggil namanya sebagai Ali, yang tinggi, untuk ketinggian ilmu dan keshalehannya. "dosa yang kau tangisi dan kau sesali dalam hati," katanya,"seribu kali lebih baik dari kebaikan yang kau tampakkan dan kau bangga-banggakan."


dan...tanggallah kesombongan-kesombongan, robohlah kepongahan-kepongahan. tinggallah aku sendirian, di malam yang hening ini. aku ditelan sunyi yang paling gemuruh dari suara apa pun. tangis yang melenyapkan diri yg kepala batu, menguapkan segala yang semula membuat bangga.


barangkali tinggal aku dan Tuhan. berduaan di ujung malam. dikecup bibir cahaya. memanggil dan dipanggil dari segala arah.


"kemana saja selama ini?"
"kemana saja selama ini?"


aku ingin menjerit dalam dekapan.




eksistensi





apa yang paling kita rindukan dari masa lalu?


mungkin eksistensi. kita mencari-cari diri sendiri di dasar ingatan, di rongga-rongga waktu yang sudah kita lewatkan. di sana, kita melihat diri sendiri dalam gambar yang paling jelas dan menyenangkan, atau gambar paling buruk saat diri kita paling membutuhkan perhatian. keringat. bau matahari. lumpur kering di sandal jepit yang kita kenakan. oh, kenangan. kita menemukan diri sendiri dalam pujian-pujian yang menyenangkan, atau cacian-cacian yang menyesakkan. namun, di atas semua itu, kita menemukan diri kita ada, hidup dalam waktu.


apa yang paling merisaukan kita pada masa kini?


mungkin eksistensi. hari-hari kita dipenuhi keresahan dan kecemasan. tentang uang. tentang cinta. tentang pendidikan. tentang pekerjaan. tentang keluarga. tentang apa saja. kita khawatir kehilangan diri sendiri di tengah-tengah semua itu. barangkali, kita memeriksa telepon genggam setiap lima menit sekali, memeriksa kotak masuk pesan SMS, whatsapp, LINE, memeriksa nomor kontak, berusaha menemukan ada berita apa di luar sana, apa kata orglain ttg diri kita, apa yg dipikirkan org lain tentang diri mereka sendiri yang barangkali berhubungan dengan kita. mudah-mudahan ada yang menenangkan. kita masih ada dalam pertemanan-pertemanan, kita masih hidup dalam lingkaran-lingkaran pergaulan, kita masih hidup dalam waktu.


apa yang paling ingin kita ketahui dari masa depan?


mungkin eksistensi. akan jadi apa kita nanti? akan jadi apa anak kita kelak? akan seperti apa keluarga kita, setelah kita tiada? barangkali, kita akan membangun rumah, bekerja keras untuk kesuksesan kita, mencintai pasangan kita sepenuh hati, mendidik anak-anak kita sebaik-baiknya, agar kita tak dilupakan dan tak terlupakan. lalu, semua kenangan, hasrat, semangat, dan rasa ingin tahu kita berakhir di sebuah liang, di sebuah pusara yang di sana dituliskan nama lengkap kita. lengkap dengan tanggal lahir dan tanggal kematian kita. mudah-mudahan, orang akan mengenang hal-hal baik tentang kita, mendoakan kita, yang pernah hidup dalam waktu.


siapa yang ingin hidup abadi? bahkan, chairil anwar pun akan menyesal jika Tuhan mengabulkan keinginannya untuk hidup seribu tahun lagi.




bahagia bagaikan sang ratu






pergilah derita hari ini
pergilah derita hari ini
berilah tawa yang terkeras
untuk obati tangis yang lalu
limpahkan senang paling indah
agar luka tak nyeri
agar duka tak menari





untuk cinta yang selalu tepat waktu






ulum,
bagaimana jika aku lahir jauh lebih dulu darimu, misalnya lima puluh tahun sebelum hari kelahiranmu? barangkali, aku akan menjadi wanita tua yang sangat bersedih. sangat bersedih sehingga memutuskan untuk tidak menikah, lalu menjadi pemurung sepanjang hidup.


sementara, kamu tumbuh menjadi anak laki-laki yang periang. mungkin, aku akan tinggal di dekat rumahmu, di ujung jalan, beberapa rumah saja dari tempat tinggal orangtuamu. lalu aku akan memerhatikanmu berlarian atau bersepeda atau bermain apa saja setiap hari dengan teman-temanmu. tentu saja, aku tak bisa berbohong tentang ini, aku akan tetap jatuh cinta kepadamu. mengagumi wajah cemerlang dan lesung pipi mu.


meski kamu tidak akan menyadarinya, meski agak aneh kedengarannya, demikianlah aku ditakdirkan menjadi perempuan yang tak bisa membohongi perasaannya sendiri.


dalam beberapa hari di usiamu yang kesepuluh atau kelima belas, mungkin kamu akan mendengar bahwa ada seseorang wanita tua yang tinggal sendirian, tetanggamu itu, meninggal dunia dalam tidurnya tanpa seorang pun di sampingnya. mungkin, kamu akan sedih mendengar itu, tetapi kamu akan cepat melupakannya. ah, jika takdir semacam itu yg berlaku dalam hidupku, tentu aku akan menjadi orang paling menyedihkan yang pernah hidup di dunia ini.


untung Tuhan memberikan cinta kita selalu tepat waktu, selalu di waktu yang tepat...