Pages

Jumat, 21 November 2014

adalah aku.




siapa aku bagimu?


adalah aku.
yang begitu banyak terjejal nasihat baik dari teman teman namun tetap menganggapmu yang terbaik.


adalah aku.
yang pintar dalam membodohi diri sendiri karena percaya kamu akan kembali.


siapa aku bagimu?
pertanyaan yang tak pernah mau kau jawab.


siapakah kita?
pertanyaan yang selalu kau hindarkan jawabannya.


sekarang aku menemukan secuil berita bahwa kau telah bahagia. maka pergilah dan tak usah kembali lagi. jangan beritahu aku seberapa bahagianya kau sekarang. mengetahui kau sudah bahagia pun aku cukup. tak perlu kau tambah detail kebahagiaanmu.


siapa aku bagimu?


adalah aku.
orang yang setengah mati mencintaimu, namun dicintai setengah hati olehmu.




tentang kamu






kepada kamu, yang entah bagaimana membuatku jatuh hati dan sering kali menginspirasi.
sebenarnya aku ingin menuliskannya tadi pagi agar ucapan selamat pagiku setidaknya bisa menyapamu saat kamu memulai hari.
walaupun (sedikitnya) aku tahu terkadang ada hal-hal berat yang terkadang kau simpan saja di balik lengkung senyum yang layaknya pelangi itu.


ah, dan tahukah  betapa bersyukurnya aku mengenalmu dan mengenal sekelumit hidupmu? bahkan kau ijinkan sedikit mengetahui resah yang seringnya kau simpan rapi dalam peti.


kamu ingat kejadian malam itu? purnama tengah menguning ketika kita berbincang kemudian kau menitikkan beberapa air mata yang bening. sejujurnya aku terkejut begitu rupa. kau yang biasanya kulihat tak lepas dari tawa, berkegiatan di sini dan di sana, dan di tengah keramaian begitu mudah sekali ditemukan  karena suaramu yang ceria dan lantang - sampai terkadang aku memperhatikanmu dengan seksama, dimana kau letakkan baterai cadangan di tubuhmu ya? karena seolah energimu tak pernah ada surutnya - malam itu berurai tangis di depanku. menceritakan tentang harapanmu  perihal kesembuhan seseorang yang amat kau cinta, katamu. dan rasa bersalah perihal selalu tak bisa ada di sampingnya.


belum lagi tentang kamu yang tetiba tergelincir dari motor, wajahmu luka, tubuhmu luka, dan hanya memberitahuku dengan sikap biasa saja seperti tak ada apa-apa. lalu hadir di depanku, mengajakku jalan-jalan memenuhi janjimu di waktu yang dulu.


ah, kamu..bagaimana aku tak jatuh hati?
tahukah betapa engkau begitu menguatkan aku hanya dengan mengetahui bahwa kau begitu kuat membawa bebanmu sendiri?


terima kasih banyak, ya..
meski aku tak bisa memberi dan berbuat banyak, ijinkan aku tetap memandangmu dengan mata hatiku untuk hari ini dan seterusnya. boleh ya?


dan karena Dia adalah sebaik-baik penjaga, tempat mengadu, dan meminta pertolongan, maka kala ragaku tak mampu lagi kau sandari dan membantu menguatkan, ijinkan aku memelukmu dengan pucuk pucuk doa..