Pages

Rabu, 31 Juli 2013








Lupa. Pelupa. Melupakan. Terlupakan. Dilupakan. Kelupaan.

hhh.







catatan perjalanan


setelah nyaris setahun berlalu, catatan perjalanan itu pun berjamur, sementara pemiliknya entah pergi kemana. meninggalkannya sendiri di dalam amplop yang kumal dan pengap.

perlahan huruf-huruf di dalam catatan itu terbang dan menghilang. hanya menyisakan jejak tipis dalam kertas putih yang mulai menguning. hampir tak terlihat.


diam


dalam diam aku melihatmu
dalam diam aku memperhatikan gerak-gerikmu
dalam diam aku merindukanmu
dalam diam aku kehilanganmu

fin.


kamu tak mau berlabuh?


tentang pelabuhan dan pelaut yang tak mau berlabuh
tentang dermaga yang begitu ingin disinggahi
menawarkan mimpi dan harapan
namun dia tak jua turun dari kapalnya
bahkan untuk sekedar melempar sekoci.


ah, tapi kamu bukan dia
jangan sok-sokan merasa diri pelaut yang tak mau melempar jangkar
jangan sok-sokan tak mau berlabuh.


(bukan) puisi (apalagi plagiarisme)



jika kamu tak bisa menahan lapar, makanlah
tapi jangan lupa bayar ke ibu warung

jika kamu tak bisa menahan kantuk, tidurlah
tapi jangan lupa kunci pintu dan jendela

jadikanlah tidurmu berkualitas
sebaik-baiknya tidur adalah dengan menutup mata

-bukan puisi, apalagi plagiarisme
sekian.


berpikir berkali-kali




magnum bagi mahasiswa


Senin, 29 Juli 2013

liburan menjelang refkas


jam 5 pagi pramex masih sepi

selamat pagi ombaaak

ada mas-mas ganteng sendirian di pantai

klo mau berkuda, bayar 10 ribu katanya

ayo buruaan, pasirnya panas. hap hap!

ngadem dulu di masjid gedhe jogja

yak, si ulum udah di gelombang alfa bersiap-siap tidur

banyak bule yang maen ke masjid gedhe

nah, si ulum udah di gelombang gama nih. tidurnya anteng banget

kita ngobrol sama bapak becak aja klo gitu sambil nunggu ulum tidur

sekian.
Djogjakarta, 06.53-14.22
Firdausil
Nikon L310


menghafal qur'an



"nang, ngapalke qur'an ki kaitane karo ati. menggok sitik niatmu, mbuh kui pengen cepet, gak pengen kalah, intine mlenceng sitik karo niat nggo golek ridhone Allah lan njogo qur'an, atimu bakal tumpul. Qur'an kuwi rak bakal mlebu neng jero ati. walaupun kowe iso apal, gampang, ba'da kuwi cobaane luwih angel. njogo qur'an sampe mati, ngamalke bendino, njogo atimu, tutur pekertimu, kudu sesuai karo qur'an. ditoto meneh niatmu, nang." -ibu-


Jumat, 26 Juli 2013

kajian rabu lalu



bahwa yang memberi kita kemuliaan adalah iman dan islam. bukan kekayaan, juga bukan kedudukan.
-umar bin khattab-


berkah ramadhan


aku tak bisa memungkiri bahwa ada kebahagiaan tersendiri, ketika aku lupa membawa sajadah dan orang di sebelahku bersedia berbagi sajadah denganku.




kamu harus terlihat meyakinkan



ketika di depan pasienmu,
bicaralah yang jelas.
bicaralah yang jujur.
dan apapun yang kau lakukan,
simpan keraguanmu.



saat kau mati, kau ingin dikenang sebagai orang yang seperti apa?



"sesungguhnya, asti, begitu kita ingin tahu bagaimana kita akan mati, itu sama dengan belajar tentang bagaimana kita harus hidup."
- prof. aris-


Rabu, 24 Juli 2013

seumur hidup




bersahabat seperti berjanji seumur hidup. sekalinya kau bersahabat, 
maka berapa tahun pun kalian tidak bertemu, kalian akan tetap menjadi sahabat.


manusia


ia hanya duduk.
bersimpuh menahan waktu.
takut, namun tak berdaya.
lagipula ia sudah melepas asa.
menunggu tutup usia, lalu binasa.
bersembunyi di balik namanya yang megah.
antara kasihan, atau terlaknat.
alas duduknya adalah dosa-dosanya.
yang terus tumbuh membungkam nyawa.
pikirannya kacau.
enggan melangkah, namun sesak jika diam.
satu-satunya musuh adalah dosa-dosanya sendiri.
andai dunia melihat busuk aibnya,
pastilah seorang diri ia akan mati.
terusir dari keramaian, terasing dari kebenaran.
ratapan jiwanya tak sehebat teriakan dosanya.
hanya waktu yang kian sabar menunggunya,
menduga-duga apakah ia akan mendatanginya
sambil membawa asa, atau melepaskannya.


persamaan dan perbedaan


"kau tahu, kita punya kesamaan"

"yap. menurutmu..
apakah itu kebetulan?"

"entahlah.
aku rasa kebetulan itu tidak ada.
aku yakin bahwa selalu ada alasan
di setiap sudut kehidupan."

"hm, begitu ya.
menurutmu, apakah kita akan hebat 
jika bersama?"

"entahlah, menurutmu sendiri
bagaimana?"

"menurutku,
bisa jadi iya.. atau.. bisa jadi tidak"

"kenapa?"

"karena kita mempunyai perbedaan.
menurutmu, apa kesamaan kita?"

"aku tidak tahu.
aku hanya merasa kita memiliki kesamaan.
itu saja.
meskipun tidak banyak orang
melihat kesamaan itu."

"aku rasa kesamaan kita adalah
kita sama-sama kesepian."

"ah. jadi kau juga merasakan itu?"

"ya. terlihat jelas di sorot mata kita, kan?"

"mungkin saja iya.
lalu, apa perbedaan antara kita?"

"kau masih belum sadar juga tentang itu?"

"belum.. apa itu?"

"perbedaan itu adalah impian.
aku dan kau memiliki impian yang berbeda."

"hm.. jadi begitu"

"ya. dan itu membuat kita
tidak hebat jika bersama."

"baiklah, aku rasa
aku telah paham"

"yap. masing-masing kita
harus menemukannya kan?"

"menemukan apa?"

"seseorang yang membawa
impian yang sama dengan diri kita sendiri."

"..ya, mungkin aku memang
harus menemukannya.."



tanggung jawab


ummi bilang,

jika aku yang menjatuhkan,
maka aku yang harus mengembalikan ke tempat semula.

jika aku yang membuat rusak,
maka aku yang harus membenarkan.

jika aku yang membuat berantakan,
maka aku yang harus merapikan.

jika aku yang membuat orang lain bersedih,
maka aku yang harus menenangkan tangisnya.

jika aku yang berjanji,
maka aku yang harus menepati.

jika aku yang mengajarkan,
maka aku harus ikut mengamalkan.

jika aku yang memilih,
maka aku harus menjaganya.

jika aku yang tertingal,
maka aku yang harus mengejar.
dan jika aku yang lebih dulu,
maka aku yang harus menunggu.

lalu yang terakhir,
jika aku yang salah,
maka aku yang harus meminta maaf.
dan jika aku yang benar,
maka aku harus memaafkan.

itu yang ummi ajarkan..


Minggu, 21 Juli 2013

percakapan kita di mimpi malam tadi


"asti, menurutmu itu akan menyenangkan?"

"apa itu?"

"saat kita duduk dengan seseorang yang bisa mendengarkan, apakah itu akan menyenangkan?"

"ya, tentu saja..tapi ada yang lebih menyenangkan dari itu, ulum."

"mm, apa itu?"

"saat kita duduk dengan seseorang, dan kita yang mendengarkan."

"menurutmu begitu, asti?"

"ya, tentu saja."

"kalau begitu, menurutmu saat ini aku yang mendengarkan atau kamu yang mendengarkan?"

"entahlah, tapi ini sangat menyenangkan, bukan?"

"haha, kau benar asti. mungkin kita memang tidak perlu membahas hal itu."

"yap. hei hei, kau menghabiskan es krim terakhirku.."


siapa dia?



dia yang berkulit putih.
berkaos putih.
dilapisi dengan kemeja yang juga putih.
ditambah jaket hitam.
bercelana hitam.
berjam tangan juga hitam dengan angka yang merah.
pun dengan ransel hitamnya dengan gantungan chopper yang sudah hilang.
bibirnya kering pucat, tapi senyumnya tetap sangat menawan.
gayanya bercerita yang begitu menyenangkan.
dilengkapi dengan tatapan mata yang teduh dan tajam.
siapa dia?
dia hadir di rumahku pagi ini.
dua seperlima jam.
rasanya menyenangkan sekali.



hari-hari abadi



hari-hari ketika kamu di sisiku sepanjang hari
adalah hari-hari abadi.



stay stay stay



i'm pretty sure we almost broke up last night
i almost threw my phone across the room
i was expecting some dramatic turn away but you stayed
this morning i said we should talk about it
cause i read you should never leave a fight unresolved
that's when you came in wearing a football t-shirt
and said okay let's talk
and i said..

stay stay stay
i've been loving you for quite some time time time
you think that it's funny when i'm mad mad mad
but i think that it's best if we both stay

before you i only dated self indulgent takers
who took all of their problems out on me
but you carry my groceries and now i'm always laughing
and i love you because you have been given me no choice but to

stay stay stay
i've been loving you for quite some time time time
you think that it's funny when i'm mad mad mad
but i think that it's best if we both stay
stay stay stay

you took the time to memorize me my fears my hopes and dreams
i just like hanging out with you all the time
all those times that you didn't leave it's been occuring to me
i would like to hang out with you for my whole life

stay and i'll be loving you for quite some time
no one else is gonna love me when i get mad mad mad
so i think that it's best if we both stay  stay stay stay

stay stay stay
i've been loving you for quite some time time time
you think that it's funny when i'm mad mad mad
but i think that it's best if we both stay
stay stay stay



Sabtu, 20 Juli 2013

lagu baru


ketika aku mempelajari akustik violin untuk sebuah lagu baru, rasanya seperti mainan tebak lagu. aku memainkan lagunya, lalu kamu tebak judulnya. jika kamu berhasil, selamat, berarti kamu memiliki pendengaran yang teramat cerdas.


Rabu, 17 Juli 2013

try a new one


udah seminggu ini di kosan sebatang kara yang lain pada pulang. 
jadi beginilah, mari kita kencan berdua saja, setiap menjelang buka puasa.
menyantap makanan di tempat yang belum pernah dicoba, ceria setiap harinya.
hap hap! semangat berpuasa.


asti & nurul.

paragon


kencan kita bertiga yang kedua


saling usil. saling memaafkan.


love



dear diary,
nasihat mama membuatku menangis malam ini. apa yang mama katakan tadi, menyentuhku teramat dalam. menurutnya, bila kita mencintai seseorang dengan tulus, seharusnya waktu dan jarak tidak lagi menjadi sesuatu yang memberatkan. mencintai seseorang itu berarti membawa sosoknya di hati kita setiap waktu. ia melebur menjadi bagian dari kita. satu hati, satu nadi.


kenangan



jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang hanya selintas terjadinya, bukan?
bahkan dalam banyak kesempatan, jauh lebih menyenangkan mengenang sesuatu yang sepantasnya terjadi tetapi kita tidak membuatnya terjadi, meski kita bisa dengan mudah membuatnya terjadi.


having a children



pengalaman mempunyai anak tidak ada bandingannya, asti. tak ada yang sepadan untuk menggantikannya. kita tidak dapat menggantikannya dengan seorang teman. kita tidak dapat menggantikannya dengan seorang pacar. kalau kita ingin merasakan tanggung jawab yang sepenuh-penuhnya kepada sesama manusia, dan belajar mencintai serta menjalin ikatan yang sedalam-dalamnya, tak ada cara lagi selain mempunyai anak.
-mama.


Senin, 15 Juli 2013

kajian hari sabtu lalu



Dunia itu hanya sarana, jangan dijadikan sebagai tujuan hidup.


kereta surat


ada banyak kesamaan antara tukang pos dan masinis kereta.

kereta membawa orang-orang sampai tempat tujuan dengan selembar tiket.
surat dikirim ke tempat tujuan dengan selembar perangko.

kereta adalah perjalanan fisik yang kita rasakan.
surat adalah perjalanan mental yang kita renungkan.

masinis kereta membawa tubuh.
dan tukang pos membawa hati.

mereka mirip satu sama lain.




"seseorang yang bersedia hidup itu berarti
dia harus bersedia untuk direpotkan oleh orang lain,
dan bersedia untuk tidak merepotkan orang lain." 
- papa.


benar itu relatif


sudah menjadi sifat dasar manusia untuk menyatakan sesuatu yang tidak disetujuinya sebagai sesuatu yang tidak benar. dan tanpa kesulitan mereka mencari argumentasi-argumentasi untuk menentangnya. sebab itu, masyarakat menyatakan sesuatu yang tidak bisa diterima sebagai sesuatu yang tidak benar. kebenaran di mata manusia itu relatif, tergantung nilai-nilai yang ditanamkan pada mereka semenjak kecil.


nama baruku


aku punya nama baru.

Khalaf Muhammad Aldan
Hasna Akma Aqila
Zahira Ahnaf Aqra'

merekalah pengirim surat-suratku.


Rabu, 10 Juli 2013

butir hujan


butiran hujan turun dari talang atap rumahmu.
membentuk tali dan menyerupai ular
yang setiap malam siap mematuk tidurmu.
kau tak juga sadar bahwasanya butiran hujan itu
menginginkan cambung untuk kau tampung.
agar senantiasa ia terungguk dengan baik.
agar ia bisa kau tanak bersama beras.
agar ia bisa kau gelegakkan bersama daun pucuk ubi.
agar ia menjadi uap dan bisa kau lesatkan ke dalam buah merah pedas.

mungkin saja kau akan dililit ular setiap malamnya.
sampai kau menjadi seorang tua den renta.
ular yang merupakan penjelmaan dari butiran hujan
yang tak kunjung kau maknai di setiap gerakmu.
sebab ia senantiasa berkunjung pada kesalmu.
kesal pada dingin sebagai penabuh daging buntalmu.

dan karena itulah kau tak ingin memaknai hadirnya.
tiap kali butir hujan  itu merengsek turun dari talang atap rumahmu,
kau selalu menolehkan muka ke arah lain
agar tak melihat gambaran kesedihan yang terpendam dari ricik bunyinya.
ya, bunyi yang jatuh ketika ia bertimpa dengan kulit tanah.


bertengkar


ratap mana yang kau timpakan,
ini sakit menjadi berlapis-lapis.
di ceruk malam aku telah menjadi
sesuatu yang asing.
sumpah ku ceritakan seketika.
sayu matamu mengendap
menjadi buah mimpi.

adalah percakapan lama yang terbetik dari peramu hikayat.
ia menceritakan laut diarungi semut dengan daun talas.
ia menceritakan sepasang sayap tak seimbang mengepak,
sebab sebelahnya luka masih bermain.
dan kelak peramu itu akan mengibaratkan aku,
berkisah tentang ingatan pertemuan kita.
bahwa aku adalah mabukmu yang lain,
lain dari ragi yang pernah diseduh para penyamun itu.


Senin, 08 Juli 2013

sepanjang jalur pantai


di sepanjang jalur pantai
di pasir yang menyimpan kumparan garam
aku memanggilmu ke dalam ingatan bulan
ke gemerisik bunyi daun
tebu dan alang-alang.


puisi kecil


puisi-puisi kecil
yang dikirim angin lembah
menyertai kau
melepas parau
dalam beragam risau

moga kau ingat sebuah pagi dimana cuaca
melembabkan pematang-pematang padi
agar suatu kali kau menginginkan lagi
sebait saja, ini puisi baca dalam hati


rindu tersangkut daun mati


semua ingin melepas dari badan
menemui rinduku yang tersangkut dahan mati
patahan-patahan kering bertemu gambut
runtut berurai di kulit tanah yang purba

tatapku berpulang menujumu
kedip daun tergesek hujan membuat geli
bermusim kesunyian ini lengkap sudah berpaut akar
tapi dimanakah tersungkurnya batang rimpaimu?

apa sekalian saja kita kuliti pucuk baru ini?
merautnya jadi puisi dan mengurainya lagi
jadi rindu yang gembur
kan kutanami kau seduhan basah, bakal permai daunnya.


tafsir diam


yang hinggap di diammu
aku membayangkan semacam jejak angin
jejak gaib yang berpaut di helai-helai yang meliuk
dan terus menjuntai seolah-olah menggapai sesuatu


yang bersetubuh dengan gerakmu,
kuasan kelebat sebuah waktu dengan putaran lamban
cuaca yang membuat rapuh siang dan malam
dan pergantian hari yang dipenuhi patahan jarum jam.


di benakmu entah berdiam kejadian apa
mungkin terisi kota mati dengan pelabuhan tua
mungkin jalanan yang bercabang gang-gang sesak
atau juga menghampar ladang luas dengan hamparan bintang

siapa yang tahu


merindukanmu


di pucuk-pucuk jantungku,
ombak memilin dengan gilanya.
benarkah di rasamu juga begitu?
jika benar, bertahanlah di puntalan waktu yang samar berputar.
bertahanlah sebentar.

lalu menyahutmu, aku berharap tidak sia.
badan dan ruh ku menggigil
di rantai kisah tahunan yang basah
rantai tahun yang berakarkan suaramu.


Jumat, 05 Juli 2013

setahun yang lalu




tebak aku yang mana.


SAVE




SAVE. Grup musik asli semarang ini dibentuk pada tanggal 3 Juli 2013. Nama grup musik yang diprakarsai oleh Emel ini diambil dari nama masing-masing personel. Siapa saja?
Salsabila Zahra Hafizh (Salsa) sebagai pianist
Diwiasti Firdausi Yasmin (Asti) sebagai violinist
Viltra Anando Muslimy (Viltra) sebagai vocalist
dan  Emel Mixsa Muslimy (Emel) sebagai guitarist.
Sejauh ini mereka baru sebatas mengaransemen lagu-lagu grup musik lain.
Tapi siapa tahu, lain waktu akan ada lagu-lagu hebat yang lahir dari tangan mereka berempat.


bulan


pernahkah kau mendengar tentang mitos ini?

dahulu kala, ada sebuah suku di lingkaran kutub amerika utara, yang percaya bahwa semua makhluk hidup di muka bumi memiliki jiwa yang wujudnya merupakan bentuk miniatur dari tubuh yang menyimpannya. maka seekor rusa mempunyai seekor rusa mini di dalam tubuhnya sedangkan seekor manusia mempunyai sosok manusia mini di dalam raganya. ketika makhluk yang besar mati, makhluk miniaturnya tetap hidup. sosok kecil itu dapat pindah ke makhluk yang baru lahir di dekat situ, atau pergi ke tempat peristirahatan sementara di ruang angkasa, di dalam kerajaan seorang ratu peri, tempatnya menunggu sampai bulan mengirimnya kembali ke bumi.

konon, adakalanya bulan begitu sibuk mengurusi jiwa-jiwa yang baru datang dari bumi sehingga menghilang dari langit. itu sebabnya ada malam-malam yang berlalu tanpa kehadiran sang bulan. bagaimanapun, pada akhirnya bulan selalu datang kembali, seperti halnya manusia.

itulah yang mereka percayai.

kakek pernah menceritakan ini padaku. tapi tentu saja, ini hanya mitos, kata kakek. setelah itu kakek menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi ketika kita tak bisa melihat bulan, juga ketika seseorang mati. tapi aku yang dulu masih kecil, tak tahu cerita yang pertamakah, atau yang kedua yang merupakan mitos.


kami bicara tentang takut menjadi tua


belakangan, kami berbincang tentang memasuki masa lanjut usia. Atau mungkin lebih tepatnya, tentang rasa takut menjadi tua, sebuah masalah lain yang sering menghantui orang-orang. Dalam perjalanan kesini, aku telah memerhatikan sejumlah papan reklame yang menampilkan sosok-sosok muda, tampan, dan cantik. ada gambar seorang pria muda tampan dengan setelan jas, dua orang wanita muda tersenyum membanggakan syampo yang mereka pakai. Kemudian ada gambar seorang remaja putri yang seronok dengan jeans yang tidak dikancingkan. tak seorangpun model yang ditampilkan dalam papan-papan reklame itu berusia lebih dari empat puluh tahun. 


apakah anda tidak pernah takut menjadi tua? tanyaku.

asti, aku berusaha akrab dengan proses penuaan.

akrab?

prinsipnya sederhana sekali. semakin bertambah usia kita, semakin banyak yang kita pelajari. apabila usia kita tetap pada belasan tahun, kita akan sama bodohnya dengan ketika usia kita belasan tahun. kita tahu bahwa penuaan tidak hanya berarti pelapukan, tetapi juga pertumbuhan. penuaan tidak hanya bermakna negatif, bahwa kita akkan mati, tetapi juga makna positif, bahwa kita mengerti kenyataan bahwa kita akan mati, dan karena itu kita berusaha untuk hidup dengan cara lebih baik.

ya, kataku. tapi kalau penuaan begitu berharga, mengapa orang selalu berkata
 "ah, kalau saja aku muda lagi."
kita tidak pernah mendengar "kalau saja usiaku enam puluh tahun."

tahukah kau yang tercermin dari situ, asti? banyak orang merasa hidup ini tidak memuaskan, ada keinginan yang tidak terpenuhi. hidup ini terasa tidak bermakna. karena kalau kita telah menemukan makna hidup, jita tidak ingin kembali. kita ingin lanjut ke depan. kita ingin tahu lebih banyak lagi, berbuat lebih banyak lagi.

dengar, ada yang perlu kau ketahui. juga oleh semua orang muda lain. jika kalian terus bersikeras melawan proses penuaan, kalian akan selalu merasa tidak bahagia, karena bagaimanapun itu akan terjadi.

asti, apa yang ada dalam pikiranmu? tak usah sungkan.

aku tidak langsung menjawab. bukan apa-apa, jawabku, aku hanya heran mengapa anda tidak iri kepada orang yang lebih muda, orang yang sehat.

oh, tentu saja aku iri. akan tetapi begitu rasa iri itu datang, aku meresapinya, kemudian melepaskannya. ingat yang pernah kuceritakan tentang mematikan rasa? aku melepaskan rasa iri itu.

bagaimana cara anda membebaskan diri dari rasa iri kepada..

apa?

aku?

asti, rasanya mustahil bagi sosok tua seperti aku untuk  tidak iri  kepada orang yang masih muda.  akan tetapi masalahnya adalah menerima diri apa adanya dan menikmati kenyataan itu. sekarang  adalah masa bagimu untuk menjalani usia dua puluhan. aku telah melewati masa usia kepada duaku, dan kini adalah saatku untuk menikmati usia enam puluh tigaku.

jita harus mencari apapun yang baik, benar, dan indah dalam masa hidup yang sedang kita jalani. memandang ke belakang membuat kita seperti sedang berlomba. padahal usia bukan sesuatu yang dapat diperlombakan.

asti, sesungguhnyalah, semua usia ada dalam diriku. ada aku yang tiga tahun, aku yang lima tahun, aku yang dua puluh satu tahun, aku yang lima puluh tahun. aku telah melewati semuanya, dan aku menghayati yang kurasakan dalam usia-usia tersebut. aku senang sebagai kanak-kanak ketika aku memang masih seorang anak kecil. aku senang sebagai orang lanjut usia yang katanya bijak apabila aku memang pantas menjadi orang lanjut usia yang bijak. kubayangkan bahwa aku bisa menjadi yang mana pun! dalam diriku ada semua usia, dan ini terserah aku. kau mengerti?

aku mengangguk.

bagaimana aku bisa iri kepadamu kalau aku sendiri pernah menjalani usia itu, asti?


Rabu, 03 Juli 2013

asylum


di rumah sakit jiwa itu, aku diberi kebebasan untuk mengamati para pasien dan mencatat terapi-terapi yang mereka peroleh. aku menyaksikan pasien-pasien yang berteriak-teriak dan menjerit-jerit sepanjang hari. pasien-pasien yang menangis sepanjang malam. pasien-pasien yang buang air tanpa melepas pakaian dalam mereka. pasien-pasien yang tidak mau makan, harus dibelenggu, dan harus diinfus untuk memasukkan obat-obatan serta makanan ke dalam tubuh mereka.

salah seorang pasien, seorang perempuan usia baya, setiap hari keluar dari kamarnya lalu berbaring menelungkup di lantai, terus begitu sampai berjam-jam, tidak peduli dengan dokter-dokter dan perawat-perawat yang lalu lalang. aku menyaksikan kejadian ini dengan perasaan tercekam. setiap hari perempuan itu berbuat yang sama: keluar dari kamar pada pagi hari, tiarap di lantai, tetap begitu sampai malam hari tiba, tanpa bicara kepada siapa pun, diabaikan oleh siapa pun.

aku mencoba duduk menemaninya di lantai, terkadang bahkan berbaring bersamanya, mencoba menariknya keluar dari penderitaan yang dirasakannya. akhirnya, aku berhasil membuatnya duduk, dan belakangan membuatnya mau kembali ke kamar.

menurut pengamatanku, apa yang diinginkan oleh perempuan itu pada hakikatnya sama dengan yang diinginkan oleh banyak orang lain:
pengakuan atas keberadaannya.

aku melihat bahwa kebanyakan pasien di sana adalah orang-orang yang ditolak dan diabaikan, diperlakukan sedemikian agar mereka merasa bahwa keberadaan mereka tidak ada. mereka juga orang-orang yang kehilangan kasih sayang, dan konyolnya, sebagian besar staf rumah sakit justru tidak memberikan yang sangat mereka butuhkan itu.

kenyataan lain yang juga aku amati adalah banyak di antara para pasien ini berasal dari keluarga berada, yang berarti:
kebahagiaan tidak dapat ditukar dengan harta.

aku tidak akan melupakan pelajaran ini.


kami bicara tentang emosi


asti, pernahkah kau mendengar tentang mematikan perasaan?

mematikan perasaan?

ya. mematikan perasaan. dan ini penting, belajar mematikan perasaan.
kau tahu salah satu yang diajarkan dalam buddhisme? jangan mengikatkan diri pada kebendaan, karena segala sesuatu tidak kekal.

tapi tunggu, bukankah anda selalu bicara tentang pengalaman hidup? 
semua emosi yang baik, juga semua emosi yang buruk?

ya.

kalau begitu, bagaimana anda berbuat demikian bila anda mematikan perasaan?

ah, kau masih terikat dengan pikiran, asti. tapi mematikan perasaan tidak berarti kita tidak membiarkan pengalaman meresap ke dalam diri kita. Sebaliknya, kita membiarkan pengalaman meresap secara penuh. itulah sebabnya kemudian kita bisa mematikan rasa.

aku masih bingung.

ambil satu contoh salah satu emosi, cinta kita kepada orang yang kita sayangi, atau rasa takut akibat penyakit yang mematikan. apabila kita menahan emosi-emosi itu, apabila kita tidak membiarkan diri mengalaminya, kita tidak pernah dapat mematikan rasa, kita terlalu sibuk menghadapi rasa takut. kita takut mengalami rasa nyeri, kita takut mengalami penderitaan akibat cinta.

tapi dengan membiarkan diri mengalami emosi-emosi ini, dengan membiarkan diri terjun ke dalamnya, sampai sejauh-jauhnya, kita akan mengalaminya secara penuh dan utuh. kita tahu arti sakit. kita tahu arti cinta. kita tahu arti sedih. dan hanya ketika kita mengatakan "baiklah, aku telah mengalami emosi itu. aku  kenal betul emosi itu. sekarang aku perlu mematikan perasaan dari emosi itu untuk sementara."

betapa sering kita berbuat seperti itu dalam kehidupan sehari-hari, asti. betapa sering kita merasa kesepian, kadang-kadang sampai sangat ingin menangis, tetapi kita berusaha keras untuk tidak mengeluarkan air mata karena kata orang kita tidak boleh menangis, atau betapa dahsyat rasa cinta yang kita rasakan kepada seseorang tetapi kita tidak mengatakan apa pun karena terbelenggu oleh rasa takut bahwa pengungkapan dengan kata-kata akan berpengaruh buruk terhadap hubungan kita.

kita bukan kerannya, asti. basuhlah diri kita dengan emosi. kita tak akan terluka karenanya. kita malahan akan terbantu. apabila rasa takut uitu kita biarkan, begitu kita terbiasa dengan emosi-emosi tersebut, mampu merasakan sifat-sifatnya, mengenali gejala-gejalanya, menghayati akibat-akibatnya, maka kita sanggup berkata kepada diri sendiri :sudahlah, ini hanya rasa takut. aku tidak akan membiarkannya mengendalikan aku. aku memandangnya seperti apa adanya."

sama halnya dengan kesepian: kita membiarkannya datang, kita membiarkan air mata mengalir karenanya, kita membiarkan diri merasakannya secara utuh, tetapi pada akhirnya kita sanggup berkata "baik, begitulah rasanya ketika aku kesepian. aku tidak takut merasa sepi, tapi sekarang aku akan menyampingkan rasa sepi itu dan  sadar bahwa di dunia ini emosi-emosi lain masih ada, maka akuakan mencoba mengalami semuanya."

mematikan perasaan, mengosongkan diri, detacment.

aku tidak ingin meninggalkan dunia ini dalam cengkeraman rasa takut, asti.

aku mengangguk.
tapi jangan pergi sekarang.

tidak. belum. kita masih punya pekerjaan.


kami bicara tentang memaafkan


tidak hanya orang lain yang perlu kita maafkan, asti.

diri sendiri?

ya. untuk segala sesuatu yang tidak kita kerjakan. untuk segala sesuatu yang seharusnya kita kerjakan. kita tidak boleh berhenti pada penyesalan diri atas sesuatu yang semestinya terjadi. itu tidak ada gunanya, apalagi bila keadaan sudah begini. percayakah kau bahwa semua ini sudah diatur?

aku pernah menyesal karena seharusnya aku bisa belajar dan bekerja lebih keras, aku pernah menyesal karena seharusnya aku bisa menulis lebih banyak. aku sering menghukum diriku sendiri karenanya. sekarang aku merasa bahwa semua penyesalan itu tidak berguna. maka berdamailah. berdamailah dengan diri sendiri dan semua orang di sekitar kita.

maafkan diri sendiri. maafkan orang lain. jangan di tunda-tunda, asti. tidak semua orang punya kesempatan untuk ini.

percayalah, semua hal akan indah dari sisinya masing-masing.




kami bicara tentang mendengarkan


asti, suka kah ketika kau diperhatikan?

aku percaya dengan kehadiran yang seutuhnya, asti. artinya kita harus bersama orang yang sedang kita hadapi. ketika aku berbincang denganmu sekarang, aku mencoba tetap memusatkan perhatian hanya kepada yang sedang kita bicarakan. aku tidak berpikir tentang sesuatu yang kita obrolkan pekan lalu. aku tidak berpikir tentang apa yang akan terjadi jumat besok. aku tidak berpikir tentang sahabatku yang lain, atau obat-obatan yang sedang aku minum.

aku sedang bercakap-cakap denganmu. maka aku berpikir tentangmu.

salah satu penyebabnya, asti, adalah bahwa kebanyakan orang terlalu tergesa-gesa. mereka belum menemukan makna dalam hidup masing-masing, maka mereka menghabiskan sebagian besar waktu untuk memburu, untuk mencari. mereka melamun tentang mobil baru yang ingin mereka beli, rumah baru, pekerjaan baru. kemudian yang mereka dapatkan dari semua itu hanyalah kehampaan, maka mereka terus memburu.

cobalah untuk sungguh-sungguh mendengarkan seseorang. tanpa menjual sesuatu kepada mereka, mengambil sesuatu dari mereka, menarik mereka, atau mengharapkan sesuatu sebagai imbalan. sudahkah kita melakukannya?


Senin, 01 Juli 2013

kami bicara tentang budaya


aku percaya bahwa pada dasarnya semua orang itu baik, asti.
orang menjadi beringas ketika mereka merasa terancam. dan kondisi itulah yang di ciptakan oleh budaya kita selama ini. kondisi yang sama juga diciptakan oleh tata ekonomi kita. bahkan orang yang sekarang mempunyai pekerjaan selalu merasa terancam, karena sewaktu-waktu dapat kehilangan pekerjaan itu. dan dalam keadaan terancam, seseorang mulai mencari jalan selamat untuk kepentingannya sendiri. ia mulai memandang harta sebagai tuhan. ini merupakan bagian dalam budaya kita.

ini sebabnya aku berusaha tidak larut dalam budaya seperti ini.

aku mengangguk mengiyakan.

inilah yang aku maksudkan dengan membangun subkultur kita sendiri, asti.
aku tidak mengatakan bahwa kita boleh mengabaikan setiap aturan yang ada dalam masyarakat kita. aku tidak pergi ke mana-mana dalam keadaan bugil, misalnya. aku tidak melanggar lampu merah di persimpangan jalan. banyak hal-hal kecil yang dapat aku turuti. akan tetapi banyak hal penting yang harus kita pilih sendiri, misalnya pola pikir, pola nilai, dan sebagainya. kita tidak boleh membiarkan siapa pun-termasuk masyarakat-menentukannya bagi kita.

sama halnya dengan perempuan yang merasa tidak cukup cantik, atau orang yang merasa tidak cukup kaya. semua hal yang menurut budaya kita harus kita percayai, dalam hal ini, jangan percaya.

masalahnya, asti, kita tidak percaya bahwa kita pada dasarnya sama. kulit putih dan kulit hitam. kurus dan gemuk. islam dan katolik. laki-laki dan perempuan. andaikata kita memandang semua orang lain sebagai sesama, kita mungkin akan berhasrat sekali untuk bergabung dalam sebuah keluarga besar umat manusia di seluruh dunia, dan akan sayang kepada keluarga itu sebagaimana kita sayang kepada keluarga sendiri.

tapi percayalah, ketika kita menjelang ajal, kita akan membuktikan bahwa itu betul. kita semua mempunyai awal yang sama, kelahiran. dan kita mempunyai akhir yang sama, kematian. jadi, apanya yang berbeda?

banyak orang berkata bahwa pada awal hidup kita, ketika kita masih bayi, kita memerlukan orang lain untuk bertahan hidup, bukan? dan pada akhir hayat, ketika kau menjadi tua, kau juga memerlukan orang lain untuk bertahan hidup.

tapi disinilah rahasianya, asti: di antara dua titik ekstrem itu kita juga saling membutuhkan.


kami bicara tentang perkawinan


perkawinan.
hampir setiap orang yang aku kenal mempunyai masalah dalam hal ini, asti. ada yang bermasalah ketika ingin memasuki dunia ini, namun ada pula yang bermasalah dalam upayanya untuk keluar dari situ.

aku telah belajar banyak tentang perkawinan.dalam perkawinan kita diuji. kita mencari tahu siapa kita, juga siapa orang lain yang menjadi pasangan kita. mana yang harus kita sesuaikan, mana yang tidak.

adakah aturan khusus yang memungkinkan kita tahu
bahwa perkawinan akan berhasil?

masalahnya tidak sesederhana itu, asti.

aku tahu.

meskipun begitu, ada beberapa aturan yang menurutku berlaku untuk cinta dan perkawinan: kalau kita tidak menghormati satu sama lain, kita akan mendapatkan banyak masalah. kalau kita tidak tahu cara berkompromi, kita akan mendapatkan banyak masalah. kalau kita tidak mampu bicara terbuka tentang apa pun yang terjadi di antara kita dan pasangan, kita akan mendapatkan banyak masalah. dan kalau kita tidak memiliki seperangkat nilai yang kita sepakati dalam hidup, kita juga akan mendapatkan banyak masalah. nilai-nilai yang kita anut harus sama.

dan apa yang  paling penting di antara nilai-nilai itu?

keyakinan tentang pentingnya perkawinan kita.


kami bicara tentang uang


di hidup ini, kita telah mengalami semacam proses cuci otak, asti.
tahukah kau bagaimana cara orang menjalani cuci otak? mereka dipaksa mendengar sesuatu yang sama berulang-ulang. dan itulah yang tengah terjadi di budaya kita. memiliki hata itu baik. memiliki uang banyak itu baik. memiliki tanah banyak itu baik. komersialisasi itu baik. lebh banyak itu baik. lebih banyak itu baik. kita mengulangnya, dan terus mengulangnya, dari waktu ke waktu sampai tidak seorang pun berani berpikir berbeda. kebanyakan orang begitu terbius dengan semua ini, sampai tidak memiliki perspektif tentang apa yang sesungguhnya paling penting.

harta tidak pernah dapat menggantikan kasih sayang, asti. begitu pula kekuasaan.

ada kebingungan besar yang terjadi di negeri ini tentang apa yang kita inginkan dan apa yang kita butuhkan. kita membutuhkan makanan, sementara itu kita menginginkan es krim coklat. kita harus jujur kepada diri sendiri. kita tidak membutuhkan mobil sport model mutakhir, kita tidak membutuhkan rumah paling besar. kan?

yang benar adalah, kita tidak memperoleh kepuasan sejati dari semua itu. tahukah kau apa yang sesungguhnya membuat kita merasa puas?

apa?

menawarkan sesuatu yang sudah semestinya kita berikan.
maksudku bukan uang, asti. yang kumaksudkan adalah waktu. kepedulian. kesediaan bercerita. kesediaan kita mengajarkan. semuanya tidak terlalu sulit. beginilah cara kita untuk mulai medapatkan rasa hormat dari orang lain. yakni dengan menawarkan sesuatu yang kita miliki.

ada banyak tempat untuk berbuat seperti ini. kita tidak harus memiliki bakat yang besar. banyak orang kesepian di rumah sakit dan di tempat-tempat penampungan yang hanya menginginkan sedikit persahabatan. kita dapat bermain kartu dengan seorang kakek atau nenek yang kesepian dan kita akan lebih menghormati diri sendiri, karena ada orang lain yang membutuhkan kita.

ingat yang pernah ku katakan tentang mencari makna hidup? abdikan dirimu untuk mencintai sesama, abdikan dirimu kepada masyarakat sekitar, dan abdikan dirimu untuk menciptakan sesuatu yang mempunyai tujuan dan makna bagimu. kau lihat, tidak ada kata gaji atau upah di situ.

asti, kalau kau berusaha memamerkan prestasimu kepada kalangan atas agar kau diterima oleh mereka, upayamu akan gagal. meskipun sesekali mereka akan menengokmu ke bawah. dan jika kau berusaha memamerkan keberhasilanmu kepada mereka yang kurang beruntung agar kau diakui oleh mereka, kau juga akan gagal. mereka hanya akan iri padamu. di atas tidak diterima, di bawah pun kau tidak diakui. hanya dengan hati terbuka kau akan diterima dan diakui oleh semua orang.

menurutmu, apa pentingnya bagiku mendengarkan masalah-masalah orang lain? belum cukupkah beban hidupku sendiri?

betul sekali. tapi perbuatan memberilah yang membuatku merasa hidup, asti. bukan mobil atau rumahku. bukan pula semua yang kulihat melalui cermin. ketika aku memberikan waktuku, ketika aku dapat membuat seseorang tersenyum setelah sebelumnya merasa sedih, aku merasa menjadi orang yang paling bahagia.

berbuatlah apa pun yang sesuai dengan kata hati. apabila kita berbuat demikian, kita tidak akan merasa kecewa, kita tidak akan merasa iri, kita tidak akan mendambakan milik orang lain. sebaliknya, kita akan kewalahan dengan ganjaran yang akan kita terima.


kami bicara tentang kematian


asti, beberapa hari yang lalu aku membaca sebuah buku. kata buku itu, segera setelah seseorang menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit, perawat akan menutupi tubuh tanpa nyawa itu dengan kain putih sampai ke kepalanya, kemudian mereka memindahkannya ke atas kereta dorong dan membawanya ke kamar mayat. mereka tidak sabar untuk segera mengenyahkannya dari pandangan. mereka berbuat seolah-olah kematian adalah sesuatu yang sangat menular.

kematian bukan sesuatu yang menular, bukan? kematian sama alaminya dengan hidup itu sendiri. bagian dari proses yang kita jalani.

mati adalah sesuatu yang alami. kenyataan bahwa kita terlalu membesar-besarkannya adalah karena kita tidak memandang diri sendiri sebagai bagian dari alam. kita mengira bahwa karena kita manusia berarti kita mempunyai derajat lebih tinggi daripada alam.

kita tidak seperti itu, asti. apapun yang dilahirkan, pada akhirnya akan mati.

baiklah, sekarang inilah imbalannya. dalam hal inilah kita berbeda dari tanaman dan dari hewan. selama kita dapat saling mencintai, dan mengingat rasa cinta yang kita miliki, kematian tidak dapat membuat kita harus berpisah. semua kasih sayang yang kita berikan akan tetap ada. semua kenangan tentang itu masih ada. kita akan hidup terus, dalam hati siapapun yang pernah kita sentuh dengan kasih sayang.

kematian mengakhiri hidup, tetapi tidak pernah mampu untuk mengakhiri suatu hubungan, asti. ingat itu.






setiap orang tahu mereka akan mati, tapi tak seorang pun percaya bahwa itu bisa terjadi pada mereka dalam waktu dekat.