Pages

Senin, 13 Mei 2013

kau harus punya alasan



Gadis itu berumur 19 tahun, dua tahun lebih muda dariku.
Hari ini adalah hari pertemuanku dengannya yang kali pertama.
Kesan saat bertemu, bahwa dia cantik.
Perawakannya mirip denganku, seorang gadis kecil.
Dia sudah mengalami banyak hal buruk dalam hidupnya.
Dan sekarang, dia sedang mencoba untuk hidup di masa mudanya yang hilang.
Dia mencoba untuk melakukan perjalanan, untuk menemukan kembali keberaniannya.
Saat ini Allah mempertemukan aku dengannya pasti bukan hanya kebetulan.
Entah agar aku bisa membantu, atau malah dia yang akan memberikan makna padaku.
Seseorang yang ku kenal dekat berkata bahwa ada sifatku yang bisa menjadi pelengkap untuknya.
Aku tak tahu maksudnya apa.
Aku dan dia, miripkah?
Di awal pertemuan, dia tak banyak bercerita.
Justru dia memintaku untuk menceritakan kisah hidupku.
Selama satu jam selanjutnya, kuceritakan saja cuplikan-cuplikan dari kisahku yang ku pikir bisa membuatnya tertawa, atau yang sama menyedihkannya, agar dia tak merasa sendirian.
Setelah ceritaku usai, dia terlihat merenung, memikirkan sesuatu, dan mulai bercerita.
Kami berdua sama ternyata, sama-sama mudah menangis.
Jadi ku biarkan saja, biarkan dulu dia menangis.
Karena ketika aku bercerita hingga menangis di depan orang lain, aku pun juga menginginkan begitu, biarkan dulu aku menangis.
Ketika tangisannya reda, aku mulai tak suka bagian ini, karena aku jago mendengarkan, tapi tak jago dalam menghibur orang.
Ku katakan bahwa aku mengerti apa yang dirasakannya, padahal aku sendiri tak tahu aku sebenarnya  mengerti atau tidak. Aku tak punya bayangan apa jadinya diriku jika mengalami hal yang serupa.
Karena Allah tak akan memberi cobaan kepada seseorang di luar kemampuannya, berarti dia adalah orang yang sangat kuat jika sampai diberi cobaan seperti ini.
Tak terasa sore mulai menjelang, kami beranjak dari tempat makan itu dan melanjutkan cerita dengan hal-hal yang lebih menyenangkan.
Aku ajak dia berkeliling kota, mengajak dia ke sana kemari, menjelaskan ini dan itu, lalu mengatakan bahwa aku ingin mengenalkan dia dengan seseorang yang ku pikir akan banyak membantunya, dan dia setuju.
Rumah seseorang itu tak jauh, dekat dengan kota, dan mudah untuk menemukannya.
Mereka bertemu, saling menyapa, dan memulai pembicaraan.
Aku  tak ingin ikut campur, aku tunggu di luar saja sambil bermain dengan anak tetangga, karena aku sudah tahu apa yang akan terjadi di dalam sana.
Sesaat, mulai ada rasa bahagia yang aku rasakan. Bahwa bahagia itu sederhana. Sesederhana kau bisa membagikan rasa bahagia itu ke orang lain.
Walaupun hal ini tentu tak bisa mudah, aku yakin dia akan membaik.
Karena hari ini tak akan sama dengan hari kemarin, bukan?
Selalu ada prospek bahwa hari ini akan lebih indah dari hari kemarin, dan hari esok akan lebih elok lagi.
Maka janganlah bersedih lagi, gadis 19 tahun, yang cantik.
Bahwa Tuhan tak pernah tidur, kau tak akan pernah sendirian :)


Dan hei, begitu pula dengan diriku.
Aku harus kuat, harus jadi lebih kuat.
Karena saat ini, aku mempunyai alasan.

0 thoughts: