Pages

Sabtu, 14 Januari 2017

menjadi orang biasa




saya sering bertemu dengan banyak orang. orang-orang yang tidak saya kenal, juga tidak mengenal saya. di jalan, di pasar, di mall, di masjid, di tempat makan, di kereta, di mana-mana.


lalu ketika kembali ke lingkaran pertemanan saya. di tengah euforia orang-orang yang sedang membangun karir, sedang demam start-up, sedang sibuk membangun eksistensi. saya kemudian berpikir, apa salahnya menjadi orang biasa-biasa saja?


ketika suatu saat saya pergi ke desa, saya bertemu dengan masyarakatnya. orang-orang desa yang mungkin dunia yang dikunjunginya baru sejauh jogjakarta. itupun belum tentu setahun sekali, lebih banyak harinya habis di ladang dan sawah. mereka tidak mengenal istilah start-up, tidak mengerti apa itu eksistensi, tapi satu hal yang pasti, mereka berperan.


adalah orang-orang yang tidak dikenal inilah yang membuat meja makan orang-orang bisa tersaji nasi. juga beberapa macam sayuran. mereka menjalani perannya dengan ikhlas. tidak menuntut untuk menjadikan diri mereka dikenal banyak orang. sungguh, tidak ada yang keliru sama sekali dengan menjadi orang biasa. surga juga tidak diciptakan hanya untuk orang-orang eksis, yang terkenal, yang membangun ini dan itu. dan perubahan peradaban juga tidak muluk-muluk dimulai dengan membangun perusahaan, dan berbagai macam euforia yang menekan kaum muda saat ini.


yang paling utama adalah menjadilah seseorang yang berperan. kemudian menjalani peran tersebut dengan sebaik-baiknya. menjalaninya dengan penuh ketulusan dan niat yang lurus.


kita semakin jauh dari niat, semakin jauh dari kearif-arifan. kalau saya perhatikan, begitu banyak orang khawatir dirinya menjadi debu, menjadi bikan siapa-siapa dan  biasa saja. padahal menjadi debu pun sebenarnya sangat berarti dan bermakna ketika ia bisa menjadi berperan. untuk tayamum misalnya.


keluar rumahlah dan jalan kaki. berapa ribu orang yang bisa kita temui di jalan dan sama sekali tidak kita kenal. barangkali meraka adalah orang-orang yang amat dikenal penduduk langit, surga merindukan kematian mereka, malaikat sibuk mencatat kebaikan dari peran yang mereka jalani.


dunia ini benar-benar sementara, benar-benar senda gurau. tidak akan habis kita mengejarnya. setelah itu juga, tidak akan kita bawa mati.



0 thoughts: