Pages

Senin, 06 Januari 2014

biru langit nusantara part 3




Aku selalu yakin, berkenalan dengan orang baru itu harus dengan cara yang mengesankan. Bagiku kalimat “hai, namaku asti. Namamu siapa? Senang berkenalan denganmu” terdengar sangat membosankan. Kurang memberi impresi terhadap calon kawan.

Karenanya, pagi itu, kusorongkan cokelat yang bungkusnya didominasi warna putih dan ungu kepada sosok yang duduk di sebelahku. “mau cokelat ini?” tanyaku. Kubuka sedikit kemasan cokelat yang langsung menyembulkan batang-batang cokelat dari balik lapisan dalamnya.

“ah, cokelat! Saya sangat suka cokelat. Tapi..terima kasih, saya sedang berpuasa,” jawabnya santun.

Tadinya aku agak kecewa karena penawaranku ditolaknya. Namun aku senang, karena penolakannya didasarkan sebuah ibadah yang aku tahu benar maknanya. Sejurus kemudian, kututup lagi kemasan cokelat yang sudah terlanjur robek itu, lalu kujulurkan kembali kepadanya, “ambillah untuk berbuka puasa nanti. Kamu berpuasa senin-kamis, ya?”. Dia terlihat begitu girang mendengar responku.

Dengan perkenalan sederhana, jadilah kami kawan dekat sejak itu. Biru langit nusantara. Dia menjadi rahmat buatku. Rahmat pertemanan dari sebatang cokelat.



1 thoughts:

melynsalam mengatakan...

suka banget bagian ini, dari buku 99 cahaya di langit eropa kan ya? :D