Pages

Senin, 06 Januari 2014

sisi lain dari travelling




Sudah terlalu banyak buku traveling sebelumnya, terutama tentang tempat-tempat yang wajib dikunjungi berikut trip-trip perjalanan dan cara kreatif untuk berhemat, semua dikemas untuk pembaca. Tapi buat aku sendiri, hakikat sebuah perjalanan bukanlah sekadar menikmati keindahan dari satu tempat ke tampat lain. Bukan sekadar mengagumi dan menemukan tempat-tempat unik di suatu daerah dengan biaya semurah-murahnya.

Menurutku, makna sebuah perjalanan harus lebih besar daripada itu. Bagaimana perjalanan tersebut harus bisa membawa pelakunya naik ke derajat yang lebih tinggi, memperluas wawasan sekaligus memperdalam keimanan. Sebagaimana yang dicontohkan oleh perjalanan hijrah Nabi Muhammad saw dari mekkah ke madinah.

Umat islam terdahulu adalah “traveler” yang tangguh. Jauh sebelum vasco de gama menemukan semenajung harapan, atau colombus menemukan benua amerika, musafir-musafir islam telah menyeberangi 3 samudera hingga indonesia, berkelana jauh sampai ujung negeri china, menembus himalaya dan padang pasir gobi. Mereka adalah orang-orang yang tidak pernah ragu untuk meninggalkan rumah dan belajar hal-hal baru dari dunia luar sana.

Bukankah dalam al-quran juga disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar manusia bisa saling mengenal, berta’aruf, dan saling belajar dari bangsa-bangsa lain untuk menaikkan derajat kemuliaan di sisi Allah?




Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudera tempat banyak ciptaan-ciptaanNya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nahkoda perjalananmu, dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap cobaan. 
(Ali bin Abi Thalib ra.)



0 thoughts: